Dutch Cape Colony
Kedatangan orang-orang Belanda yang dipimpin oleh Jan van Riebeeck mengawali pembentukan Dutch Cape Colony. Mulanya di Afrika Selatan hanya terdapat koloni-koloni Belanda yang dipimpin oleh VOC, yang diikuti pula oleh kedatangan kaum Calvinis Belanda dan orang-orang Huguenots (Protestan Prancis) yang berdatangan ke Afrika Selatan untuk menghindari inkuisisi dan mencari kebebasan beribadah lalu diikuti pula oleh bangsa Jerman dan Inggris yang berdatangan ke Afrika Selatan.
Mulanya orang-orang Belanda mendirikan koloni di daerah dekat Cape of Good Hope (Tanjung Harapan) pada tahun 1652. Namun pemerintahan VOC disini hanya bertahan sampai tahun 1795, karena wilayah ini kemudian direbut oleh Inggris dan didirikanlah oleh Inggris kota Cape Town yang menjadi pusat pemerintahan Inggris di Cape Colony. Kedatangan bangsa Inggrislah yang membuat banyak penduduk Belanda pindah ke daerah timur Afrika Selatan yang sekarang dikenal sebagai Transvaal, Orange Free State dan Natal.
Namun kaum Afrikaneer Boer tidaklah begitu beruntung karena ketika awal mereka mendirikan koloni di wilayah Afrika Selatan bagian timur mereka mendapat perlawanan dari penduduk pribumi suku Zulu, Xhosa. Ketika ditemukan emas dan berlian di daerah Afrika Selatan bagian timur dan juga di Namibia dan Rhodesia Selatan (Zimbabwe) mulai banyak bangsa Belanda yang berimigrasi ke Afrika Selatan dan mendirikan kota Pretoria dan Johannesburg.
Ik Been Een Afrikaneer
Ik been een Afrikaneer (saya adalah seorang afrikaneer)Istilah itu pertama kali dikemukakan oleh Hendrik Biebow salah seorang pemukim Belanda di Afrika Selatan. Para pemukim Belanda di Afrika Selatan sudah bercampur dengan pemukim Jerman dan Prancis serta Inggris juga mereka sudah terpisah selama 200 tahun dengan tanah leluhurnya di Belanda sehingga percampuran berbagai kebudayaan Eropa dan kebudayaan setempat inilah yang membuat terciptanya bahasa baru yaitu bahasa “Afrikaneer” bahasa ini sudah dipengaruhi kata-kata serapan dalam bahasa Melayu, Portugal, Inggris, Jerman, Xhosa dan Zulu.
Kaum Boer banyak yang menjadi petani dan peternak layaknya para pemukim Amerika di wilayah barat Amerika Serikat saat itu mereka mengalami masalah dengan penduduk asli dan mereka harus berjuang untuk mendirikan kota dan terjadi Gold Rush juga sama dengan dulu di San Fransisco. Di daerah timur itu mereka mendirikan berbagai negara seperti Orange Free State, Transvaal dan Republik Afrika Selatan.Namun penemuan emas di daerah pemukiman kaum Boer inilah yang membuat Inggris menyerang wilayah kaum Boer, yang mengakibatkan perang Boer satu (1880–1881) mulanya perang ini dimenangkan oleh kaum Boer yang membuat mereka berhasil merebut kemerdekaannya namun mereka dikalahkan dalam perang Boer kedua (1899–1902) yang di dalam perang itu Lord Baden Powell terlibat dan berhasil memenangkan pertempuran perang itulah yang melambungkan namanya dan menjadi modal bagi dirinya untuk mendirikan gerakan pramuka.
Setelah perang itu beberapa kaum Boer pindah ke Zimbabwe dan mendirikan koloninya disana. Namun gerakan nasionalisme Afrikaneer tetap tidak terhenti mereka tetap memperjuangkan berdirinya negara bagi etnis Afrikaneer yang murni dengan paham Kristen Protestan yang didasarkan pada ajaran Calvinisme.
Apartheid
Pada tahun 1910 koloni Inggris dan koloni Afrikaneer memutuskan untuk bersatu dan mereka menciptakan sebuah negara yang dikenal sebagai Union of South Africa (Persatuan Afrika Selatan). Namun wilayah ini masih tetap menjadi jajahan Inggris hingga 1931, Inggris memberi kemerdekaan pada wilayah Afrika Selatan.Diadakanlah pemilu pertama tahun 1948 yang dimenangkan oleh Partai Nasional, sebuah partai yang mendukung supremasi kulit putih dan berfaham nasionalisme Afrikaneer dan konservatif dan chauvinistik. kemenangan Partai Nasional inilah yang membawa Daniel François Malan seorang pendeta dari Gereja Reformasi Belanda menjadi Perdana Menteri, pada masa pemerintahannya dibuatlah berbagai undang-undang pemisahan ras seperti :
- Native Land Act : Undang-undang ini melarang orang kulit hitam membeli atau memiliki wilayah diluar Homeland yang ditentukan oleh pemerintah Afrika Selatan.
- Pass Law : Orang kulit hitam harus membawa surat ijin saat mereka berjalan kaki dan akan ditangkap apabila tidak membawa pas jalan.
- Immorality Act : Melarang pernikahan kulit putih dengan kulit berwarna, kulit hitam dan India.
- Education Segregation Act : Pemisahan pendidikan di berdasarkan warna kulit.
Nederduitse Gereformeerde Kerk
Nederduitse Gereformeerde Kerk (Dutch Reformed Church) atau Gereja Reformasi Belanda. Merupakan Gereja yang menganut pemikiran John Calvin (Jean Chauvin) Gereja beraliran Chauvinistik inilah yang menjadi pendukung utama sistem Apartheid, terlebih lagi DF Malan perdana menteri Afrika Selatan yang pertama adalah pendeta dari Gereja ini. Kebanyakan jemaat Gereja ini berasal dari etnis Afrikaneer, sehingga Gereja ini menjadi penggerak utama nasionalisme Afrikaneer yang akhirnya berhasil mendirikan negara bagi etnis Afrikaneer dan negara yang beraliran chauvinistik.Gereja ini menganggap bahwa penduduk pribumi kulit hitam adalah keturunan masyarakat Nabi Nuh yang dikutuk oleh Tuhan. Jadi pemisahan ras itu perlu untuk memisahkan ras yang beriman dan suci itu agar tidak bercampur dengan ras yang telah dikutuk oleh Tuhan. Dulunya Dutch Reformed Church merupakan institusi sangat berpengaruh di Afrika Selatan, namun setelah Apartheid dihapus jumlah jemaatnya pun menurun dalam survei teranyar disebutkan bahwa orang-orang Afrikaneer yang menjadi jemaat gereja ini berkurang 30%.
Kesimpulan
Jadi dulu di masa pendudukan Inggris orang-orang Boer Afrikaneer merasakan penderitaan yang cukup luar biasa. Inggris menahan penduduk Afrikaneer dalam kamp-kamp konsentrasi saat perang Boer kedua, karena mencurigai mereka sebagai mata-mata.Ditambah lagi dengan gerakan nasionalisme Afrikaneer karena para kaum Boer merasa bahwa mereka memiliki bahasa yang berdialek beda dengan bangsa nenek moyang mereka yaitu orang-orang Belanda dan akhirnya jadi bahasa mereka sendiri yaitu bahasa Afrikaneer. Juga karena mereka sudah berasimilasi dengan pemukim kulit putih lainnya dan sudah bercampur kebudayaannya dengan penduduk pribumi setempat.
Sehingga mereka merasa harus mendirikan negara sendiri yang dipimpin oleh etnis Afrikaneer dan belaliran Protestan Calvinis, karena mereka dulu didiskriminasi oleh Bangsa Inggris dan ditambah dengan pemikiran Dutch Reformed Church. Jadilah terciptanya sistem Apartheid. Sistem kejam dan tidak masuk akal ini berakhir setelah terpilih seorang Presiden yang moderat yaitu Frederik Willem De Klerk yang mengakhiri sistem ini dan membebaskan Nelson Mandela.
Dari kisah ini kita bisa belajar bahwasanya paham supremasi ras dan etnis bisa menciptakan terjadinya pembentukan negara baru dan gerakan separatis dimanapun terlebih lagi gerakan supremasi etnis atau ras seringkali mencari dukungan agama yang dianut mayoritas etnis itu dan menjadikannnya pembenaran. Kejadian ini biarlah jadi abu sejarah, yang tak perlu dinyalakan lagi karena akan membahayakan keselamatan dan perdamaian dunia. Biarlah masa lalu yang menjadikan pelajaran bagi kita semua. Sekali lagi saya tegaskan artikel ini hanya membahas etnis Afrikaneer dan mengapa mereka bisa menjadi rasis, semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi untuk generasi mendatang.
Irsyad D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar