Jumat, 26 Desember 2014

Pengaruh CIA di Indonesia


Many people said:
“CIA rules the world..!”
Ketika terjadi pemberontakan, sabotase dan spionase di beberapa negara dunia yang berseberangan dengan kepentingan Amerika, publik dan pengamat langsung menunjukkan jari mereka ke CIA. Apa itu CIA? Apa yang melatarbelakangi berdirinya CIA?
Disini saya coba mengutip beberapa sumber artikel dari wikipedia dan buku ‘Suar Suroso : Bung Karno – Korban Perang Dingin’ serta Confession of EHM dan A Games As Old As Empire.
Apa itu CIA?

CIA Rules The World
CIA atau Central Intelligence Agency merupakan agen rahasia pemerintah Amerika Serikat (BIN-nya Indonesia).
Didirikan pada 18 September 1947 sesuai penandatanganan NSA 1947 (National Security Act) oleh Presiden Harry S. Truman
CIA merupakan kamuflase dari OSS (Office of Strategic Services) yang menjadi agen spionase Amerika untuk pemenangan Perang Dunia II (PD II).
Pada saat PD II berkecamuk, Amerika secara diam-diam mengambil kesempatan dengan membangun kekuatan baru secara rahasia di Eropa demi membendung pengaruh komunis.
Kerja keras agen rahasia Amerika semakin bertambah, ketika fasis Hitler mengalami kekalahan dan diikuti kemenangan dan kemunculan kekuatan sosialis dan komunis di Eropa, Asia dan Amerika Latin.
Menghadapi ‘bahaya’ pertumbuhan pesat pengaruh komunis di berbagai negeri tersebut, dan demi mempengaruhi hasil pemilu di Italia [saat itu Italia akan melakukan pemilu, dan dari perhitungan survei, pemilu akan dimenangi Partai Komunis Italia] agar menguntungkan politik Amerika Serikat, diadakannya kampanye di kalangan orang kaya Wallstreet untuk menyumbangkan dana buat melakukan operasi-operasi rahasia.
Dalam hubungan ini, Allen Dulles dengan keras mendesak Pemerintah Amerika Serikat untuk segera mendirikan organisasi-organisasi rahasia demi melakukan berbagai operasi khusus-opsus. Maka pemerintah [AS] menyetujui dan menetapkan dua ketentuan penting mengenai operasi-operasi khusus ini :
1. Harus rahasia
2. Harus masuk akal untuk dapat dibantah adanya keterlibatan Pemerintah [AS], seandainya operasi tersebut terbongkar.
(Sumber : Bung Karno Korban Perang Dingin, hal:103)
Salah satu badan operasi khusus yang didirikan adalah CIA pada tahun 1947.
Fungsi CIA
Seperti dijelaskan di depan, CIA muncul sebagai reaksi perang dingin yakni antara Amerika Serikat (liberal kapitalis) dengan Uni Soviet (komunis-sosialis). Diawal-awal pembentukan, aksi-aksi CIA cukup memuaskan bagi pemerintah AS. CIA berhasil menenggelamkan paham komunis dan sosialis melalui berbagai konspirasi, sehingga perang ideologi cukup sukses dimenangkan Amerika. Dengan berkurangnya pengaruh Soviet serta hancurnya negara-negara sosialis melalui kudeta dan pemberontakkan, CIA mulai memasuki isu keamanan energi.
Operasi-operasi yang awalnya merupakan perang melawan ideologi (komunis, sosialis dan nasionalis), kini mereka bertugas menguasai negara-negara yang kaya dengan sumber daya alam dan minyak dibawah kendali AS. Mereka terus memburu negeri-negeri yang kaya sumber daya alam, dari Timur Tengah, Amerika Latin, Afrika hingga Indonesia (Buku : Confession Economic Hitman dan A Game as Old As Empire).
Untuk memuluskan rencana-rencana kotornya, selalu ada EHM yang mendahului jalan CIA. Indonesia yang kaya raya akhirnya dimiskinkan sejak 1967 hingga saat ini (penjajahan ekonomi). Dengan bantuan-bantuan ahli ekonomi AS, EHM, CIA, Word Bank, IMF, ADB, negara-negara seperti Indonesia, Panama, Paraguay terjerat utang dan terjajah secara ekonomi. Begitu juga negara-negara Afrika yang kaya dengan emas, alumunium, dan minyak, rakyatnya mati kelaparan.
Yang paling tragis, aksi-aksi lembaga dan organisasi AS ini didukung oleh sejumlah oknum di pemerintahan sejak Orde Baru. Emas dan Tembaga di Tembagapura disedot habis-habisan oleh Freeport ditengah kemiskinan dan rendahnya pendidikan masyarakat Papua. Kontrak migas pun dilelang seperti barang tidak berharga, dan mengakibat Indonesia terkatung-katung tatkala harga minyak naik (Juli 2008 ) dan konsumsi meningkat di atas 1 juta barel per hari.
Berbagai tindakan kejam perusahaan dan kepentingan Amerika mendapat legitisami hukum lewat beberapa UU (yang jelas melanggar UUD 1945). Kita tidak perlu bingung atas terbitnya beberapa UU (Migas, Pendidikan, Ekonomi), karena produk hukum Indonesia merupakan titipan pemerintah Amerika.
Selain kedua hal tersebut [ideologi, keamanan energi dan ekonomi], CIA saat ini sedang bingung mengalahkan sejumlah kelompok Islam Radikal yang disebut sebagai teroris seperti Al-Qaeda, Taliban, Hamas, dan Hizbullah.
Keberhasilan CIA
Secara gamplang, CIA berhasil memberi hadiah kepada pemerintah Amerika atas kemenangannya membendung pengaruh komunisme, yakni hancurnya Uni Soviet tahun 1991 (kini Rusia), mengucilkan Korea Utara
dan Kuba, serta menyeret negara-negara Eropa Timur, Timur Tengah [Arab Saudi, Mesir, Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab], Asia Tenggara (Filipina, Singapura, Indonesia), Asia Selatan [Pakistan, Afganistan, 'India'], Afrika, serta sejumlah negara lain [Jepang, Korsel] menjadi ‘anaknya’.
Disisi positifnya, banyak kasus yang ditangani CIA seperti peredaran narkotika, organasisi kejahatan internasional, perdagangan senjata gelap, dan beberapa kontra-teroris berhasil dicapai CIA.
Beberapa ‘kemenangan sementara’ CIA:
- Berhasil memisahkan Korea Selatan dari pengaruh komunis (BKKPD)
- Berhasil memecahbelah Uni Soviet (1991) (BKKPD)
- Berhasil mengkudeta Pemerintahan Chili (Wikipedia)
- Berhasil menumbangkan Saddam Hussein (EHM)
- Berhasil mengusir Uni Soviet dari Afganistan atas bantuan Taliban (EHM)
- Berhasil men-amerika-kan Jerman Timur/Barat.
- Berhasil mengulingkan Soekarno melalui Gestapu 1965 (Gestapu merupakan kata yang dikenal militer AS : Gerakan September 30 –>format Inggris ; beda 30 September –>format Indonesia) -(BKKPD)
- Berhasil menliberalkan Italia (BKKPD)
- Berhasil menyepahamkan Prancis (BKKPD)
- Berhasil membunuh Presiden Ekuator, Jaime Roldos. (EHM)
- Berhasil membunuh Presiden Panama, Omar Torrijos.(EHM)
- Berhasil menguasai kepentingan Dinasti Saudi.(EHM)
- Berhasil menendang Uni Soviet dari Afganistan (1980-an)
- dan banyak lagi
Kegagalan CIA
Meskipun ada sejumlah keberhasilan CIA, namun banyak catatan hitam CIA yang terbongkar dan gagal.
- Agen CIA kecolongan informasi runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989
- CIA gagal menjaga WTC, 11 September 2001
- CIA gagal menutup kebohongan senjata pemusnah massal di Irak
- CIA gagal mempertahankan Venezuela, Brazil, Bolivia agar tidak bengis terhadap Amerika.
- CIA gagal melumpuhkan Iran setelah diplomatnya di’segel’ oleh mahasiswa di Teheran (4 November 1979).
- CIA gagalkan memecahkan Indonesia melalui pemberontakkan PRRI-Semesta di tahun 1957.
- Gagal membunuh Soekarno secara langsung
- 14 kali gagal membunuh Fidel Castro
- CIA gagal membelokkan paham di China
- TNI berhasil menembak jatuh pesawat pembom CIA pada 18 Mei 1958 dalam konspirasi PRRI-Semesta. Pilotnya, Allan Pope berhasil ditawan tentara setelah berhasil menyelamatkan diri dengan terjun payung.
Indonesia dan CIA
Sudah menjadi ‘habit’ jika suatu negara yang sangat maju dengan paham kehausan materi dan kekuasaan, mereka akan berusaha memperoleh apa saja dengan cara apapun. Kondisi ekonomi, politik, dan sosial masyarakat Indonesia saat ini tidak terlepas dari tangan-tangan CIA. Indonesia berhasil dijajah kembali (secara ekonomi dan politik) sejak 1967. CIA juga secara meyakinkan telah ikut serta dalam Gestapu 1965.
Dan beberapa sumber mengatakan bahwa dalam pemilu, banyak dana yang mengalir dari asing (tanpa terbongkar) atas prestasi CIA (masih belum terbukti). Sehingga, menjelang Pemilu 2009, kita harus waspada juga jika AS berkepentingan terhadap calon presiden nanti (jangan sampai Pemilu Italia 1948 terulang di Indonesia).
Akhir kata, Soekarno, founding father kita hanyalah korban dari instansi CIA. Semoga melalui pengalaman sejarah, rakyat Indonesia paham betul dan merasa memiliki Indonesia. Jaga, rawat dan raihlah kembali Indonesia agar tidak jatuh ditangan asing. Meskipun Amerika saat ini sedang rapuh, Indonesia harus tetap waspada akan adanya CIA-CIA baru seperti 5 warga Australia [terindikasi spionase] yang masuk tanpa izin di tanah Papua pada September 2008 silam.
Begitu juga potensi ‘spy’ yang suatu saat mungkin saja muncul dari negara-negara kuat (China, India) maupun tetangga (Malaysia).
Penutup
Karena referensi buku dan artikel yang saya gunakan yakni John Perkins (EHM), Steven Hiat (AGAOAE), Suar Suroso (BKKPD), Wikipedia, belum tentu 100% benar, maka kritik, saran, koreksi dan masukan sangat saya harapkan. Untuk mendapatkan artikel yang lengkap mengenai CIA silahkan baca di : http://en.wikipedia.org/wiki/CIA
Terima Kasih (echnusa) (nusantaranews.wordpress )
Sumber Referensi :
- Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/CIA)
- Suar Suroso.2008. Bung Karno Korban Perang Dingin. Jakarta : Hasta Mitra (BKKPD)
- John Perkins.2004. Confession of Economic Hitman. (EHM)
- Steven Hiatt.2008. A Game as Old As Empire (AGAOAE)
- Biro CIA (kontribusi blogger bayhakiramli )
- Data CIA tentang Indonesia (kontribusi blogger bayhakiramli )

Jejak CIA di Indonesia

Seorang agen CIA ditangkap di Bogor. Cerita beginian sudah sering terjadi.

Bob Marshall ditangkap ketika mengurus paspor di Bogor, Jawa Barat. Diduga pendatang haram, eh ternyata lelaki ringkih itu adalah agen Central Intelligence Agency (CIA) Amerika Serikat. Kini Marshall meringkuk di ruang tahanan Mabes Polri. Siapa si Marshal ini baca : Agen CIA Ditangkap di Bogor.
Beroperasinya agen CIA di Indonesia bukan kisah baru. Sejumlah buku – dari yang akademis hingga yang cuma bermodal teori konspirasi – mengisahkan sepak terjang mereka semenjak jaman Soekarno.
Legacy of Ashes, the History of CIA, karya Tim Weiner seorang wartawan The New York Times, misalnya, juga berkisah bagaimana mereka beroperasi. CIA bahkan pernah mengklaim memiliki agen yang cerdas di sini yakni Adam Malik, yang di belakang hari diangkat menjadi Menteri Luar Negeri oleh Presiden Soeharto. (vivanews)

Kisah Intel CIA di Bogor

Bahaya bermain agen ganda.

Dia jauh dari sosok agen rahasia dalam film spy Amerika yang kerap kita tonton. Robert Marshall Read tidaklah gagah. Usianya 56 tahun. Badannya ringkih, dan rambutnya putih perak. Hidungnya khas: tinggi berlengkung tajam.
Sudah sepekan lelaki itu meringkuk di sel pojok kanan lantai satu gedung Badan Reserse Kriminal Polri di Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan. Tapi dia memang agak istimewa. Selama ditahan, selnya kerap dikunjungi warga asing.
Siapa Marshall? Dua informasi berbeda mencuat tentang lelaki ini. Ada yang bilang dia agen Central Intelligence Agency (CIA) yang bermarkas di Washington DC, Amerika. Sebaliknya, dia disebut-sebut buronan lembaga mata-mata kelas wahid itu.
Tapi mari berpegang pada keterangan resmi Mabes Polri, bahwa Marshall adalah bekas CIA, dan sekaligus buronan lembaga mata-mata itu. Dia dituduh terlibat perdagangan senjata api gelap, dan sejumlah kejahatan lain di Amerika, Inggris, dan Rusia.
Kata polisi, Marshall agen yang licin. CIA memburunya sejak 1974. Mengantongi 50 paspor berbagai negara, dia bisa melanggang ke pelbagai penjuru dunia.
Pada Agustus 2007, dari Johor, Malaysia, dia menyeberang ke Batam. Di Indonesia, petualangannya lebih seru. Dia jatuh cinta dengan Lisna Herawati saat berada di Jakarta. Dia pun menikah dengan gadis 32 tahun itu. Mereka menetap di Cianjur. Lengkap dengan KTP dan paspor setempat.
Enam bulan kemudian, Marshall hendak meninggalkan Indonesia. Bersama Lisna, dia mengurus paspor di Kota Bogor, pada Januari 2008. Tapi, entah salah pada bagian apa, petugas Imigrasi di Bogor curiga. Kepala Imigrasi Bogor meneruskan informasi ini ke Kedutaan Besar Amerika. Lalu kedutaan itu mengutus tiga petugasnya. Di sinilah pertama kali muncul cerita Marshall adalah buronan CIA itu.
Setelah penangkapan itu, tak jelas di mana Marshall berada. Cerita soal dia simpang-siur. Informasi dari petugas Imigrasi saat itu, Marshall segera dideportasi ke Amerika.
***
Senin 14 Januari 2010. Seorang calo paspor, R. Simbolon, datang ke kantor Imigrasi Bogor di Jalan Ahmad Yani, Tanah Sareal, Kota Bogor. Simbolon membawa dokumen atas nama Robert Marshall Reid. Tujuannya mengurus paspor. “Dia menempuh prosedur normal,” kata Kepala Imigrasi Bogor, Ahmad Hasaf.
Petugas pun meminta Simbolon membawa Marshall pada Selasa 15 Januari 2010. Lelaki itu tiba pukul 10.30 WIB, bersama istrinya Lisna Herawati. Petugas mewawancarainya kembali. Aneh memang. Petugas imigrasi seperti tak punya data pemeriksaan Marshall dua tahun silam.
Tapi toh tetap ada yang mencurigakan. Marshal mengaku warga Indonesia keturunan Inggris. Namun gagap bicara Indonesia. “Padahal seluruh dokumennya menunjukkan dia Indonesia asli,” kata Ahmad.
Marshall punya kartu tanda penduduk bernomor 09.5005020352.0248 yang diteken Lurah Cempaka Putih Timur, Rugan M. Faisal. Di dalam KTP itu tertulis Robert beragama Islam, lahir di Jakarta, dan beralamat di Jalan Cempaka Putih Tengah XV/6 RT 01/08, Jakarta Pusat.
Selain KTP, ada juga buku nikah bernomor 134/52/III/2006, diteken H. Damar yang disebut petugas Kantor Urusan Agama Mampangprapatan, Jakarta Selatan. Di kolom isteri tertera nama Lisna dengan wali nikah Badang, seorang purnawirawan TNI.
Dokumen itu diduga palsu. Untuk kedua kalinya Marshall digiring ke ruang Pengawas dan Penindak Keimigrasian. Sayangnya, si calo Simbolon yang hendak diperiksa sudah kabur duluan. Lisna juga tak bisa menjawab soal status kewarganegaraan Marshall. ”Selanjutnya, saya melaporkannya ke Kedutaan Amerika,” kata Ahmad.
Hari itu juga tiga petugas Kedutaan Amerika datang ke Bogor. Setelah berbicara dengan Marshall dan meneliti data-datanya, tiga petugas itu mengakui Marshall warga negara mereka. “Disebutkan, Marshall pelaku tindak kriminal dan buronan tiga negara yakni AS, Inggris dan Rusia,” katanya.
Menurut informasi dari Kedutaan Amerika yang masuk ke Ahmad, Marshall terlibat kasus cek kosong, pemalsuan dokumen, dan senjata illegal. Cerita ini persis seperti disampaikan petugas Kedutaan Amerika dua tahun lalu.
Sehari kemudian, Marshall dititipkan ke tahanan Mabes Polri. Di sinilah muncul informasi Marshall adalah agen CIA. “Kami mencari tahu apa motifnya berada di Indonesia,” kata Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Ito Sumardi.

***
Jejak CIA di Indonesia, sepertinya juga bukan hal baru. Setidaknya, cerita itu sudah muncul sejak lembaga intel berdiri 1947. Pada masa itu, Harry S. Truman memimpin Amerika (1945-1953), dan dia membuat doktrin mengisolasi Uni Sovyet secara politik dan ideologi. Amerika lalu rajin menghadang komunisme di seluruh dunia.
Pada masa Sukarno, yang anti imperialisme, dan condong ke Partai Komunis Indonesia, Indonesia menjadi intaian CIA. Tercatat sejumlah pemberontakan dalam negeri, disebut-sebut berkait dengan intelijen Amerika. Sepak terjang lembaga intel Abang Sam ini pernah diulas tajam dalam Legacy of Ashes, the History of CIA, karya Tim Weiner, wartawan The New York Times, pemenang Pulitzer.
Setelah Sukarno tumbang, cerita soal intel Amerika beraksi di Indonesia muncul samar-samar. Layaknya organisasi intel, tak tercium geraknya. Paling banter, tudingan diarahkan ke jaringan Amerika di lingkaran elit teknokrat. Pada awal orde baru, sempat mencuat sebutan Mafia Berkeley, semacam koneksi elit pendukung orde baru, yang dididik di Universitas Berkeley, California, Amerika.
Nama CIA juga timbul tenggelam. Terakhir, misalnya, ada tudingan Laboratorium Namru-2 di Departemen Kesehatan bekerja untuk kepentingan intelijen Amerika. Namru adalah kerjasama Departemen Kesehatan RI dan Angkatan Laut Amerika sejak 1975.
Dua lembaga swadaya masyarakat, An Nashr Institute dan Medical Emergency Rescue Committee menuding lab itu bekerja untuk intelijen Amerika. Para peneliti Namru, kata mereka, boleh membawa penelitian ke luar Indonesia tanpa diperiksa.
Terakhir, nama CIA mencuat tatkala penangkapan Umar al Faruq di Bogor pada 2002. Dicokoknya al-Faruq adalah bagian “perang melawan teror” yang digelorakan George W Bush setelah serangan al-Qaidah pimpinan Usamah bin Ladin, ke dua menara WTC di New York, 11 September 2001.
Amerika menuding Al-Faruq kaki tangan jaringan bin Ladin di Asia Tenggara. Persembunyian Umar terbongkar setelah polisi mendapat bisikan informasi dari CIA. Al-Faruq lalu dijebloskan ke penjara Amerika Serikat di Bagram, Afghanistan. Memang, ada cerita dia berhasil kabur, dan kembali ke Irak, negara kelahirannya. Lalu, Al-Faruq diberitakan tewas dalam pertempuran di Basra, Irak Selatan, pada Oktober 2006.
Sejak itu, nama intel Amerika kerap muncul dalam aksi anti teroris di nusantara. Tentu saja, semua dalam format kerjasama Amerika-Indonesia.
***
Lalu apa tugas si ‘agen’ Marshall yang tertangkap di Bogor ini? Pemeriksaan pun dilakukan intensif oleh berbagai lembaga. Selain polisi, Marshall juga ditelisik oleh aparat Kementerian Politik Hukum dan Keamanan, Kementerian Luar Negeri, dan Badan Intelijen Negara (BIN).
Tapi jawabannya toh sama. Kepada penyidik, Marshal menampik bahwa dirinya adalah CIA. Sayangnya, tak banyak informasi keluar dari mulutnya. Dari Kedutaan Besar Amerika juga tak ada komentar soal ini.
Sampai lelaki berhidung tinggi dengan lengkung tajam itu dipaksa pulang ke negerinya, Marshall hanya dinyatakan bersalah karena satu hal: melanggar aturan imigrasi. “Soal intelijen saya belum tahu,” kata Ito Sumardi. (Laporan: Ayatullah Humaeni (Bogor)vivanews)

VIDEO:
CIA Indonesia 1965 (with english subtitle)

Madsen: ‘CIA involved in Jakarta bombings’



CIA SPECIAL AGENT DENNIS ENDE: CIA USES PEACECORPS TO SPY ON INDONESIA

I C

Tidak ada komentar:

Posting Komentar