Kamis, 25 Desember 2014

Yahudi, Selalu Dengki pada Keberuntungan Orang Lain

rabbi yahudi 490x326 Yahudi, Selalu Dengki pada Keberuntungan Orang Lain

“Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepada manusia itu? Sungguh Kami telah memberikan Kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar,” (An-Nisa : 54).
BANGSA Yahudi menyaksikan bahwa Nabi Muhammad selain memperoleh nikmat kenabian juga setiap hari Allah memberikan kekuatan yang bertambah besar, sehingga negara Madinah bertambah kuat, bertambah besar pengaruhnya dan bertambah banyak pengikutnya. Perkembangan semacam ini membuat bangsa Yahudi semakin dengki kepada beliau.
Bangsa Yahudi dengki kepada Nabi Muhammad karena keberuntungan yang beliau terima setiap hari semakin besar. Allah menegaskan bahwa kedeng kian yang muncul pada diri bangsa Yahudi terhadap Nabi Muhammad, karena nikmat yang bertambah besar pada beliau sebenarnya adalah satu kesalahan mereka. Sebab nikmat yang Allah berikan kepada Nabi semacam ini bukanlah hal baru.
Dahulu pun bangsa Yahudi pernah memperoleh berlimpah nikmat dari Allah, sebagaimana yang pernah diterima oleh Nabi Ibrahim dan keturunannya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. sebenarnya adalah bagian dari keluarga Ibrahim lewat silsilah Nabi Ismail.
Berdasarkan ikatan keturunan semacam ini adalah salah satu sikap tercela, bila bangsa Yahudi dengki kepada nikmat yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad. Mengapa bangsa Yahudi tidak merasa heran, bila mereka menerima limpahan nikmat dari Allah, tetapi merasa heran kalau Allah memberikan nikmat-Nya kepada Nabi Muhammad? Bukankah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. juga sedarah daging dengan bangsa Yahudi karena berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu Nabi Ibrahim.
Bangsa Yahudi, karena mungkin telah silau dan terpedaya oleh berbagai karunia Allah sebelumnya, lalu mereka punya anggapan bahwa karunia Allah itu semata- mata menjadi hak mereka, orang lain tidak ada yang berhak. Atau mereka beranggapan bahwa orang lain hanya patut mendapat karunia Allah sedikit. Atau mungkin mereka beranggapan bahwa alam ini seluruhnya berada di dalam kekuasaan mereka, sehingga tidak patut orang lain memperoleh bagian nikmat Ilahi, sekalipun sebesar kulit bawang.
Setelah bangsa Yahudi melihat fakta yang ada di sekitarnya sangat bertentangan dengan harapan dan angan-angannya, maka semangat kedengkiannya muncul. Mereka melihat bahwa di tengah bangsa Arab muncul seorang Rasul yang telah dijanjikan di dalam Kitab suci mereka, padahal keadaan semacam ini tidak mereka inginkan. Mereka pun melihat bangsa Arab yang tadinya hidup dalam alam Jahiliyah, kini kemudian tampil sebagai golongan manusia yang menerima kitab suci, pengetahuan Ilahiyah dan semakin dekat untuk meraih kekuasaan guna menjadi pemimpin dunia.
Ayat ini telah mengandung satu isyarat bahwa bangsa Arab yang telah menjadi Muslim, di samping memperoleh nikmat kenabian dan kitab suci, juga diperingatkan untuk waspada terhadap segala kelicikan bangsa Yahudi. Kaum Muslimin yang pada saat itu terdiri dari bangsa Arab telah memperlihatkan tanda- tanda untuk menjadi kekuatan yang besar, sehingga mampu mengalahkan bangsa Yahudi maupun kaum yang lain.
Ringkasnya, Allah memperingatkan kepada kaum Muslimin bahwa pada diri bangsa Yahudi melekat sikap kedengkian pada orang-orang non-Yahudi. Karena mereka beranggapan bahwa orang selain Yahudi tidak berhak memperoleh limpahan karunia Allah. [islampos/sumber: 76 Karakter Yahudi Dalam Al-Qur’an, Karya: Syaikh Mustafa Al-Maraghi]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar