Kamis, 25 Desember 2014

Sumber Stonehenge Bluestone Rocks Ditemukan

Para ilmuwan telah menemukan sumber yang tepat dari bluestones yang membangun Stonehenge.
stonehenge,megalit,situs batu besar,blustoneFoto: Edward Haylan | Shutterstock.com
Susunan bebatuan itu mengungkapkan sumbernya dari singkapan di dekatnya, yang terletak sekitar 3 kilometer jauhnya dari lokasi awalnya yang pernah diperkirakan sebagai sumber batuan tersebut hampir seabad yang lalu.
Penemuan asal bebatuan ini, pada gilirannya dapat membantu arkeolog satu hari nanti untuk membuka misteri bagaimana batu-batu itu sampai ke Stonehenge.
Pekerjaan ini "menemukan asal yang tepat dari batu itu, yang mengarah ke daerah di mana para arkeolog dapat mencari bukti hal-hal yang dilakukan manusia dari batu," papar ahli geologi Richard Bevins dari Museum Nasional Wales.
Megalit Misterius
Wiltshire, Inggris menjadi bukti situs pemukiman kuno, dengan jejak tonggak-tonggak pinus mengarah ke sekitar 10.500 tahun yang lalu. Megalit pertama di Stonehenge didirikan 5.000 tahun yang lalu. Budaya yang lama menghilang ini terus menambah monumen selama seribu tahun. Karya mereka terdiri dari 30 ton sarsen (batu pasir, sandstone) besar, serta bluestones lebih kecil. Dinamakan demikian karena warna mereka kebiruan ketika basah atau dipotong.
Tujuan Stonhenge telah lama menjadi misteri. Beberapa pendapat menyebutnya sebagai lambang persatuan, peringatan ke padang perburuan suci atau sumber ilusi suara.
Tapi selama beberapa dekade, peneliti menyepakati setidaknya beberapa hal. Pada 1923, ahli geologi Herbert H. Thomas menunjuk sumber satu jenis batu, yang dikenal sebagai bluestones dolerite , ke singkapan batuan yang dikenal sebagai Carn Meini di tanah tinggi di Perbukitan Preseli, barat Wales. Ia menjadi yakin bluestones lain (terbuat dari jenis batuan beku, atau magmatik, cadas) berasal dari lokasi terdekat dari Carn ALW. Hal ini menghubungkan ke keyakinan teori, bahwa pembangun Stonehenge mengangkut batu dari selatan, menuruni bukit lalu ke Kanal Bristol Channel, kemudian mengapungkan batu-batu itu melalui laut menuju situs.


Apakah sumber bebatuan Stonehenge yang besar dan lebih kecil berbeda?
stonehenge,megalit,situs batu besar,blustone

Teori baru yang diusulkan sebagai sumber bluestones ditemukan di Stonehenge. Ilustrasi: Richard Bevins
Beberapa tahun yang lalu, Richard Bevins dari Museum Nasional Wales dan rekan kerjanya menemukan, bahwa setidaknya beberapa bluestones berasal dari daerah dengan bentang alam yang sedikit berbeda, di ketinggian yang lebih rendah, yang disebut Craig Rhos y felin.
Jika benar, ini akan berarti para pembangun harus mengangkut batu ke atas puncak bukit, kemudian kembali menuruni sisi lain bukit sebelum mengambangkan mereka dengan rakit ke laut.
Teori lain berpendapat gletser membawa bluestones ke wilayah Stonehenge selama Zaman Es terakhir.
Para peneliti bertanya-tanya tentang asal-usul bluestones dolerite yang telah Thomas identifikasi, dan melakukan penelitian kedua pada susunan mineral batuan. Secara umum, ketika batuan terbentuk dari magma cair, beberapa mineral yang dikenal sebagai elemen yang tidak sebanding tetap berada di luar magma mengkristal di sisa magma.
Sedangkan yang lain bisa tertanam dalam magma yang mengkristal. Kajian masa lalu yang mengidentifikasi asal-usul batu telah hanya memanfaatkan beberapa elemen yang tidak sebanding.
Dalam kajian terbaru, tim melihat mineral, seperti kromium, nikel, magnesium oksida dan besi oksida yang merupakan bagian dari struktur kristalisasi yang terbentuk di magma asli. Para peneliti menemukan, bahwa setidaknya 55 persen dari bluestones dolerite berasal dari lokasi yang dikenal sebagai Carn Goedog, yang lebih jauh ke utara dari lokasi yang telah diusulkan Thomas pada 1923, sekitar 225 km dari Stonehenge.
Itu, pada gilirannya, membuat teori pengangkutan dengan rakit menjadi lebih mungkin.
Misteri Pengangkutan
Temuan baru lebih menimbulkan pertanyaan daripada jawaban tentang bagaimana batuan bisa membawanya ke Stonehenge. Namun penentuan lokasi yang tepat dari asal-usul batu dapat membantu para arkeolog mencari bukti lain dari karya manusia purba dekat daerah itu, yang kemudian bisa menjelaskan metode pengangkutannya.
"Sebagai contoh, jika kita bisa menentukan dengan keyakinan bahwa batu telah dikerjakan oleh manusia di zaman Neolitik, maka teori terbawa oleh pencairan di Zaman Es akan dibantah," kata Bevins.
Penemuan ini diterbitkan dalam Journal of Archaeological Science edisi Februari 2014.

 (Christantiowati,  Livescience )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar