Rabu, 24 Desember 2014

Orang-orang Liar, Tahanan dan Perubahan Sejarah

Di saat menguasai kota Ma’arrat al-Nu’man, pasukan Salib yang liar mengeluarkan isi perut orang-orang Islam, mengiris tubuhnya dan memanggang
Terkait

    Habib Rizieq Gerah Banyak Informasi Gereja Liar di Surabaya
    Sambut Hijrah dengan Perubahan Diri secara Total
    Momentum Muharram, Siswa Diimbau Pahami Sejarah Islam
    Sejarawan: Sejarah Perjuangan Umat Islam Masih di Kaburkan

Setiap kali membaca atau mempelajari sejarah, biasanya kita berpikir tentang orang-orang yang hebat, para pemimpin, atau very important person yang menggerakkannya. Secara umum sejarah memang hampir selalu diwakili oleh sosok-sosok semacam ini. Namun, ada kalanya perubahan sejarah justru dipelopori oleh orang biasa-biasa saja, malah oleh mereka yang terlibat kejahatan.

Beberapa peristiwa penting dalam sejarah dunia justru dimulai oleh orang-orang yang tidak disiplin dan cenderung liar, bahkan juga oleh para tahanan. Berikut ini kami paparkan tiga contoh penting dalam sejarah masyarakat Eropa.

1. Perang Salib I

Pada bulan November 1095 di Clermont, Perancis, Paus Urbanus II mengumumkan Perang Salib untuk membantu orang-orang Kristen Timur dari ancaman Turki Saljuk dan untuk membebaskan Yerusalem dari penguasaan kaum Muslimin. Seruan ini mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat Perancis dan Eropa lainnya. Para bangsawan dan masyarakat kecil berbondong-bondong menyatakan sumpah untuk berangkat ke Syria. Semangat menyambut seruan perang suci (holy war) dan membebaskan diri dari dosa memang merupakan motif penting yang mendorong orang-orang pergi keluar dari kampung halamannya menuju negeri yang sangat jauh untuk berperang dengan orang-orang Islam. Namun demikian, sambutan terhadap Perang Salib barangkali tidak akan sebesar itu sekiranya diumumkan pada waktu yang berbeda.

Beberapa buku menyebutkan bahwa kondisi Prancis dan bagian Eropa Barat lainnya ketika itu tidak terlalu bagus. G.G. Coulton dalam bukunya Crusades, Commerce and Adventure menyebutkan bahwa masyarakat Perancis pada masa itu sedang dalam masalah serius. Mereka terlibat dalam konflik yang parah, ‘perampokan kerap terjadi, dan jalan-jalan dipenuhi pencuri.’ Konflik dan pembakaran jadi pemandangan umum. Orang-orang akan merampas hak pihak lain setiap kali mereka memiliki kesempatan. Dilihat dari sisi ini, Paus sebenarnya telah berperan dalam mengalihkan ’energi yang berlebihan’ masyarakat Eropa kepada orang-orang Turki dan Arab di Syria (Suriah) sana.

Antony Bridge dalam The Crusades menjelaskan bahwa keberhasilan dalam menggalang massa di Perang Salib I sebagian disebabkan oleh keadaan yang sulit. ’Wabah menyerang Eropa sejak 1083, banjir demi banjir menyapu Perancis dan Jerman pada tahun 1094, menghancurkan panen, dan pada tahun berikutnya terjadi kekeringan; dampaknya adalah kelaparan yang luar biasa.’ Orang-orang Eropa bisa menjadi sangat buas di masa kelaparan, sampai ke tingkat yang memungkinkan beberapa dari mereka melakukan kanibalisme, membunuh dan memakan daging manusia lain. Kota-kota dipenuhi para pengemis yang tidak punya penghasilan dan tak ada tempat tinggal. Di samping semua itu, Bridge juga mengemukan fenomena perampokan dan perampasan yang umum terjadi sebagaimana dijelaskan Coulton di atas.

Orang-orang inilah yang menjadi rombongan pertama Perang Salib, dipimpin oleh Peter the Hermit. Jumlah mereka mencapai tiga ratus ribu orang, termasuk perempuan dan anak-anak, terdiri dari orang-orang Perancis dan Jerman. Saat berangkat melewati kota-kota besar Jerman, tabiat buruk para peziarah ini muncul dan korban pertama pun berjatuhan: orang-orang Yahudi. Para peziarah ini miskin dan kesusahan, sementara orang-orang Yahudi Jerman – yang nenek moyangnya dipandang sebagai pihak yang menyalib Yesus – kaya raya. Tanpa bisa dihalangi oleh pemimpin Katholik sendiri, orang-orang Yahudi ditangkap, dibunuh, dan dirampas hartanya oleh para peziarah.

Persoalannya tidak berhenti sampai di situ. Saat melalui Hunggaria, mereka dilayani dengan baik oleh penduduk setempat yang juga beragama Kristen (walaupun beraliran Ortodoks). Namun kekacauan kembali terjadi. Para peziarah ini mulai menyerang penduduk setempat, menjarah dan membakar pasar mereka. Peter the Hermit dan beberapa pemimpin Katholik yang membawa para peziarah ini tidak bisa menahan kerumunan yang terlalu besar dan tak disiplin ini. Penduduk yang diserang tentu saja lari dan tak mampu menghadapi orang-orang yang menyerang mereka. Namun, mereka segera berhimpun dengan warga di kota lain dan melakukan perlawanan sengit saat para peziarah lewat di kota tersebut. Kini para peziarah mulai merasakan akibat perbuatan mereka. Sebagian dari mereka lari pulang ke negeri mereka. Beberapa konflik masih terjadi di beberapa tempat yang mereka lalui, hingga pada saat mereka melewati pegunungan Thrace dan mendapat pengawalan dari pasukan Byzantium jumlah mereka sudah kurang dari separuhnya.

Kaisar Byzantium kemudian menempatkan mereka di luar kota Konstantinopel. Mereka disarankan untuk menetap dulu sampai pasukan yang lebih lengkap datang dan mereka bisa pergi bersama-sama menghadapi orang-orang Turki. Tapi orang-orang ini kembali membuat ulah. Mereka mulai mencuri di pasar dan rumah penduduk serta mengambil beberapa bagian bangunan gereja untuk dijual. Keadaan ini membuat kaisar mendorong mereka untuk segera menyeberangi Selat Bosporus dan pergi memasuki wilayah Muslim. Angkatan pertama Perang Salib ini akhirnya menerima nasib yang buruk di tangan pasukan Turki. Mereka dihancurkan dan yang tersisa lari dalam keadaan tercerai berai; misi mereka gagal total.

Pasukan salib berikutnya yang lebih disiplin baru berangkat beberapa bulan kemudian, dan mereka berhasil menguasai Yerusalem dan beberapa kota di sekitarnya. Sikap para tentara salib yang pergi belakangan ini lebih baik terhadap saudara-saudara Kristen mereka di Eropa Timur, tapi saat menghadapi kaum Muslimin, mereka tidak lebih manusiawi dari rekan-rekan mereka yang berangkat pertama kali. Mereka membunuhi Muslim dalam jumlah sangat banyak di kota-kota yang mereka kuasai. Dan saat menguasai kota Ma’arrat al-Nu’man dan terserang kelaparan, mereka mengeluarkan isi perut orang-orang Islam, mengiris daging-daging mereka, kemudian memanggang dan memakannya.

Demikianlah Perang Salib telah dimulai dengan gerombolan orang-orang Eropa Barat yang sangat buruk perangainya, bahkan terhadap rekan-rekan seagama mereka sendiri. Kini kita akan melihat contoh yang kedua.

2. Penemuan Benua Amerika

Pada tahun 1492, kira-kira setengah tahun sejak dikuasainya Granada oleh Kerajaan Aragon dan Castile, seorang pria kelahiran Genoa, Italia, berhasil mewujudkan rencananya melakukan ekspedisi laut ke India melalui jalur Barat. Ya, pria itu adalah Christoper Colombus. Ia tidak berhasil mencapai India dalam ekspedisinya tersebut. Namun, apa yang berhasil ditemukannya jauh lebih penting bagi Eropa. Colombus telah ‘menemukan’ sebuah dunia baru (a new world); ia menemukan benua Amerika. Sejak saat itu, orang-orang Eropa mengumumkan Colombus sebagai orang pertama yang menemukan benua Amerika, walaupun belakangan hal ini mulai dibantah. Laksamana Cheng Ho disebut-sebut telah tiba di benua tersebut lebih dari setengah abad sebelum ekspedisi Colombus.

Mari kita lupakan dulu soal siapa yang lebih dulu tiba di benua Amerika. Dalam upaya mewujudkan impiannya, Colombus menghadapi banyak kendala. Banyak orang Eropa masih percaya bahwa bumi itu datar. Tidak satu pelaut pun yang tertarik untuk berlayar ke Barat mengarungi Atlantik. Tidak ada yang mengetahui apa yang akan mereka dapati di ujung Barat samudera itu. Itu merupakan ide yang gila; ide gila yang sama sekali tidak menimbulkan decak kagum, malah justru mengundang celaan dan tertawaan. Tapi Colombus percaya kalau bumi berbentuk bulat dan karenanya ia bisa mencapai India dengan berlayar ke Barat.

Karena gilanya rencana ini, Colombus sulit untuk mendapatkan sponsor untuk membiayai perjalanannya. Dan ketika Colombus berhasil mendapatkan dukungan dan dana, tidak ada orang yang ingin ikut bersamanya. Untuk mendapatkan anak buah kapal, misi ini kemudian ditawarkan kepada para narapidana (convicts) dengan ganjaran kebebasan bagi mereka yang menyertainya. Demikianlah perjalanan yang sangat bersejarah ini ikut dipelopori oleh orang-orang penjara.

Setelah mengarungi samudera dengan tiga kapal yang tidak seberapa besar selama kira-kira lima minggu, Christoper Colombus dan para kru kapalnya, termasuk para napi tadi, berhasil mencapai daratan (Amerika Selatan) dan berinteraksi dengan penduduk asli. Belakangan baru diketahui kalau itu bukan India, melainkan sebuah benua yang sama sekali belum pernah mereka dengar atau ketahui. Para narapidana yang menyertai Colombus telah ikut berperan membentuk sejarah baru dunia.

3. Penemuan Benua Australia

Orang-orang Eropa tentu saja bukan pihak pertama yang ‘menemukan’ benua Australia. Orang-orang Bugis telah berlayar ke Australia untuk mencari tripang jauh sebelum penjelajah Eropa yang pertama berhasil mencapai benua ini. Yang membedakan mereka hanyalah fakta bahwa orang-orang Bugis tidak pernah mengklaim benua itu sebagai wilayah mereka untuk kemudian menguasainya dan menjadikan penduduk aslinya (aborigin) sebagai warga kelas dua.

Pada awalnya, orang-orang Eropa tidak tertarik menjadikan Australia sebagai koloni mereka. Namun, belakangan Inggris merasa terpukul karena koloninya yang paling penting di benua Amerika memerdekakan diri pada tahun 1776 (kemudian menjadi negara Amerika Serikat). Mereka juga dipusingkan oleh sistem penjara mereka yang tak lagi mampu menampung para narapidana. Maka Australia pun mulai dilirik sebagai tanah yang menjanjikan bagi pembentukan koloni baru. Inggris kemudian memutuskan untuk mengirim para narapidana yang sudah tak bisa ditampung penjara-penjara Inggris ke Australia untuk menjadi generasi awal yang membangun koloni di sana.

Pembentukan koloni baru ini bermula pada bulan Januari 1788, dan para narapidana Inggris dikirm ke tempat ini secara bertahap. Hingga pertengahan abad ke-19 jumlah narapidana yang dikirim ke tempat ini mencapai seratus lima puluh ribu orang. Dua puluh persen dari jumlah ini merupakan kaum perempuan dan sebagian dari kaum hawa ini berprofesi sebagai pelacur. Setelah perekonomian koloni mulai berkembang, para imigran bebas (bukan narapidana) dari berbagai negara mulai berdatangan ke benua itu. Walaupun begitu, para narapidanalah yang telah memulai sejarah Australia modern. Orang-orang inilah, serta anak-anak mereka, yang menjadi generasi awal yang membentuk masyarakat dan negara Australia yang kita kenal sekarang.

Ketiga peristiwa di atas merupakan bagian yang sangat penting dari perjalanan sejarah dunia, khususnya sejarah Barat modern. Yang pertama (Perang Salib), walaupun sudah berlalu tujuh abad, masih terus mempengaruhi kehidupan kita hingga ke hari ini. Ia menjadi simbol utama konflik antara Barat dan Islam. Yang kedua dan ketiga membuka jalan bagi terbentuknya peradaban baru di dua benua yang sangat besar: Amerika dan Australia. Perjalanan sejarah ketiganya ternyata dimulai oleh orang-orang liar, para narapidana, atau dengan kata lain oleh warga masyarakat yang tidak terhormat.

Sejarah terkadang memang aneh dan agak memalukan …, tapi itulah sejarah. [Kuala Lumpur, 30 November 2009
Alwi Alatas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar