Rabu, 03 Desember 2014

Tipu Daya Jin

dunia ghaib islampos jin 268x300 Apa Saja Tipu Daya Jin? (1)
tempat tinggal  rumah jin islampos 268x300 Apa Saja Tipu Daya Jin? (2   Habis)
JIN (setan) biasanya tidak akan menampakan dirinya kepada manusia karena kemauannya sendiri, kecuali jin (setan) ingin menakut-nakuti manusia dan mencelakakannya. Jin (Setan) dengan tipu dayanya bisa saja memberikan kesan kepada manusia muslim bahwa dalam suatu peristiwa tertentu yang jelas-jelas melanggar ketentuan akidah Islam, tapi dengan kemampuan tipu dayanya (jin [setan]) peristiwa itu bisa jadi seolah-olah menjadi benar adanya menurut akidah Islam, begitulah salah satu bentuk usaha jin (setan) mencari-cari celah-celah untuk menjerumuskan umat muslim. Dan banyak umat muslim yang saleh sekalipun tidak menyadarinya.
Allah berfirman, ”Hai keturunan adam, janganlah sekali-kali kamu mau ditipu oleh setan sebagaimana dia telah dapat mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga. Dia tanggalkan pakaian (pada dasarnya ada dua macam pakaian yaitu, pakaian yang bersifat jasmaniah [fisik] untuk menutup aurat dan keindahan dan pakaian yang bersifat rohani [spritual] untuk mengisi kekosongan jiwa dengan nilai-nilai ketaqwaan) dari keduanya supaya mereka memperlihatkan auratnya.
”Dan sesungguhnya setan dan kelompok-nya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Dan sesungguhnya kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman” (QS. Al-A’raf/7:27).
Imam Al-Qurthubi, dalam menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa, sebagian ulama berpendapat dalam ayat di atas terdapat dalil bahwa, jin itu tidak bisa dilihat, berdasarkan firman Allah yang berbunyi, dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Akan tetapi sebagian lainnya mengatakan bisa. Sebab, Allah menghendaki memperlihatkan mereka, maka Dia menampakkan tubuh mereka, sehingga dapat dilihat.
An-Nuhhas mengatakan bahwa, firman Allah yang berbunyi, ”Dari tempat yang kalian tidak dapat melihat mereka”, menunjukkan bahwa jin tidak bisa dilihat. Lagi pula, Allah SWT menciptakan mereka dalam bentuk ciptaan yang tidak bisa dilihat, kecuali ketika mereka terlihat dalam bentuk aslinya, kejadian itu disebut mukjizat Allah SWT kepada Nabi.
Al-Baihaqi meriwayatkan dalam Manaqib Asy-Syafii, dengan sanad dari Ar-Rabi, kata- nya, ”Saya mendengar Asy-Syafii” berkata, ”barang siapa mengklaim dirinya melihat jin, maka kami menganggap syahadatnya telah batal, kecuali jika dia adalah seorang Nabi”. (Muhammad Isa Dawud, Dialog Dengan Jin Muslim, Pengalaman Spritual”, Pustaka Hidayah, 1995, Jakarta, hlm 37).
Jin di dunia ini dikehendaki oleh Allah untuk tidak bisa dilihat (karena dimensinya berbeda dengan manusia), tidak bisa didengar dan disentuh oleh manusia. Mengenai keistimewaan jin dunia ini atau kemampuan khusus yang dimilikinya menjadi mudah baginya untuk melancarkan gangguan atau bergaul dan berkomunikasi dengan manusia.
Ketika jin ingin menampakkan diri dalam bentuk yang bisa dilihat manusia dan bisa terjadi ketika manusia itu sedang dalam kondisi pengaruh sihir atau jin itu sendiri yang ingin memperlihatkan dirinya kepada manusia. Tetapi dapat dipastikan semua itu bisa terjadi karena telah terpenuhi syarat-syarat tertentu yang memungkinkan jin itu menampakan diri untuk dilihat manusia.
Ibn Hajar Al’Asqallani dan “Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baqillani mengatakan bahwa, sebagian kaum Mu’tazilah mengatakan bahwa, jin itu adalah jasad halus dan sederhana. Pendapat berbeda mengatakan bahwa, jin itu adalah makhluk halus. Ketidakmungkinan manusia untuk melihatnya karena halusnya adalah keliru.
Sebab, halusnya suatu materi tidak menjadi halangan untuk bisa dilihat, benda-benda kasar juga bisa tidak terlihat oleh mata manusia, manakala Allah SWT tidak mencipta- kan alat bagi manusia untuk dapat melihatnya. (Fath Al-Bariy fi Syarh Shahih Al-Bukhariy, juz VI, hlm. 396).
Riwayat yang lain ada pula yang mengatakan bahwa, setan pada hari itu menampak- kan diri kepada mereka dalam bentuk Suraqah bin Malik bin Ju’syam. Kemudian muncul Iblis ditengah-tengah pasukan setan dengan mem- bawa bendera. Dia menampakkan diri dalam bentuk seorang laki-laki dari Bani Mudlij dan setan dalam sosok Suraqah bin Malik bin Ju’syam. Kemudian, Jibril menemui Iblis itu, ketika Jibril melihatnya, saat itu pula tangan iblis sedang merangkul tangan salah seorang diantara kaum musyrikin. Setelah itu, Iapun melepaskan tangannya dan melarikan diri bersama pengikutnya.
Laki-laki yang dirangkulnya itu berteriak kepada Iblis, ”Wahai Suraqah, bukankah engkau telah menyatakan untuk membantu kami? Iblis menjawab, ”aku tidak menyertai kalian (berlepas tangan). Sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kamu lihat”, riwayat ini dituturkan oleh Al Baihaqi dan perawi-perawi lainnya.





JIN biasanya tidak menampakkan diri kepada manusia, karena kemauannya sendiri, kecuali ketika jin (setan) ingin menakut-nakuti manusia dan mencelakakannya. Tetapi, jin muslim yang diwawancarai oleh Muhammad Isa Dawud, juga penulis buku Dialog Dengan Jin Muslim, memberikan pendapat yang berbeda yaitu ia mengatakan bahwa, jarang (seolah-olah ada) dilakukan oleh jin yang saleh menampakkan dirinya, … bisa jadi jinnya adalah jin saleh dan manusianya tergolong sebagai Wali Allah yang saleh pula. Dan ketika jin saleh itu kebetulan menampakkan diri, ia hanya bermaksud menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan masalah agama. Sebab, para ulama dikalangan manusia, dalam hal ilmu-ilmu ke-Islamannya, jauh lebih pandai dari pada ulama jin. Karena itu, wajar saja bila manusia mengajari jin tentang kaidah-kaidah agama Islam…...(Muhammad Isa Daud, ”Dialog…”, Op Cit, hlm 55).

Penjelasan jin muslim di atas dikesankan seolah-olah peristiwa itu dibenarkan oleh akidah Islam, jika ditelaah secara teliti dan seksama ungkapan cerita itu cendrung menjurus kepada tipu daya ”setan”, karena terkesan ada usaha mencari-cari celah-celah untuk menjerumuskan umat muslim, coba saja disimak, dengan lihainya, ia mencoba mendiskripsikan sesuatu yang tidak dibenarkan menurut akidah Islam, tapi substansi kejadian dalam cerita itu seolah-olah benar dan wajar adanya dan akibatnya bisa fatal bagi umat muslim yang tidak memahaminya.

Coba saja ditelaah dengan teliti, ”ada jin saleh dan manusia tergolong sebagai Wali Allah yang saleh. Ketika jin itu kebetulan menampakkan diri, dengan maksud hanya  menanyakan tentang kaidah-kaidah agama Islam. Dan hal itu dikatakan wajar”. Sangat jelas, esensi dari cerita itu bermaksud tidak lain hanya ingin menggiring umat muslim yang saleh yang tidak memahami seluk beluk jin, dengan cara membuat cerita yang kandungannya memberikan persepsi yang sangat keliru, yaitu, ”ketika jin saleh kebetulan menampakan diri, kemudian ia berkomunikasi dengan manusia yang saleh pula sebagai alasan pembenaran yang pertama dan alasan pembenaran kedua, yang ditanyakan jin saleh itu kepada manusia muslim yang saleh  adalah masalah kaidah-kaidah agama Islam”.

Ungkapan cerita jin muslim itu jelas kekeliruannya, meskipun dalam cerita itu berkaitan dengan urusan agama, tapi peristiwa pertemuan jin saleh dan manusianya tergolong sebagai Wali Allah yang saleh itu tidak dapat dibenarkan menurut akidah Islam dan dapat dipastikan pula, ketika jin saleh itu menampakan dirinya, tidak menampakkan sosok dirinya yang hakiki. Artinya jin itu bukan jin muslim yang saleh dan manusia yang ditemui jin itu bukan manusia muslim yang saleh pula.

Kisah cerita yang dijelaskan oleh jin muslim itu tidak ada bedanya dengan orang-orang yang melihat dan berhubungan atau berkomunikasi dengan jin disebabkan pengaruh air sihir atau dengan cara tertentu lainnya, karena kejadian dalam cerita itu walaupun dengan cara dan maksud yang berbeda, tapi prilaku seperti yang diceritakan jin muslim itu tetap tidak dibenarkan menurut iman (akidah Islam).

Lagi pula, kejadian dalam cerita itu didukung dengan memberikan gambaran yang sangat keliru terhadap akidah Islam, yang seharusnya tidak dibenarkan menurut akidah, dengan kelihaiannya seolah-olah menjadi suatu kewajaran dan gambaran dalam cerita itu sepertinya tidak ada yang salah. Begitulah cara setan menggunakan tipu daya dalam rangka melakukan penyesatan terhadap umat muslim yang saleh.

Dan, kisah cerita itu sekaligus membuka kedok Jin muslim yang telah memberikan penjelasan di dalam buku Dialog Dengan Jin Muslim… tsb, sesungguhnya Jin Muslim itu adalah setan atau setan yang mengaku Jin Muslim. Coba saja difikirkan, siapa lagi kalau bukan setan, karena tidak mungkin jin muslim (saleh) dengan teganya menjerumuskan umat manusia muslim yang saleh. Dipertegas lagi dengan pernyataan Alm. Ustadz Kasman Sudjai bahwa, Jin-jin yang saleh (diceritakan dalam buku ”Dialog Dengan Jin Muslim”) bukan kebetulan (jarang) menampakkan diri, tetapi jin yang saleh tidak akan menampakkan diri apalagi menakut-nakuti atau mendatangi orang-orang muslim yang saleh.

Sebab, Jin-jin yang saleh itu walaupun hidup di bumi (di dimensi yang berbeda) sama dengan manusia dan mereka tidak akan berani melanggar batas-batas ketentuan yang telah digariskan Allah SWT dalam berhubungan dengan manusia. Surah Al-Jin, memberikan pedoman bagi manusia: ”Dan sesungguhnya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja mereka ([jin-jin] saleh) berdesak-desakan disekelilingnya (untuk mengikuti ibadah)”. (Q.s.Al-Jin/72: 19).

Maksud jin saleh mendekati orang-orang yang sedang shalat adalah untuk mengikutinya (berjamaah, [Abu Aqila, ”Kesaksian Raja Jin”, Senayan Abadi Publishing, Jakarta, 2002, hlm 26]). Dan jin-jin saleh itu tidak bermaksud untuk mengganggu dan menampakan dirinya atau bahkan berkomunikasi atau berhubungan, tetapi mereka (jin saleh itu) hanya ingin mengikuti shalat berjamaah. Pastinya tidak mengganggu (membuat takut manusia) dan bermaksud jahat terhadap orang-orang muslim (saleh) yang menjalankan ibadah shalat berjamaah ketika itu. (Kursif-Penulis). [naira naira]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar