
Noor Jehan (ilustrasi).
Karya-karyanya menginspirasi para seniman di masa mendatang.
Ellison Banks Findly dalam buku berjudul Nur Jahan: Empress of Mughal India yang diterbitkan oleh Oxford Univesity Press pada 1993 menulis, inovasi dan kemurnian aristeknya yang dikombinasikan dengan seni arsitektur khas India, telah menghasilkan mahakarya di seantero Tanah Gujarat tersebut.
Karya itu adalah gubahan seorang permaisuri Kerajaan Mughal, India. Ia adalah Noor Jehan. Kualitas seni arsitektur perempuan kelahiran 31 Mei 1577 di Kandahar inin memang diakui dan hingga kini menjadi warisan dunia.
Ia merancang taman Mughal di Kashmir dan Agra dengan inspirasi gaya Persi, dengan sistem pengaliran air yang tertata rapi, termasuk menggunakan geometri. Di Lahore dan Nursarai, sebuah taman ia bangun dengan dekorasi air terjun dan berbagai macam tanaman, menghijaukan taman.
Konstruksi bangunan yang ia rancang sendiri dan sangat bernilai seni tinggi ialah makam ayahnya, Mirza Ghias Beg, yang kemudian menjadi inspirasi utama desain Taj Mahal.
Sebuah makam, tanda cinta Shah Jahan untuk istri tercintanya, Mumtaz Mahal, yang tak lain adalah keponakan Noor Jehan. Bahkan, makam Noor Jehan di Pakistan ia rancang sendiri dan mengundang takjub banyak wisatawan sampai sekarang.
Pengetahuan dan wawasannya tentang seni bangunan dan arsitek bermula dari pernikahannya dengan penguasa Kerajaan Mughal, Raja Jahangir, yang berkuasa selama 1605-1627.
Pernikahan tersebut memberikan keuntungan berupa akses tak terbatas terhadap sumber dan rujukan ilmu arsitektur. Mulai dari menggambar sketsa, perancanaan pembangunan, bentuk monumen, dan desain taman yang megah juga elok.
Putri kedua dari Mirza Ghias Beg dan Asmet Begum ini memiliki jiwa seni yang tinggi. Tak hanya di bidang seni bangunan, ia juga mahir dan menguasai ilmu sastra, pintar menari, dan berdendang.
Ada dua nama sastrawan yang sangat ia gandrungi ketika itu, yakni Talib Amuli dan Qasim Khan. Sang permaisuri sering pula menggelar hajatan baca syair dan puisi di kediamannya. Acara itu banyak menyedot perhatian para pujangga dan sastrawan.
Perempuan yang gemar pula berburu ini ternyata juga seorang perancang busana andal. Ia merancang sejumlah karya dari renda dan brokat.
Busana terkenal hasil rancangannnya ialah Nur Mahali. Selain bergaya seni tinggi, hasil karyanya itu sangat digemari lantaran biaya pembuatannya murah.
Atas jasanya pula, kalangan menengah ke bawah bisa menikmati parfum dengan aroma yang tak kalah dengan parfum para bangsawan dengan harga kaki lima. Noor Jehan berhasil menemukan formula khusus hasil esktrak dari sejumlah bahan.
Kedermawaannya juga tersohor seantero India, kala itu. Ia kerap menyantuni tak kurang dari 500 orang miskin mengunakan uang pribadinya.
Tangan besi
Namun, di balik sentuhan lembut hatinya yang berwujud pada seni estetika bernilai tinggi, tersimpan sosok Noor Jehan yang bertangan besi dan pemberani. Saat sang suami tak berdaya akibat candu opium, ia memegang tali kekuasaan.
Banyak keputusan dan kebijakan kenegaraan yang ia kendalikan sendiri. Atas arahannya pula, ia kerap mengontrol jalannya persidangan terkait sejumlah kasus di pengadilan.
Sejarah mencatat, selama Jehangir berkuasa, setidaknya ada kuartet orang berpengaruh, yakni Mirza Ghias, Asaf Khan, Ratu Khurram, dan tentunya Noor Jehan.
Ia, bahkan mendapat pengakuan sebagai kekuatan nyata di balik singgasana Mughal selama Jehangir terpuruk akibat candu. Para menteri sering berkonsultasi kepadanya terkait persoalan kenegaraan, meliputi administrasi, keuangan, dan keamanan negara.
Keberaniannya juga tampak di medan perburuan binatang. Noor Jehan adalah permasuri yang sangat berbeda dan istimewa. Kemampuan berburunya di atas rata-rata perempuan saat itu. Ia mampu mencatat rekor, ia bisa membidik seekor macan dari atas gajah. Empat ekor gajah pernah ia bidik hanya menggunakan enam amunisi.
Karakter dan pribadinya yang seksi itu menarik tak sedikit pelukis untuk mengabadikan sosoknya. Ia adalah objek paling laris, saat itu, untuk dilukis. Sekalipun sampai saat ini, bagaimana akses dan cara para pelukis itu untuk melukis sang permaisuri masih misterius.
Atas rentetan jasanya yang tak ternilai, Noor Jehan menjadi satu-satunya permaisuri yang namanya terukir di mata koin Mughal. Dan, perempuan yang wafat pada 17 Desember 1645 itu, masuk dalam kategori perempuan paling berpengaruh pada abad ke-17.
Nashih Nashrullah
Redaktur : Chairul Akhmad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar