Minggu, 21 Desember 2014

Dunia Sebelum Nubuwwah

Dunia Sebelum Nubuwwah (1)
Simbul Latta dan Uzza adalah dewa dan berhalanya Arab jahiliyah

SAAT menjelaskan tentang alas an munculnya Islam di Jazirah Arab ada beberapa penceramah yang mengaitkannya dengan keadaan jahiliyah di masyarakat Arab pada masa itu.

MengapaNabi Muhammad saw lahir dari tengah bangsa Arab dan memulai dakwahnya kepada mereka? Karena bangsa Arab inilah masyarakat yang paling jahil, yang paling rusak, pada masa itu. Begitu kurang lebih yang dikatakan sebagian penceramah tadi.

Hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan. Apakah benar bangsa Arab pada masa itu merupakan masyarakat yang paling jahil, dalam artian paling rusak dan paling tidak bermoral?

Kalau masyarakat Arab pada masa itu merupakan masyarakat yang paling rusak, bagaimana mereka dalam waktu yang sangat singkat bias menjadi masyarakat terbaik seperti yang digambarkan al-Qur’an: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia …” (QS 3: 110).

Sebuah masyarakat yang sudah sangat rusak tentunya sangat sulit untuk berubah, apalagi dalam waktu yang singkat. Selain itu, rasanya mustahil suatu masyarakat bias muncul menjadi masyarakat terbaik kalau mereka tidak memiliki kualitas-kualitas positif yang memungkinkan mereka untuk muncul dan memimpin peradaban.

Dengan begitu, tidak tepat untuk mengatakan bahwa masyarakat Arab tempat munculnya Nabi Muhammad  adalah masyarakat yang paling jahil dan paling tidak bermoral. Dan tidak tepat juga kalau kita mengatakan bahwa yang menjadi alas an diutusnyaNabi saw di Jazirah Arab adalah karena adanya kejahilan di tengah mereka. Semestinya yang menjadi alas an adalah karena adanya kualitas-kualitas positif yang memungkinkan mereka muncul sebagai pemimpin peradaban.

Bangsa Arab pada masa itu memang jatuh dalam kejahiliyahan yang parah.Tauhid dan nilai-nilai ketuhanan telah rusak, digantikan oleh sistem penyembahan berhala. Kondisi social buruk, dan konflik antar kabilah merupakan hal yang sangat biasa terjadi, bahkan untuk alasan-alasan yang sepele.

Moralitas mereka bermasalah. Sistem pernikahan mereka bercampur-aduk dengan hal-hal yang terlarang.

Kaum perempuan mereka kurang dihargai dan kadang dibunuh saat masih bayi.

Mereka memang jatuh dalam kerusakan moral. Namun, mereka bukan satu-satunya yang mengalami hal itu. Sebenarnya, pada masa itu seluruh dunia jatuh dalam kejahiliyahan yang sama. Kondisi jahiliyah yang mengacu pada keadaan pra-Nubuwwah sebenarnya tidak khusus untuk penduduk Jazirah Arab saja. Seluruh dunia ketika itu juga jatuh dalam kejahiliyahan.

Joseph McCabe dalam bukunya The Splendour of the Moorish Spain, misalnya, mengakui ”Bahwa orang-orang Arab [Muslim, pen.] memasuki arena pada periode paling penuh keputusasaan yang pernah dirasakan dunia sejak fajar peradabannya, yaitu pada paruh pertama abad ke tujuh. Sekiranya ada seorang pemikir filsafat di mana pun di bumi ini pada awal abad tersebut, ia tentu akan mengumumkan bahwa kisah perjalanan panjang upaya manusia untuk menciptakan peradaban telah berakhir dengan kegagalan.” Jadi kemunduran dan keputusasaan peradaban itu bersifat umum bagi seluruh peradaban di dunia. Dalam kondisi seperti inilah Rasulullah saw. diutus ke tengah masyarakat Makkah untuk menjadi rahmat bagi seluruh ummat di dunia.

Keadaan jahiliyah yang mendunia ini digambarkan dengan sangat baik oleh Abul Hasan Ali al-Hasani al-Nadwi dalam bukunya Kerugian Apa yang Diderita Dunia Akibat Kemerosotan Kaum Muslimin? (Madza Khasirul Alam bi inkhitatil Muslimin?).

Berdasarkan apa yang beliau gambarkan itu terlihat jelas bahwa kemunculan Nabi saw. memang menjadi rahmat bagi alam semesta, karena pengaruhnya telah mengangkat dunia dari keterpurukan sejarah dan peradaban. Dan ketika kaum Muslimin mengalami kemunduran pada masa yang belakangan, dunia pun sebenarnya ikut mengalami penderitaan, walaupun penderitaan ini tersembunyi di balik topeng kemajuan dan modernisme.

Saat membuka tulisannya, al-Nadwi berkata, ”Tidak ada perbedaan pendapat, bahwa abad keenam dan ketujuh masehi adalah abad-abad yang paling mengalami kemerosotan dalam sejarah…. Tambah hari tambah cepat menukik dengan hebatnya. Manusia pada abad-abad tersebut seolah-olah sudah lupa sama sekali kepada Penciptanya, sehingga lupa pula kepada dirinya sendiri dan kepada hari-depannya. Kearifan menjadi lenyap dan bersamaan dengan itu hilang pula kesanggupannya membedakan yang baik dari yang buruk, dan yang bajik dari yang jahat. Apa yang diserukan oleh para Nabi telah lama pudar, dan pelita-pelita yang dinyalakan oleh mereka telah lama padam ditiup angin ribut yang datang sesudah mereka. Kalau masih ada yang tinggal menyala, cahayanya sangat kecil dan remang-remang, tidak dapat menerangi hati, apalagi menerangi rumah-rumah atau menerangi negeri.”

Seluruh masyarakat dan peradaban ketika itu jatuh dalam kejahiliyahan. Jika masyarakat Arab pada masa pra-Nubuwah menjadi penyembah berhala, maka seluruh dunia pada masa itu juga menyembah berhala. Bangsa China memberhalakan ”nabi” dan filsufnya. Bangsa India menyembah tuhan-tuhan yang sangat banyak jumlahnya, bahkan ada sebagian masyarakatnya yang menyembah kemaluan dewanya. Bangsa Persia menyembah api. Dan bangsa Romawi yang ketika itu sudah menganut Kristen menuhankan Yesus dan memasukkan patung-patungnya ke dalam gereja.*/

KONDISI sosial dan kemanusiaan di semua peradaban juga mengalami kemerosotan yang serius. Perempuan dapat dikatakan tidak dihargai oleh semua peradaban yang ada. Pemerintahan pada umumnya bersifat absolut dan penindasan terhadap rakyat terjadi di banyak negeri. Agama Kristen di Romawi dan banyak tempat lainnya terpecah dalam sekte-sekte yang banyak jumlahnya dan saling bermusuhan satu sama lain. Bangsa India menganut sistem kasta yang ketat, dan kaum perempuan yang ditinggal mati suaminya didorong untuk ikut membakar dirinya bersama jenazah suaminya yang dikremasi.

Di Persia pernikahan incest (hubungan seks sedarah) dibolehkan, dan beberapa faham yang merusak, seperti mazdakisme, sempat menimbulkan kekacauan sosial di tengah masyarakat negeri itu. Bangsa Arab tidak sendirian dalam kejahiliyahannya ketika itu, dan dalam beberapa hal mereka tidak lebih jahiliyah dibandingkan bangsa-bangsa lainnya di dunia.

Ketika Nabi Muhammad  diutus, terjadilah perubahan positif yang sangat besar dan cepat. Pada awalnya di Hijaz, kemudian di Jazirah Arab, dan setelah itu menyebar ke belahan dunia lainnya. Al-Nadwi menyebut perubahan ini sebagai ”kejadian yang paling aneh sepanjang sejarah.”

Menurutnya,  ”Perubahan itu benar-benar aneh dalam segala hal: Aneh dalam hal kecepatannya, aneh dalam hal sifatnya yang sangat mendalam, dan aneh dalam hal daya-cakupnya yang menyeluruh. Juga aneh dalam hal kejelasannya serta kemudahannya difahami.”

Peradaban Islam telah mempengaruhi peradaban dunia dan memberi perubahan positif kepadanya. Al-Nadwi mengutip pendapat beberapa tokoh non-Muslim tentang hal ini. Robbert Briffault, misalnya, mengatakan, ”Bukan ilmu phisika yang berasal dari orang-orang Arab yang menghidupkan kembali Eropa, akan tetapi peradaban Islam telah banyak mempengaruhi berbagai cabang kehidupan di Eropa sejak memancarkan sinarnya yang pertama ke benua itu.”

Jawaharlal Nehru, perdana menteri pertama India, juga menyatakan, ”… masuknya Islam mempunyai arti yang sangat penting dalam sejarah India, Ketika itu kerusakan dan kejahatan di kalangan masyarakat Hindu sedang meluas. Pembagian golongan penduduk telah melahirkan berbagai macam kasta dan menciptakan golongan yang dianggap najis…. Teori persaudaraan dan persamaan Islam yang diyakini dan dihayati oleh kaum Muslimin sangat dalam pengaruhnya dalam pemikiran orang-orang Hindu, dan yang paling banyak terpengaruh ialah kaum sengsara yang oleh masyarakat Hindu dilarang menikmati hak persamaan dan hak-hak asasi manusia lainnya.”

Ada banyak contoh lainnya yang disebutkan dalam buku al-Nadwi, sebuah buku yang sangat bagus untuk dibaca. Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa kejahiliyahan pada masa itu tidak hanya terbatas di Jazirah Arab dan bukan pula penduduk negeri ini yang paling mundur moralitasnya. Kejahiliyahan dan kemerosotan peradaban terjadi di berbagai belahan dunia. Maka kemunculan Nabi Muhammad saw. dan perubahan yang terjadi setelahnya benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh alam, tepat seperti yang digambarkan oleh al-Qur’an: ” Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS 21: 107). Wallahu a’lam.*/Jakarta, 29 Dzul Qa’dah 1434/ 5 Oktober 2013

AlwiAlatas
Penulis adalah penulis buku “Nuruddin Zanki dan Perang Salib” kolumnis  kini sedang mengambil program doktoral bidang sejarah di Universiti Islam Antarabangsa, Malaysia
Rep: -
Editor: Cholis Akbar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar