Apa, mengapa, siapa, bagaimana dan untuk siapa Dinasti Saud berkuasa? Tentu ini suatu pertanyaannya yang harus dijelaskan secara baik, tidak memihak dan dari sumber sejarah yang netral. Saya tidak bepretensi sebagai ahli dalam hal ini tapi saya berupaya sekuat tenaga untuk mencari sumber-sumber yang relevan dan menjelaskannya secara obyektif kondisi di atas. Tapi sekuat apapun usaha dan upaya saya untuk bersikap obyektif, karena ini merupakan opini terhadap suatu persepsi saya sendiri sebagai individu tentang sejarah maka tingkatan oyektivitas yang saya capai tidak terlepas dari subyektifitas saya sendiri sebagai penulis. Ribet ya penjelasannya :)
Siapa Dinasti Saud? Tamim Ansary, sejarawan muslim dunia, menulis bahwa : ” Dunia Saudi-Wahhabi telah menyusut ke negara suku Badui di Arabia tengah tetapi masih dipimpin oleh keturunan langsung dari leluhur pemimpin Saudi abad ke delapan belas, Muhammad Ibnu Saud, orang yang telah membuat kesepakatan dengan ulama konservatif radikal Ibn Wahhab. Selama beberapa dekade, kedua keluarga pria itu telah melakukan perkawinan keluarga secara ekstensif; syekh Saudi sekarang menjadi kepala agama pendiri Wahhabi, dan keturunan Ibnu Wahhab masih merupakan ulama terkemuka wilayah yang dikuasai Saudi.
Apa yang menyebabkan Dinasti Saud dapat masuk kepanggung pemerintahan di jasirah Arab? Ketika pecah perang sipil di Eropa pada tahun 1914, Jerman dan Austria bergabung melawan Perancis, Inggris dan Rusia dan sebagian besar negara Eropa lainnya segera ikut bergabung ataupun diluar keinginannya terseret dalam kancah peperangan tersebut. Di Istambul, Turki, kelompok terorganisir paling ketat saat itu adalah Komite Persatuan dan Kemajuan (Committee of United Progressive Party), merebut kekuasaan melalui kudeta pada tanggal 23 Januari 1913, membunuh perdana menteri yang sedang menjabat dan menggulingkan Sultan Utsmani yang teakhir (Abdul Hamid II). Turki Ustmani dikuasai oleh tritunggal: Talaat Pasha, Enver Pasha dan Djemal Pasha memimpin sisa-sisa kerajaan Ustmani.
Dilain pihak Inggris, yang sangat khawatir berulangnya kesuksesan imperium Turki dibawah kendali tritunggal Partai Persatuan dan Kemajuan, memutuskan untuk menyerang dari belakang melalui Asia kecil. Pasukan Sekutu mendarat di semenanjung Gallipoli, dari wilayah itu mereka akan menyerang Istambul, tapi serangan itu gagal dan pasukan Sekutu dibantai. Gagal dari usaha tersebut, Inggris mengeksploitasi kelemahan Utsmani dengan mengotaki pemberontakan provinsi-provinsi Arab yang merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Turki. Gerakan nasionalis bertujuan mencarai kemerdekaan Arab dari Turki. Berbagai keluarga Arab yang kuat berusaha memantapkan diri sebagai penguasa dinasti lokal. Dalam semua ketidak-puasan ini, Inggris mencium kesempatan untuk menghancurkan sisa-sisa kekuasan Turki.
Bagaimana Dinasti Saud bisa berkuasa dengan sukses? Kepentingan Inggris dan kepentingan Ibnu Saud bertemu dengan pas. Inggris yang phobia terhadap kemungkinan kesuksesan Imperium Turki terulang kembali, yang sempat melesakkan kekuasaan sampai ke Jerman. Sementara, Ibnu Saud ingin menguasai jasirah Arab. Agen Inggris dikirim kepada Ibnu Saud dengan membawa uang dan senjata untuk menyerang Ustmani. Sementara, Ibnu Saud percaya bahwa dia akan diberi imbalan setelah perang untuk setiap kerusakan yang bisa ditimbulkannya atas Turki. Disini Inggris dengan sukses melakukan politik adu domba antara Ibnu Saud dan Turki (yang sama2 muslim).
Inggris tidak hanya puas sampai disini. Dijazirah Arab ada dua keluarga terpandang. Patriark Hasyimiah bernama Hussein Ibn Ali. Dia adalah penjaga Kabah, tempat tersuci Islam, dan dikenal dengan gelar Syarif, yang berarti dia adalah keturunan dari klan Nabi sendiri, Bani Hasyim. Syarif Hussein juga bermimpi menguasai jasirah Arab dan dia berpikir bahwa Inggris akan membantunya mewujudkan itu. Inggris dengan senang hati membiarkan dia menyangka bahwa Inggris bisa dan bersedia. Untuk itu, Inggris mengirim perwira Intelejen militer yang flamboyan, Kolonel Thomas Edward Lawrence, yang suka berbahasa Arab dan berpakaian suku Badui, yang akhirnya membuatnya mendapat julukan Lawrence of Arabia
Hasyimiah mendahului membantu Inggris dalam memunculkan pemberontakan di Arab. Dua putra Hussein berkerja sama dengan kolonel Lawrence, memunculkan pemberontakan Arab, mengusir Turki keluar dari wilayah itu, membuka jalan bagi Inggris untuk menguasai Damaskus dan Baghdad. Dari sana, Inggris dapat memberikan tekanan kepada Utsmani. Akhirnya, Inggris dapat memukul hancur Turki dan sekaligus mengalahkan Jerman. Tiga bekas propinsi Utsmani dijadikan suatu negara baru yang disebut sebagai Irak dan diberikan kepada Faisal, putra kedua dari Syekh Mekkah. Tapi kakak Faisal yang bernama Abdullah, diberikan wilayah lain Arab, yang bernama Yordania.
Tapi kedua putra Syekh tersebut tidak mendapatkan jasirah Arab karena pada tahun 1924, klien Inggris yang lain dikawasan tersebut, Azis Ibnu Saud meyerang Makkah bersama sekelompok pasukan agama (aliran Wahhabiah), merebut kota suci, mengusir patriark Hasyimiah. Ibnu Saud kemudian menaklukan 80% jasirah Arab dan hanya menyisakan Yaman, Oman dan beberapa wilayah pantai emirat yang luput dari genggamannya. Begitulah caranya Inggris mengadu domba orang Arab sebagaimana Belanda mengadu domba kerajaan2 di Indonesia. Mereka rupanya seguru dan seiman…
Mengapa Dinasti Saud tetap bertahan sampai sekarang ini? Salah satu penguasa Dinasti Saud pernah menyatakan sumpah bahwa iblis dan setanpun akan dijadikan sekutu demi untuk kesatuan Saudi Arabia dibawah Dinasti Saud. Oleh karena itu, kita tidak heran bahwa penguasa Saudi tidak segan-segan menghambakan dirinya dibawah payung kekuasaan Amerika demi kepentingan keberlangsungan klan Saud. Bahkan ketika Amerika melunakkan tekanan kepada Suriah, Saudi tak segan-segan menghubungi Israel yang kelihatan mulai tak ramah ke Amerika Serikat, gara-gara politik Timur Tengah Amerika yang kurang pro Israel dalam pembangunan pemukim Yahudi di Tepi Barat.
Untuk mengamankan posisi keluarga Saud di Kerajaan Saudi, setiap pemuka politik yang menyuarakan protes terhadap kebijakan negara dirangkul dengan perkawinan dengan keluarga raja. Karena Raja bisa beristri maksimal 4 dan ditambah selir yang bergantian pada posisi istri yang ke empat maka keluarga kerajaan tidak kekurangan wanita untuk dikawinkan dengan setiap orang yang “prominent” yang berbeda haluan dengan kebijakan kerajaan. Dengan perkawinan tersebut, maka orang tersebut akan berhenti memprotes kebijakan kerajaan/negara karena dia sudah menjadi bagian dari keluarga kerajaan.
Untuk menghapus pengaruh Nabi dan patriarknya, seluruh bekas atau situs2 sejarah yang berhubungan dengan sejarah Nabi dihancurkan dengan alasan untuk mencegah sirik. Pengikut Wahhabis bersinergi dengan keluarga kerajaan untuk mengikis habis pengaruh klan Hasyimiah di Mekkah dan Madinah. Tujuannya hanya satu, melanggengkan kekuasaan Dinasti Saud, apapun alasannya!!!
Untuk kepentingan siapa kelanggengan Dinasti Saud? Ya untuk kelangsungan kepentingan Dinasti itu sendiri. Hasil minyak trilyunan dollar itu masuk kedalam kantong para pangeran dan prominen person dalam rangka menjaga loyalitas mereka kepada Dinasti Saud bukan kepada negara. Posisi2 penting dikerajaan semua dipegang oleh keluarga kerajaan. Mereka secara teratur mendapat jatah hasil penjualan minyak dan proyek2 kerajaan. Bayangkan kalau uang tersebut untuk membangun Makkah dan Madinah, tentu lebih dari cukup.
Untuk setiap pelayanan haji, setiap jamaah dikutip 100 dollar, bayangkan kemana uang tersebut dipergunakan? Dengan uang jamaah dan uang minyak yang trilyunan dollar bisa membangun subway (mass transit) 20 jalur dari Makkah melalui Mina, Mudzalifah, Arafah hingga sampai ke Madinah. Uang tersebut bisa membangun ribuan WC di Arafah, Mudzalifah dan Mina sehingga tidak perlu antrian panjang. Perluasan Makkah dan Madinah tidak perlu menunggu puluhan tahun. Tapi politik dan intrik2 kepentingan dilingkungan keluarga kerajaan yang begitu dahsyat, menyebabkan pembangunan dan pemeliharaan di kedua tempat suci itu berjalan sangat lamban.
Ketika Arab Spring mulai menggelora di Mesir, Tunisia, negara2 Gulf dan terakhir di Suriah, Kerajaan dengan cepat menyumbat mulut para pegawai kerajaan dengan kenaikan gaji dan fasilitas, demi eksistensi Dinasti Saud dan pendukungnya kaum Wahhabist.
Jadi kalau ada yang mencoba mempropagandakan kesuksesan Saudi dibawah aliran Wahhabi, coba kembali mempelajari sejarah Dinasti Saud secara cermat dan jangan dengan ceroboh untuk mempraktekkannya di Indonesia. Sebaiknya Indonesia berproses secara alamiah dalam penghayatan keagamaan, bukan dengan cara-cara radikal dibawa dari bangsa dan negara lain yang kita sadari bukan lahir dari hati nurani tapi kolaborasi antara kepentingan politik dan agama yang dibungkus dengan judul anti sirik padahal tujuan utamanya hanyalah kepada pencapaian yang bersifat duniawi.
Ada yang lucu disekitar Masjidil Haram, ada jam super besar ! Maksudnya apa? Mau menyaingi Big Ben di London, patung Liberty di New York atau Menara Eifel di Paris. Emang, kita semua yang ke Masjidil Haram buat berwisata? Kita kesana mau beribadah, yang kita harapakan adalah kenyamanan selama beribadah di Masjidil Haram, tempat penginapan yang murah dan memadai (bukan hotel bintang lima), tranportasi dari dan ke mesjid yang nyaman (bukan taksi mercedes,porsche atau Ferary). Kita gak perlu jam raksasa itu!!!.
Saking kesalnya sewaktu berada di Masjidil haram saya bertanya kepada salah seorang jamaah, apakah kita bisa berdoa agar Dinasti Saud ini diganti saja dengan pemimpin Arab yang lebih baik, yang lebih ramah kepada para jamaah dalam hal penyediaan fasilitas berhaji. Kawan saya, jamah dari Tunisia menjawab dengan halus bahwa kalau kita berdoa tidak boleh negatif. Saya tanyakan kepadanya, lalu bagaimana caranya doa yang baik?
“Ya Tuhan, berikanlah perlindungan, rahmat, kekayaan, kejayaan, kesehatan dan kebahagiaan kepada Raja Saudi dan pemerintahannya sebagai penjaga kota suci Makkah dan Madinah bila mereka tetap menjaga keadilan dan amanah yang telah Engkau percayakan kepada mereka namun apabila mereka tidak melaksanakannya dengan baik, hanya Engkaulah hakim yang maha tahu dan maha adil”
“Hanya begitu?”, tanya ku kepada sahabatku itu. “Ya begitulah cara berdoa yang baik”, jawabnya. Dimana berdoanya? Terserah, bisa di multazam, makam Ibrahim atau di Raudah!! Terimakasih, aku kemudian menyalaminya dan pamit kembali kepenginapanku di sekitar Masjidil Haram.
Salam AJ.
Di olah dari berbagai sumber dan referensi a.l.:
1. Tamim Ansary: Dari puncak Bagdad, sejarah dunia versi islam
2. Hugh Kennedy, The Great Arab Conquests
3. Marshal GS Hodgson: The Venture of Islam
4. Edward D. Said : Orientalisme
5. Muhammad Asad: The Road to Mecca
Andriano
Tidak ada komentar:
Posting Komentar