Selasa, 09 Desember 2014

Dicari: Pemimpin Amanah

Pemimpin yang adil dan menepati janji/ilustrasi
Pemimpin yang adil dan menepati janji/ilustrasi
 
Sesuai kodrat, dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari harus ada pemimpin yang mampu mengatur dan mengarahkan masyarakat tersebut. Dengan demikian, kewenangan yang diberikan kepada pemimpin seharusnya menjadi landasan baginya untuk mengabdikan tugasnya demi kepentingan rakyat banyak.
Diutarakan oleh Ibnu Taimiyah, Rasulullah telah memerintahkan umat Islam untuk mengangkat seorang pemimpin dalam suatu organisasi, baik dalam tingkatan terendah hingga tinggi (masyarakat). Bahkan dalam satu rombongan perjalanan yang hanya terdiri dari tiga orang sekalipun, wajib ditunjuk satu orang sebagai pemimpinnya.
Dalam kehidupan bernegara, tentu peran pemimpin sangat sentral. Namun yang tak kalah pentingnya adalah peran masyarakat dalam memilih pemimpinnya yang amanah.
Ketua MUI KH Amidhan mengatakan hendaknya umat memilih pemimpin yang berasal dari kalangan Islam sendiri. Hal itu sudah secara tegas dinyatakan dalam kitab suci Alquran. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman." (QS Al Maidah [5]:57)
Pada intinya, agama Islam menekankan pentingnya memilih pemimpin yang beriman. Pemimpin yang beriman akan selalu ingat bahwa apa-apa yang dia miliki tidak lain adalah kepunyaan Allah, termasuk juga kekuasaan yang diamanatkan oleh rakyat.
Di samping itu kriteria kepemimpinan yang sangat penting menurut pandangan Islam ialah dapat berlaku adil."Sifat adil ini akan membawa masyaraktanya pada kemakmuran. Adil juga dapat menghindarkan seorang pemimpin dari berlaku korupsi dan mementingkan diri sendiri," katanya.
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS [16]:90).
Amidhan menambahkan, lantaran pentingnya keadilan tersebut, pernah ada pendapat yang menyatakan lebih baik seorang pemimpin non-Muslim yang adil daripada pemimpin Muslim namun zalim serta tidak memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. ''Tapi kita lihat lagi ayat Quran di atas,'' ujarnya.
Pemimpin yang amanah/ilustrasi
Pemimpin yang amanah/ilustrasi
 
Berdasarkan sunatul Islam dan juga pada fikih shiyasah, disebutkan bahwa seorang pemimpin yang ideal menurut Islam haruslah orang yang amanah (terpercaya). Dan menurut peneliti dari Lapesdam NU, Khamami Zadha, amanah yang dimaksud di sini bukan hanya secara moralitas individual, melainkan juga moralitas publik.
Secara individual, jelasnya, pemimpin harus memiliki sifat amanah, baik kepada dirinya sendiri maupun Allah SWT. Adapun secara publik, dia mesti terlepas dari masalah-masalah publik semisal korupsi, kolusi dan nepotisme. Dan apabila nantinya pemimpin tersebut nyata-nyata tidak memenuhi dua kriteria itu, maka berarti masyarakat telah salah memilih.
Di samping itu, hal yang juga sangat menentukan adalah kelayakan seseorang menjadi pemimpin. "Yakni sejauhmana kemampuannya secara manajerial untuk mengelola persoalan publik. Sebab dia 'kan pada akhirnya harus melaksanakan urusan-urusan kemasyarakatan dengan profesional," tandas Khamami. Hal tersebut merupakan sesuatu yang mutlak harus dimiliki pemimpin sesuai kaidah Islam.
Akan tetapi, Khamami mengakui bahwa kita tidak bisa menutup mata dimana sebagian besar masyarakat masih terpaku pada primordialisme dan kharisma tokoh ketika harus menentukan pemimpin. "Ini memang problem. Saya kira untuk saat ini, kita masih belum sepenuhnya bisa terlepas dari persoalan klasik tersebut."
Oleh karenanya, menjadi penting guna membangun kesadaran kolektif serta pendidikan kepada umat untuk menentukan pilihan secara rasional dan berdasarkan nilai-nilai agama. Dengan begitu nantinya pemimpin tersebut akan dapat diterima menurut kesadaran keagamaan.
Jadi pemimpin yang dicintai rakyatnya/ilustrasi
Jadi pemimpin yang dicintai rakyatnya/ilustrasi
 
Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah, Abdurrahim Ghazali, agama Islam sebenarnya telah memiliki kriteria kepemimpinan yang sebelumnya pernah dijalankan oleh Nabi Muhammad. Empat kriteria tersebut adalah: shidiq (jujur), fathonah (cerdas dan berpengetahuan), amanah (dapat dipercaya dan diandalkan), dan tabligh (berkomunikasi dan komunikatif dengan bawahannya dan semua orang).
Pada masanya saat masih memimpin umat, Nabi senantiasa menjunjung tinggi sifat-sifat itu yang tercermin pada kebijakan dan tingkah laku sehari-hari, baik sebagai pemimpin agama maupun pemimpin masyarakat. Kepemimpinan Rasulullah dan khulafaur rasyidin hendaknya dijadikan teladan bagi semua pemimpin.
Abdurahim menambahkan, sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, kita sudah ditanamkan tentang empat ciri kepemimpinan tadi."Namun begitu, sifat-sifat tersebut tidak bisa berdiri sendiri. Itu merupakan konsep yang akan implementatif jika berinteksi dengan realitas," tukasnya. Budaya masyarakat juga turut mempengaruhi pembentukan watak dan karakter seseorang yang terejawantahkan dalam gaya kepemimpinannya kelak.
Bisa saja kemudian sifat-sifat tadi dianggap tidak cocok dengan apa yang biasa berlaku di tengah masyarakat. Bila demikian, imbuhnya, dikhawatirkan kebenaran akan menjadi sesuatu yang absurd. Rakyat pun sulit membedakan mana yang hakiki dan palsu lantaran hal tersebut disampaikan oleh orang-orang yang pandai bersilat lidah. "Tapi kita tidak boleh kehilangan perspektif dan harus kembali kepada ajaran Islam."
Lebih jauh, Abdurrahim yang juga peneliti di Maarif Institute ini mengemukakan ada satu ungkapan bahwa seorang pemimpin yang lahir di suatu masyarakat merupakan cerminan dari masyarakat tersebut. Pemimpin adalah cermin dari masyarakat.
Jika dilihat dari kacamata proporsional, terang dia, maka dalam masyarakat yang pandai akan lahir pemimpin yang pandai. Begitu pun sebaliknya. "Nah, tugas kita ke depan adalah melepaskan belenggu yang selama ini menghambat kita melahirkan pemimpin-pemimpin yang memenuhi empat ciri tadi," tegas Abdurrahim lagi. Karena sulit dalam masyarakat yang belum cerdas lahir seorang pemimpin cerdas yang bisa membawa masyarakatnya keluar dari krisis berkepanjangan.
Reporter : Yusuf Assidiq Redaktur : Endah Hapsari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar