Selasa, 02 Desember 2014

Adela Khanum Pemimpin Sukses dari Ardalan

Sejumlah wilayah dengan keberadaan Suku Kurdi
Sejumlah wilayah dengan keberadaan Suku Kurdi

Adela pemimpin perempuan pertama Kurdi.

Biasanya, suku Kurdi selalu dipimpin laki-laki yang kuat. Tetapi, setelah kemunculan Adela Khanum, seorang putri dari bangsawan terkemuka Kerajaan Ardalan, suku Kurdi pertama kalinya dalam sejarah dinakhodai seorang perempuan.

Adela lahir pada 1847 di Sanandaj, sekarang dikenal dengan salah satu daerah di Iran. Dia menikah dengan Osman Pasha pemimpin suku Jaff di Kota Halabja, saat ini dikenal sebagai salah satu daerah di Irak.

Dulu, Halabja dan Sanandaj dikuasai Kekaisaran Ottoman. Untuk menjaga agar rakyat memercayai Kekaisaran Ottoman, pihaknya mengintegrasikan para pemimpin lokal.

Kekaisaran kemudian menunjuk suami Adela, Osman Pashan dengan gelar Kaymakam dari Sharazor. Kesibukan suaminya yang menduduki jabatan baru membuat sang suami justru sering absen dari tugasnya mengurus daerah sendiri, Halabja.

Kondisi tersebut mendorong Adela menggantikan kekuasaan suaminya dan diberi gelar Khanum. Setelah Adela memegang kekuasaan, banyak kemajuan yang dicapai.
Dia mulai dengan membentuk pasar, penjara, dan pengadilan hukum. Adela konon memimpin sendiri peradilan secara langsung ketika itu.

Selain itu, dia pun mulai merenovasi rumah-rumah penduduknya sehingga konstruksi rumah mereka semakin kuat dan kokoh.
Adela kian menancapkan pengaruhnya dalam bidang sosial politik di Halibja. Bahkan, kekuasaan dan pengaruhnya disebut-sebut mengalahkan dominasi suaminya, Osman Pasha.

Puncak kejayaan
Puncak kejayaan kepemimpinan Adela, menurut para ahli sejarah, terjadi pada abad ke-20. Dia pun dikenal oleh Inggris sebagai perempuan Kurdi yang memiliki pemikiran yang terbuka, inklusif, dan mempunyai kedudukan yang tinggi serta dihormati banyak kalangan.

Ely Bannister Soane, tentara Inggris, pada 900 melakukan perjalanan melalui Timur Tengah menulis sebuah buku tentang budaya daerah dan menampilkan kehidupan Adela. Dia menginterpretasikan kehidupan di Kurdistan dengan menggunakan kisah Adela.

Dia sempat tercengang, ternyata pemimpin perempuan bukan hanya lazim di Inggris, tetapi di Kurdistan pemandangan itu pernah terjadi, dan Adela telah membuktikan hal itu. Sebagai perempuan, dia berhasil memegang tampuk kekuasaan.

Saat kepemimpinan Adela pun, banyak penduduk yang mengembangkan seni dan budaya. Wanita dari suku Jaff banyak membuat puisi dengan bahasa kurdi dan juga literatur-literatur lain.

Ketika Perang Dunia I dan saat usia Adela menginjak 70 tahun, dia dinobatkan sebagai pelindung seni di Halabja. Halabja pun menjadi pusat budaya Kurdi. Ini merupakan dampak dari peran Adela yang sangat memperhatikan seni.

Dia pun pernah dilaporkan menolong tentara Inggris. Kerajaan Inggris pun memberi dia gelar Khan Bahadur yang berarti putri yang pemberani.
Mayor Soane pun sangat kagum dengan kepemimpinan Adela. Bahkan, saat suaminya bersantai dan lepas dari pekerjaannya di Kekaisaran, Adela tetap memerintah.

Menurut Mayor Soane, Adela merupakan sosok wanita yang menarik. Ketegasan yang dimiliki Adela memang telah terlukis dari wajahnya yang merupakan wanita asli keturunan Kurdi.

Adela adalah pelayan seluruh penduduk Persia. Di Halabja, dia membentuk lembaga sebagai rumah baru bagi koloni kecil Kurdi Persia. Adela pun selalu membuka pintu untuk semua wisatawan dari berbagai negara untuk datang ke negaranya.

Bahkan, dia pun tak jarang memperhatikan wisatawannya dengan berkomunikasi terus-menerus. Adela tak segan-segan menempuh perjalanan ke Sina yang memakan waktu lima hari dengan berjalan kaki untuk menyapa wisatawan.

Kepemimpinan Adela pun terus berpengaruh dan kemudian dilanjutkan oleh anaknya, Ahmad Jaff Pasha. Adela meninggal pada 1924 saat berusia 77 tahun.

Ratna Ajeng Tejomukti
Redaktur : Damanhuri Zuhri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar