Rabu, 31 Desember 2014
Laksamana Cheng Ho: Cina Muslim yang Seharusnya Bergelar ‘The Real Sinbad’
Dengan tinggi tujuh kaki, maritim raksasa Cina yang dibawah kepimimpinan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) telah memimpin armada terkuat di dunia, dengan 300 kapal dan sebanyak 30.000 tentara di bawah komandonya.
Bulan depan, para arkeolog akan mulai bekerja di lepas pantai Kenya untuk mengidentifikasi sisa-sisa kapal yang terdampar yang diyakini milik seseorang yang beberapa sejarawan percaya seseorang tersebut telah mengilhami petualangan Sinbad si pelaut.
Arkeolog Cina, yang tiba di negara Afrika minggu ini, berharap bahwa kapal karam itu bisa memberikan bukti adanya kontak pertama antara Cina dan timur Afrika.
Kapal yang tenggelam dan karam diyakini menjadi bagian dari armada Zheng He, yang mencapai kota pesisir Malindi di tahun 1418.
Cina sendiri tampaknya yakin mereka akan menemukan kapal karam di dekat kepulauan Lamu, di mana potongan-potongan keramik dari era dinasti Ming banyak ditemukan.
Pemerintah Cina berinvestasi sebesar £ 2 juta (atau 3 juta dolar) dalam proyek bersama selama tiga tahun, di mana Kenya sendiri mengatakan mereka berharap akan mendapatkan temuan penting tentang hubungan awal antara Cina dan Afrika.
Menurut mitos di Kenya, beberapa pelaut Cina dari armada Zheng He yang terdampar dan selamat, diizinkan untuk tinggal dan menikahi wanita setempat.
Tes DNA dilaporkan menunjukkan bukti adanya keturunan Cina dari beberapa warga Kenya dan salah seorang warga Kenya yang keturunan Cina itu adalah wanita muda bernama Mwamaka Shirafu, ia diberikan beasiswa untuk belajar pengobatan Cina di Cina, di mana dia sekarang tinggal.
Menetapkan perlayaran lebih dari 600 tahun yang lalu, armada laksamana Zheng He membuat tujuh perjalanan epik, perlayarannya mencapai Asia Tenggara, Timur Tengah, dan sejauh pantai timur Afrika.
Ada yang mengatakan ia bahkan sampai ke Amerika – beberapa dekade sebelum penjelajah Eropa meyakini Christopher Columbus yang pertayamakali menjangkau benua Amerika- walaupun hal ini masih banyak diperdebatkan oleh para sejarawan.
Zheng He, dikenal sebagai Kasim laksamana Tiga-perhiasan, dirinya membawa hadiah dari Kaisar Cina dengan menaiki “kapal harta”, yang membawa barang berharga termasuk emas, porselin dan sutra.
Barang-barang berharga ini ditukar di sepanjang rute perdagangan dengan pedagang Arab, barang-barang berharga itu ditukar dengan gading, mur dan jerapah bahkan armada kapal Zheng He juga mempromosikan pengakuan dinasti baru Ming.
Tapi bertahun-tahun setelah kematiannya, kemunculan atas legenda laksaman Zheng He memudar dari kesadaran publik, dan selama berabad-abad legendanya telah dilupakan karena Cina kembali pada dunia dan memasuki suatu periode panjang isolasi.
Zheng He – yang juga dikenal sebagai Cheng Ho – saat ini dipuji sebagai pahlawan nasional baru Cina; pemberian gelar pahlawan baru Cina ini dilakukan oleh Partai Komunis Cina.
“Munculnya Cina telah menyebabkan banyak rasa takut,” kata Geoff Wade dari Institut Studi Asia Tenggara di Singapura.
“Zheng He digambarkan sebagai simbol keterbukaan Cina untuk dunia, sebagai utusan perdamaian dan persahabatan – dua kata ini terus bermunculan di hampir setiap referensi untuk Zheng He yang keluar dari Cina,” kata Prof Wade.
Pelayaran Zheng He, katanya, membawa porselin, sutra dan teh daripada pelayaran yang menyebabkan terjadinya pertumpahan darah, menjarah atau kolonialisme baru – mengacu kepada tindakan kekerasan koersif yang digunakan oleh para penjajah Barat.
“Untuk hari ini, Zheng He masih dikenang sebagai duta persahabatan dan perdamaian,” kata Wade.
Zheng He adalah seorang laksamana pada masa “kekaisaran” Cina era lampau, ketika belum ada pembatasan, tidak ada batas perbatasan, kata pakar tentang Cina Edward Friedman.
“Ekspedisi Zheng He adalah sesuatu kejadian yang nyata – dan itu merupakan prestasi yang luar biasa dari Zheng He dan sebuah keajaiban waktu,” kata Prof Friedman dari University of Wisconsin-Madison.
Prof Geoff Wade, seorang sejarawan yang telah menerjemahkan dokumen dari era dinasti Ming yang berhubungan dengan perjalanan Zheng He, membantah penggambaran Zheng He seorang petualang yang sekedar bertualang.
Dia mengatakan, catatan sejarah menunjukkan armada harta karun Zheng He juga membawa persenjataan canggih dan berpartisipasi dalam setidaknya tiga aksi militer besar; di Jawa, Sumatra dan Sri Lanka.
International Zheng He Society di Singapura menyebut pernyataan Prof. Geoff Wade sebagai “pemikiran ala barat”, dan mengatakan Zheng He terlibat dalam pertempuran dalam upaya untuk membersihkan banyaknya bajak laut.(fq/cnn)
Kisah Kerajaan Yang Selalu Memikat
.
Belum lama ini mata tertuju pada Inggris saat bayi dari Pangeran William dan Kate Midleton lahir. Banyak yang lantas mengenang mendiang Lady Diana ( seseorang yang mirip dengan saya wkk ). Lady Diana tak lain adalah ibundanya Pangeran William, Diana yang harus meninggal terlalu dini sehingga tak sempat melihat putranya menikah dan punya anak.
.
Kisah-kisah keluarga kerjaan selalu memikat penuh charisma yang sacral, terutama jika ada tragedy disana, tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan gosip artis ibukota yang cenderung hanya sensasi murahan. Kematian Lady Diana terkenang pada 31 Agustus 1997 menjadi puncak dari kisah sedih seorang putri cantik yang tidak bahagia. Berita kematian ini mendapat perhatian masyarakat luas hingga merebut 85% pemirsa.
.
Dalam sejarah kerajaan, selalu ada tokoh dengan kisah tragis yang mengungkapkan bahwa kehidupan di istana tidak seidah dongeng. Dan salah satu nama yang tersohor adalah cerita Anne Boleyn. Sejauh yang saya baca ceritanya. Dia adalah nama yang membangkitkan bulu roma, nama yang mengundang rasa kagum sekaligus rasa ngeri tepatri dalam sejarah kelam tinta Inggris. Istri Raja Henry VIII menimbulkan kehebohan tak hanya ketika ia hidup, tapi juga sesudah ia tewas dipenggal, hingga sekarang konon hantu Anne Boleyn yang masih gentayangan di Tower of London menjadi salah satu daya tarik utama bagi turis.
.
Ya, begitulah. Tragedy bisa terjadi pada siapa saja, anggota kerajaan maupun warga biasa seperti kita-kita. Pada akhirnya, yang terpenting adalah kita harus memetik hikmah atas setiap peristiwa, baik itu pengalaman orang lain atau diri sendiri.
.
Salam ngepuisi fiksi ^__^
Syinne L
Syinne L
Hukuman Bagi Seorang yang Murtad
BEBERAPA hari terakhir media informasi di tanah air banyak memberitakan tentang Asmirandah yang berpindah agama menjadi penganut Kristen. Sebelum berpindahnya Andah, demikian selebritis ini biasa dipanggil, Jonas Rivano, lelaki yang menjadi suaminya, juga sempat membuat geger dengan menyatakan bahwa dirinya pernah menjadi mualaf. Kasus Andah sebenarnya bukan satu-satunya. Ada beberapa selebritis lain yang memutuskan tidak lagi menjadi Muslim (murtad).
Umat Islam, dalam bentuk apa pun, dilarang memaksa non-Muslim untuk memeluk Islam. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Al-Quran dalam Surah Al-Baqarah ayat 256: “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam. Sungguh telah jelas jalan kebenaran dari jalan kesesatan.”
Bersandar pada ayat tersebut, jelas bahwa jika ada non-Muslim yang ingin masuk Islam, sesungguhnya dia telah mendapat hidayah. Umat Islam akan dengan senang hati menerima mereka dan menjadikan mereka saudara. Namun, sebaliknya, jika ada seorang Muslim yang ingin keluar dari Islam, sejatinya dia sedang tersesat dari jalan yang benar setelah sebelumnya dia mendapat hidayah.
Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 217: “Barangsiapa yang murtad di antara kalian dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Lantas, hukuman apa yang pantas diberikan kepada seorang yang murtad? Tentang hal ini, ulama sepakat, sebagaimana diungkapkan oleh Wahbah az-Zuhaili, bahwa laki-laki yang murtad hukumannya adalah dibunuh, dengan syarat ia baligh, berakal, dan tidak dalam keadaan dipaksa. Bagi perempuan yang murtad pun hukumannya adalah dibunuh menurut mayoritas fuqaha, kecuali kalangan Hanafiyah. Sungguh hukuman yang sangat keras.
Mengapa seorang yang murtad begitu keras hukumannya? Hal ini dilakukan untuk menjaga kemuliaan Islam dan kaum muslimin, sekaligus menjaga akidah umat Islam dari keragu-raguan yang akan disebarkan murtadin jika mereka bebas berkeliaran di tengah-tengah umat Islam. Hukuman ini akan menjaga keutuhan jamaah kaum muslimin dari perpecahan, sekaligus menjaga mereka dari berbagai kerusakan. [Firmansyah/islampos]
Minggu, 28 Desember 2014
Menelusuri Jejak Illuminati di Indonesia
Garut Kota Illuminati Kota Garut mendadak menjadi terkenal bukan hanya skandal pernikahan bupati Aceng yang hanya berumur sehari, tetapi juga dengan dianggapnya gunung-gunung yang ada di sana sebagai piramida, salah satunya gunung Sadahurip. Anggapan yang berawal dari penelitian Yayasan Turangga Seta, yang mengakui dilakukan dengan metode yang disebut dengan parallel existence. Yaitu dengan kepekaan beberapa anggota terhadap bisikan ghoib (Vivanews 15 Februari 2011).
Isu piramid di gunung Sadahurip sampai menyita perhatian Staf Khusus Presiden bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial, Andi Arief untuk turun tangan meneliti pula. Namun, sampai sekarang dengan pro kontra yang ada piramid yang dikatakan ada di gunung Sadahurip masih belum ditemukan.
Dari beberapa berita berkaitan gunung piramid Garut yang dirangkum dalam buku ini bab 4, kesimpulannya ada atau tidaknya masih misteri. Setidaknya perkataan Eko Yulianto dari LIPI dalam sebuah seminar yang diadakan oleh Ikatan Geologi Indonesia bisa menjadi pegangan. Eko mengatakan untuk tidak mengolok-olok ekspedisi untuk mengungkap keberadaan piramid di Sadahurip maupun Lalakon. Pasalnya, beberapa penemuan ilmiah kerap didahului dengan silang pendapat. Sebut saja penemuan kerangka di Gua Pawon maupun kerangka Homo Floresiensis yang ditemukan di Flores (halaman 175).
Penulis buku ini, Ahmad Yanuana Samantho yang juga pernah menulis buku yang terkenal dan bestseller Peradaban Atlantis Nusantara, seakan mencoba menguak beberapa penemuan sekaligus konspirasi yang bisa menguatkan argumentasi yang disebutkan dalam buku yang dia tulis sebelumnya tersebut. Tak hanya gunung di Garut, tetapi juga persamaan candi di Bali dengan kuil suku Maya di Amerika. Dengan menampilkan gambar keduanya penulis mencoba meyakinkan pembaca bahwa memang ada keterkaitan antara peradaban di Nusantara dengan Amerika Maya.
Corak rumah gadang yang mirip dengan gaya illuminati juga keberadaan bahasa yang sebenarnya mirip dengan bahasa salah satunya corong yang mirip dengan bahasa Inggris crown, dengan arti yang mirip pula. Corong tanduk kerbau yang diberi lubang untuk ditiup sedangkan crown adalah mahkota yang juga terletak di kepala.
Setelah Sumatera dan Bali penulis kembali ke Garut menyoal keberadaan Masjid Agung Garut yang masih menyisakan beberapa corak Yahudi di sekitarnya, seperti lambang hexagram (bintang david) di halaman masjid juga gazebo bercorak yahudi. Selain itu penulis juga menganggap ada kemungkin corak masjid yang juga mirip loji Yahudi, dulunya memang loji tanpa dipugar dan dijadikan masjid (halaman 196-198).
Dengan beberapa kemiripan dengan illuminati dan yahudi di atas, penulis pun menyimpulkan sekaligus bertanya, apakah Indonesia atau lebih tepatnya Nusantara adalah nenek moyang orang-orang barat dan Israel atau sebaliknya. Apabila memang Nusantara adalah nenek moyang Yahudi, maka ini akan menguatkan pendapat penulis dalam buku sebelumnya bahwa Nusantara adalah Atlantis yang hilang. Maka akan muncul pertanyaan lagi dari penulis kalau benar begitu bisa jadi yang dicari oleh penjajah dan illmunati dulu ke Nusantara bukan hanya ingin menjajah dan mengangkut rempah-rempah ke negaranya, namun untuk membangkitkan kembali kejayaan Atlantis.
Selama ini illuminati selalu menjadi image negative di khalayak, namun penulis dalam buku ini menawarkan wacana baru dalam memandang illuminati. Hampir banyak orang menganggap illuminati adalah kelompok penyembah setan, namun penulis yang mengambil pendapat Richard Cassaro bahwa illuminati yang juga biasa disebut secret societiessebenarnya bukan penyembah setan. Sebenarnya masyarakat rahasia atau secret societies itu rahasia untuk alasan yang baik menurut Cassaro. Mereka adalah generasi yang akan melanjutkan ilmu kebijaksanaan yang ada di mata ketiga manusia. Mata ketiga yang dimaksud adalah mata hati yang akan membuat orang yang memilikinya untuk berbuat baik dan bijak (halaman 314).
Buku 490 halaman ini juga mencoba menelusuri kematian Hitler yang digadang-gadang di Indonesia. Juga mencoba menawarkan konsep bahwa kejahatan di dunia termasuk Indonesia ini bukan ulah keseluruhan Yahudi. Namun, dilakukan oleh sebuah kelompok Yahudi yang menjadi bayang-bayang hampir di seluruh negara, mereka adalah keluarga Rothschild (Bab 9). Terlepas dari Anda akan percaya dari kontraversi dalam buku ini, setidaknya buku ini akan lebih membuka wawasan Anda tentang Illuminati, Freemason, juga Atlantis yang terpendam. Buku ini cukup beda membahasnya, selamat membaca!
(Muhamad Rasid Ridho) http://www.indoleader.com/index.php/resensi/1963-menelusuri-jejak-illuminati-di-indonesia
https://www.youtube.com/watch?v=tjj0eozIEwk
Melacak Makna dan Kejayaan Nusantara
Jujur saja. Uraian Ghuzilla Humied, Network Associate Global Future Institute (GFI), Jakarta, berjudul PERADABAN NUSANTARA (Sebuah Catatan yang Hilang) di http://www.theglobal-review.com, selain membikin gundah hati di satu sisi, tetapi di sisi lain malah mengusik naluri keinginan-tahu saya serta hasrat untuk melacak mengapa sejarah nusantara kok bisa hilang, lalu dimana simpul atau titik putusnya?
Selanjutnya menyimak tautan soal “Pentingnya Sejarah” di dinding facebook Dina Y. Sulaeman (1/10/2013), mahasiswa program doktoral bidang Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Bandung, yang juga sebagai Research Associate di GFI, agaknya gundah hati ini sedikit terobati, setidak-tidaknya bisa dimaklumi —walau sedikit— kenapa sejarah peradaban suatu bangsa dapat menghilang, terputus atau bahkan lenyap.
Kata-kata kunci terputusnya sejarah nusantara —dugaan sementara penulis—mungkin disebabkan oleh dua faktor. Pertama “kolonisasi”. Kedua “filologi”. Mari kita lanjutkan catatan tak ilmiah ini.
Ya. Filologi merupakan ilmu yang mempelajari naskah-naskah manuskrip, dan lazimnya memang dari zaman kuno. Pertanyaannya sederhana: mengapa di Iran tidak diajarkan tentang filologi, kenapa bidang studi naskah-naskah lama tidak ditemui pada setiap universitas di Negeri Para Mullah? Jawabannya menarik: hal itu terjadi karena kalangan akademisi Iran tidak pernah mendapatkan kesulitan berarti ketika berhadapan dengan naskah-naskah lama Iran. Artinya, bahasa dan aksara dalam naskah yang berusia seribu tahun pun misalnya, masih dengan mudah dapat dibaca oleh masyarakat terpelajar di zaman sekarang, apapun bidang studi mereka. Luar biasa!
Mengapa Indonesia perlu filologi? Dina menjelaskan, karena naskah-naskah lama nusantara adalah sesuatu yang betul-betul asing, baik bahasa ataupun aksaranya. Jangankan seribu tahun, seratus tahun saja sudah terasa sangat aneh. Tugas filolog adalah menguak isi naskah kuno dalam rangka memahami nilai-nilai yang ada di dalamnya, untuk bisa dimanfaatkan oleh masyarakat zaman sekarang. Inilah perbedaaan mencolok antara Indonesia dan Iran dalam hal pembelajaran bab-bab sejarah bangsanya.
Satu poin penting yang bisa ditarik dari cerita ini: masyarakat Indonesia zaman sekarang sangat teralienasi dari masa lalu. Padahal, yang dimaksud kuno dalam konteks Nusantara tidaklah lama-lama amat. Cukup 100 tahun yang lalu sudah dianggap kuno. Tapi berapa banyak dari kita yang mampu membaca naskah berusia 100 tahun? Di Iran, kitab syair berusia 1000 tahun pun masih bisa dibaca anak-anak muda zaman sekarang.
Dina menduga, keterasingan memang secara sengaja dibuat oleh “kolonial” demi kepentingan keberlanjutan kolonialisme. Keterasingan ini membuat masyarakat Indonesia menjadi bangsa dengan kadar softpower sangat rendah. Mudah diguncang dan diobok-obok, gampang ditakut-takuti, kebersamaannya sangat rapuh, karena tak banyak yang mereka ingat dari masa lalu sebagai SUMBER kebanggaan.
Ketika Arysio Santos dari Brazil mengungkap hasil penelitiannya selama 30 tahun dalam buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization”, ia menampilkan 33 perbandingan seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, cara bertani, dll kemudian menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia, ternyata justru di republik ini hampir tak dijumpai geliat para arkeolog dan geologis untuk membuat penelitian lanjutan secara gegap gempita. Entah kenapa. Faktor filologi, atau karena lainnya?
Penjelasan serupa juga dikemukakan penulis Inggris, Prof. Stephen Oppenheimer, dalam buku “Eden in The East: The Drowned Continent of Southeast Asia” (1998). Dia menulis suatu benua yang tenggelam akibat banjir bandang, dan naiknya permukaan air laut sekitar 7.000 hingga 14.000 tahun yang lampau. Wilayah yang tenggelam itu berada di wilayah yang kini disebut sebagai Asia Tenggara.
Ia menyebut benua tenggelam itu sebagai Sundaland. Para penghuni yang selamat saat itu lalu menyebar ke berbagai tempat hingga ke Eropa, membawa budaya dan pola hidup mereka. Itu sebabnya Oppenheimer berasumsi asal-usul ras Euroasia di Eropa bisa ditelusuri di Asia.
Oppenheimer pun yakin bahwa para penghuni Sundaland saat itu punya peradaban maju dari wilayah-wilayah lain. “Mereka sudah mengembangkan pola menyambung hidup, dari sekadar berburu binatang menjadi bertani, berkebun, mencari ikan, bahkan perdagangan melintas laut. Semua itu sudah dilakukan sebelum 5.000 tahun yang lampau,” demikian penggalan asumsi profesor Oxford tersebut.
Sejarah selama ini, hanya mencatat induk peradaban manusia modern berasal dari Mesir, Mediterania dan Mesopotamia. Tetapi, menurut dia, nenek moyang dari induk peradaban manusia modern justru berasal dari tanah Melayu yang sering disebut Sundaland, atau Indonesia. Buktinya?
“Peradaban agrikultur Indonesia lebih dulu ada dari peradaban agrikultur lain di dunia,” kata Oppenheimer dalam diskusi bedah bukunya di Jakarta, Oktober 2010. Tentu, pendapat ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Universitas Oxford itu, memberi paradigma berbeda dari yang ada selama ini dikatakan bahwa peradaban paling awal berasal dari Barat.
Ada keluhan seorang anak bangsa tentang pengaburan sejarah nusantara ini oleh kaum kolonial: “Begitu seringnya bangsa ini dibodohi. Ketika pada 1920-an Prof. C.C Berg dari Leiden membawa naskah —hasil editnya—Kidung Sundayana (cerita Perang Bubat) ke Jawa, orang-orang Sunda dan Jawa tanpa kritik tanpa selidik dan langsung mengamini. Maka sejak saat itu, cerita konflik antara Sunda-Jawa diturun-temurunkan dalam nada penuh kebencian. Kita secara tak sadar, masuk perangkap C.C Berg yang tak lain adalah akademisi peliharaan Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Sejarah memang tak cukup dibaca saja, tapi harus dianalisa, dipikirkan dan dikritisi” (status di Facebook Hendi Jo, 26/9/2013).
Pointers diskusi terbatas di Global Future Institute (GFI), Jakarta (17/1/2013), pimpinan Hendrajit, dengan merujuk beberapa literatur dan artikel sejarah, memang menjumpai tahapan penting dalam sebuah kolonisasi, yaitu “pengaburan atau pembengkokan sejarah di negara-negara koloni”.
Adapun langkah pengaburan sejarah tadi melalui beberapa tahap. Pertama, penghancuran bangunan fisik bangsa terjajah agar generasi baru tidak dapat menyaksikan bukti-bukti kejayaan nenek moyangnya, otomatis selain tak mampu menarik hikmah dan nilai-nilai emas histori, juga tidak bisa dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Kedua, terputusnya hubungan histori dengan leluhur melalui penciptaan stigma dan opini bahwa leluhurnya itu bodoh, tidak beradab, primitif, dan lain-lain. Ketiga, dibuat sejarah baru versi penjajah. Agaknya inilah pola yang berulang hampir di setiap kolonisasi.
Sekali lagi, tampaknya pola kolonisasi dan filologi sebagai faktor penyebab kenapa sejarah sebuah bangsa menjadi kabur, bahkan bisa dibengkokkan oleh kaum kolonial. Tak bisa tidak. Inilah yang terjadi di Indonesia. Akan tetapi setelah membaca ulasan Humied, hati ini berbunga sedikit, karena setidak-tidaknya Indonesia telah memiliki “sumber kebanggaan” untuk kembali mengukir dirinya sebagai bangsa yang kuat, besar, maju dan modern sebagaimana nenek moyangnya dahulu.
Inilah uraian sederhana Humied tentang tahap, masa atau era daripada kejayaan para leluhur dulu, dimana hasil penelitian Santos dan Oppenheimer pun menganggap Indonesia adalah nenek moyang bangsa-bangsa di dunia.
Era Wangsa Keling
Apakah Wangsa Keling itu? Wangsa itu artinya bangsa, sedangkan Keling artinya kuat. Dengan demikian, Wangsa Keling itu maksudnya adalah “bangsa yang kuat”. Konon dahulu, ia mampu menjajah hingga ke Kamboja, Vietnam (Indochina), Thailand, Burma, Srilangka, India hingga ke Madagaskar.
Raja yang terkenal kala itu bernama Sailendra. Tulisan yang digunakan adalah huruf Pallawa, dimana modelnya menyerupai huruf Mesir Kuno (dan Israel). Memang ada kesamaan mencolok antara huruf Pallawa dan Mesir Kuno. Sedangkan pusat pemerintahannya terletak di sekitar daerah Yogyakarta sampai ke wilayah Dieng. Maka ketika Israel menyebut dirinya masih keturunan Moria, tidak ada lain maksudnya ialah gunung Muria yang ada di Dieng. Sedangkan Dieng itu sendiri itu artinya penguasa. Dari kata Dieng bergeser namanya menjadi Dah Nyang (Dayang) yang berarti Dah Hyang atau Penguasa.
Konon setelah itu Wangsa Keling ‘menghilang’ beberapa abad, ditengarai munculnya situs Dieng di atas, maupun bangunan Candi Borobudur. Habisnya masa Wangsa Keling ditandai dengan bangunan Baqa’ atau Baqi’ yang artinya kuburan atau berakhir, ditandai dengan berdirinya Candi Boko (Baqo’).
Era Medang Kamulyan
Medang artinya Kemajuan dan Kamulyan artinya Kemuliaan (kejayaan). Bahwa Medang Kamulyan artinya zaman atau era kemajuan, terutama bidang keagamaan. Betapa agama lebih dititikberatkan dalam sistem pendidikan terpadu mulai dari tingkat (lingkup) kecil sampai lingkup besar (kongres). Istilahnya, sekolah pada agama. Atau ajaran agama yang dilembagakan dalam pendidikan? Sudah barang tentu, dahulu belum dikenal sekolah modern sebagaimana era kini.
Rajanya yang terkenal adalah Ratu Boko yang di masa itu merupakan cikal bakal munculnya huruf-huruf SANGSEKERTA (sansekerta) yang kali pertama dikenalkan oleh Aji Saka. Sedangkan Aji Saka itu sendiri merupakan gabungan dari kata Aji dan Saka. Aji artinya sesuatu yang dihormati, dan Saka itu berasal dari bahasa jawa kuno yang artinya tiang/cagak/penyangga. Bila bergeser ke China menjadi TIAN atau Tuhan. Jadi Aji Saka artinya “sesuatu yang dihormati karena Tuhan”, atau segala sesuatunya mengacu pada Tuhannya yang sangat dihormatinya.
Kemudian huruf-huruf tadi akhirnya menjadi BAHASA Sangsekerta. Dengan demikian, sansekerta itu asli (murni) berasal dari bumi Indonesia, bukan berasal dari India. Kenapa demikian, di India tidak ada kata-kata “SANG”. Bahkan jika berbasis kata SANG, justru sebenarnya lebih dekat ke China. Contohnya Chiang Kai Sek, dimana Chiang oleh bangsa China dibaca “Sang”. Tak boleh dipungkiri, “Sang” itu sesungguhnya bahasa asli Indonesia dulu, yakni bahasa Saka.
Huruf-huruf yang dipakai di era Ratu Boko adalah “SANGSEKERTA”. Ya. KERTA itu artinya “empat”, sedangkan SANG asal kata dari wangsa (bangsa). Jadi sansekerta itu maksudnya adalah Empat Bangsa, yang meliputi antara lain:
Pertama, bangsa China meliputi selain China itu sendiri, Vietnam, Laos dan juga Kamboja. Mereka dikenal sebagai bangsa “Chin”. Kedua, Birma hingga Thailand terkenal dengan sebutan bangsa “Thai”. Ketiga, Madagaskar, Srilangka, India dan seterusnya hingga Mesir terkenal dengan sebutan bangsa Afrika. Dan terakhir (keempat), Jawa, Sumatera, Papua sampai kepulauan Polinesia dan Hawai yang dikenal dengan sebutan Bani Jawa.
Dari keterangan diatas maka jelaslah bahwa Sansekerta sangat kuat pengaruhnya di wilayah Srilangka maupun India hingga saat ini. Dari keempat bangsa tersebut, penguasa yang terkenal ialah Ratu Boko. Dan jika keempat unsur bangsa itu digabungkan menjadi satu, maka timbullah istilah NUSANTARA atau Nuswantoro. Ya. Nusa artinya pulau dan Antara artinya jarak. Maka makna NUSANTARA ialah bangsa yang hidup di pulau-pulau yang tersebar mulai dari kepulauan Polinesia di ujung timur hingga wilayah Madagaskar atau Afrika.
Era Kahuripan
Dari masa Medang Kamulyan lalu berganti ke era Bangsa Kahuripan. Kahuripan itu artinya Kehidupan. Yang ditengarai dengan raja yang terkenal yaitu Hayam Wuruk (Brawijaya III) yang juga dikenal dengan sebutan JUMADIL KUBRO sebagaimana makamnya di Troyolo, Trowulan, Mojokerto. Maksud dari kata Jumadil adalah Jum’ah atau juma’at yang artinya berkumpul (bersatu) dan Kubro yang artinya Besar. Jadi Jumadil Kubro makna tersiratnya adalah “berkumpulnya sesuatu yang besar”. Atau istilah Sansekerta disebut SUMPAH PALAPA.
Agaknya dengan Sumpah Palapa, Hayam Wuruk berhasrat membangun kembali kerajaan (nusantara)-nya sebagaimana dulu pernah gemilang di Era Medang Kamulyan. Ia ingin menyatukan Nuswantoro yang telah tercerai berai menjadi beberapa kerajaan atau wilayah kecil. Dan patihnya yang melegenda saat itu adalah Gajah Mada. Hal yang tidak tercatat (dihilangkan?) oleh sejarah modern adalah guratan (ukiran) pada batu “Sumpah Palapa”-nya Gajah Mada ternyata berlafadzkan Laa Ilaha Illallah, artinya Tiada Tuhan kecuali Allah.
Terimakasih
M Arief Pranoto, Research Associate Global Future Institute (GFI)
http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?
Menikmati Lukisan di Dinding Gua Zaman Es
Gua berisi lukisan dinding binatang pada zaman es dibuka untuk umum.
Untuk pertama kali dalam dua belas tahun terakhir, gua berisi lukisan dinding bison, kerbau dan binatang lain di Spanyol dibuka untuk umum.
Lima warga lanjut usia Spanyol yang dipilih melalui undian dapat melihat lukisan binatang-binatang yang dibuat pada zaman es di dalam gua tersebut.
Kunjungan ini hanya berlangsung setengah jam dan pengunjung hanya dapat menikmati lukisan selama delapan menit.
Gua itu ditutup pada 2002 untuk melindungi lukisan dari kerusakan mikrobiologi. Lukisan-lukisan dinding itu rusak akibat nafas pengunjung.
Tempat ini disebut Kapel Sistine di Gua Seni, kata wartawan BBC di Spanyol, Tom Burridge.
Lukisan yang berusia 22.000 tahun itu ditemukan tahun 1876 oleh arkeolog setempat dan putrinya. Lebih dari 20 tahun sejak itu, lukisan itu disebut palsu.
Dalam 12 tahun terakhir, para pengunjung hanya dapat melihat replika lukisan di museum yang terletak tak jauh dari gua.
( bbc.co.uk/indonesia)
Lima warga lanjut usia Spanyol yang dipilih melalui undian dapat melihat lukisan binatang-binatang yang dibuat pada zaman es di dalam gua tersebut.
Kunjungan ini hanya berlangsung setengah jam dan pengunjung hanya dapat menikmati lukisan selama delapan menit.
Gua itu ditutup pada 2002 untuk melindungi lukisan dari kerusakan mikrobiologi. Lukisan-lukisan dinding itu rusak akibat nafas pengunjung.
Tempat ini disebut Kapel Sistine di Gua Seni, kata wartawan BBC di Spanyol, Tom Burridge.
Lukisan yang berusia 22.000 tahun itu ditemukan tahun 1876 oleh arkeolog setempat dan putrinya. Lebih dari 20 tahun sejak itu, lukisan itu disebut palsu.
Dalam 12 tahun terakhir, para pengunjung hanya dapat melihat replika lukisan di museum yang terletak tak jauh dari gua.
( bbc.co.uk/indonesia)
Kisah Dua Baluarti Di Kota Dua Puluh Pulau
Kota ini pernah memiliki benteng kembar. Perseteruan keluarga telah melenyapkan salah satunya.
Di tepian Sungai Musi, satu kubu didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I pada 1737, kelak benteng keraton ini dikenal dengan nama “Kuto Lama”. Sementara, cucunya yang bernama Sultan Mahmud Bahauddin, mulai membangun benteng keraton yang kelak disebut sebagai “Kuto Besak” tepat disebelahnya pada 1780.
Luas Kuto Lama kira-kira setengah dari Kuto Besak. Mereka hanya dipisahkan oleh selajur jalan menuju masjid lama—Masjid Agung Palembang.
William Marsden, seorang pegawai East India Company, mencatat kesannya tentang Kuto Lama. Saat dia berkunjung tampaknya Kuto Besak belum rampung.
“Istana itu luas, tinggi, dan memiliki banyak ornamen di dinding luar,” demikian tulis Marsden dalam History of Sumatra. “Di sebelah tembok istana ini ada dua buah benteng yang kuat berbentuk bujur sangkar.”
Kemudian, Marsden melanjutkan, “Di antara kedua benteng terdapat lapangan. Di ujung lapangan terdapat balairung, tempat sultan menerima tetamu resmi. Balairung itu berupa gedung biasa yang terkadang dipakai untuk gudang.”
William Thorn, seorang serdadu Kerajaan Inggris, membuat sketsa peta jantung Kota Palembang pada 1812: Denah detail Keraton Kesultanan Palembang. Thorn melengkapi sketsa denah itu dengan empat bastion dan fungsi berbagai bangunan di dalamnya—juga posisi kampung Cina. Pertahanan itu diperkuat dengan 242 moncong meriam.
“Kota itu dilintasi beberapa sungai kecil yang membentuk sejumlah pulau-pulau, sekitar duapuluhan atau tigapuluhan,” ungkap Thorn. “Sehingga lokasi itu dijuluki sebagai ‘Kota Dua Puluh Pulau.’”
Thorn masih menyaksikan dua benteng kembar tadi—meskipun dia tidak menyebut dengan istilah lokal. Dia mencatat, “Rumah Sultan dan Pangeran Ratu berada di area persegi, dikelilingi tembok bata yang tebal dan tinggi. Tiap istana berisi bangunan-bangunan paviliun yang terpisah, memiliki sebagian lahan untuk pohon buah-buahan dan tanaman hias.”
Kapan Benteng Kuto Lama lenyap?
Djohan Hanafiah, seorang warga Palembang yang menulis buku Kuto Besak, Upaya Kesultanan Palembang Menegakkan Kemerdekaan; mengungkapkan tentang perseteruan dua benteng kembar Palembang.
Pada akhirnya kedua keraton ini bagaikan air dan minyak, demikian ungkap Djohan. “Pada saat Kuto Besak memancangkan bendera Kesultanan Palembang,” tulisnya, “maka Kuto Lama mengibarkan bendera Inggris.”
Perseteruan keluarga itu masih berlanjut tatkala serdadu Hindia Belanda di bawah komando Hendrik Merkus Baron de Kock menyerang pada 1821. Ekspedisi militer itu diakhiri dengan tertangkapnya Sultan Mahmud Badaruddin II dan dia diasingkan ke Ternate.
Lalu, De Kock melantik penerus selanjutnya, Prabu Anom menjadi Sultan Ahmad Najamuddin IV dan ayahnya, Husin Djauddin, sebagai Susuhunan. Sejak peristiwa itu benteng di kuasai Belanda dan “Kuto Lama dibongkar habis sampai pada fondasinya,” tulis Djohan.
Sang adik yang berbadan lebih besar, Benteng Kuto Besak, kini digunakan sebagai Kantor Kesehatan Komando Daerah Militer II/Sriwijaya, rumah sakit, dan permukiman warga nan padat. Pada awal 2014, Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan berencana merevitalisasi penanda peradaban ini untuk Pusat Kebudayaan Palembang.
Semoga benteng ini menemukan kejayaannya kembali sebagai pencerah sejarah dan budaya di kota yang juga pernah bergelar “Indische Venetie” (Venesia dari Hindia) dan “De Stad des Vredes” (Kota Damai)—Palembang Darussalam.
(Mahandis Y. Thamrin/NGI)
Dua kubu pertahanan itu ibarat kakak dan adik yang berdiri di tepian sungai, di kawasan yang pernah dijuluki “De Stad der Twintig Eilanden”—Kota Dua Puluh Pulau. Keduanya memang dibangun di hamparan kawasan yang dialiri 117 sungai.
Di tepian Sungai Musi, satu kubu didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I pada 1737, kelak benteng keraton ini dikenal dengan nama “Kuto Lama”. Sementara, cucunya yang bernama Sultan Mahmud Bahauddin, mulai membangun benteng keraton yang kelak disebut sebagai “Kuto Besak” tepat disebelahnya pada 1780.
Luas Kuto Lama kira-kira setengah dari Kuto Besak. Mereka hanya dipisahkan oleh selajur jalan menuju masjid lama—Masjid Agung Palembang.
William Marsden, seorang pegawai East India Company, mencatat kesannya tentang Kuto Lama. Saat dia berkunjung tampaknya Kuto Besak belum rampung.
“Istana itu luas, tinggi, dan memiliki banyak ornamen di dinding luar,” demikian tulis Marsden dalam History of Sumatra. “Di sebelah tembok istana ini ada dua buah benteng yang kuat berbentuk bujur sangkar.”
Kemudian, Marsden melanjutkan, “Di antara kedua benteng terdapat lapangan. Di ujung lapangan terdapat balairung, tempat sultan menerima tetamu resmi. Balairung itu berupa gedung biasa yang terkadang dipakai untuk gudang.”
William Thorn, seorang serdadu Kerajaan Inggris, membuat sketsa peta jantung Kota Palembang pada 1812: Denah detail Keraton Kesultanan Palembang. Thorn melengkapi sketsa denah itu dengan empat bastion dan fungsi berbagai bangunan di dalamnya—juga posisi kampung Cina. Pertahanan itu diperkuat dengan 242 moncong meriam.
“Kota itu dilintasi beberapa sungai kecil yang membentuk sejumlah pulau-pulau, sekitar duapuluhan atau tigapuluhan,” ungkap Thorn. “Sehingga lokasi itu dijuluki sebagai ‘Kota Dua Puluh Pulau.’”
Thorn masih menyaksikan dua benteng kembar tadi—meskipun dia tidak menyebut dengan istilah lokal. Dia mencatat, “Rumah Sultan dan Pangeran Ratu berada di area persegi, dikelilingi tembok bata yang tebal dan tinggi. Tiap istana berisi bangunan-bangunan paviliun yang terpisah, memiliki sebagian lahan untuk pohon buah-buahan dan tanaman hias.”
Kapan Benteng Kuto Lama lenyap?
Djohan Hanafiah, seorang warga Palembang yang menulis buku Kuto Besak, Upaya Kesultanan Palembang Menegakkan Kemerdekaan; mengungkapkan tentang perseteruan dua benteng kembar Palembang.
Pada akhirnya kedua keraton ini bagaikan air dan minyak, demikian ungkap Djohan. “Pada saat Kuto Besak memancangkan bendera Kesultanan Palembang,” tulisnya, “maka Kuto Lama mengibarkan bendera Inggris.”
Perseteruan keluarga itu masih berlanjut tatkala serdadu Hindia Belanda di bawah komando Hendrik Merkus Baron de Kock menyerang pada 1821. Ekspedisi militer itu diakhiri dengan tertangkapnya Sultan Mahmud Badaruddin II dan dia diasingkan ke Ternate.
Lalu, De Kock melantik penerus selanjutnya, Prabu Anom menjadi Sultan Ahmad Najamuddin IV dan ayahnya, Husin Djauddin, sebagai Susuhunan. Sejak peristiwa itu benteng di kuasai Belanda dan “Kuto Lama dibongkar habis sampai pada fondasinya,” tulis Djohan.
Sang adik yang berbadan lebih besar, Benteng Kuto Besak, kini digunakan sebagai Kantor Kesehatan Komando Daerah Militer II/Sriwijaya, rumah sakit, dan permukiman warga nan padat. Pada awal 2014, Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan berencana merevitalisasi penanda peradaban ini untuk Pusat Kebudayaan Palembang.
Semoga benteng ini menemukan kejayaannya kembali sebagai pencerah sejarah dan budaya di kota yang juga pernah bergelar “Indische Venetie” (Venesia dari Hindia) dan “De Stad des Vredes” (Kota Damai)—Palembang Darussalam.
(Mahandis Y. Thamrin/NGI)
Sejarah Menjelang Munculnya Agama Baru di Timur Tengah
Agama Kristen yang merupakan agama resmi Kekaisaran Romawi telah menyebar ke seluruh penjuru Eropa kemudian ke sekitar wilayah laut Tengah membuat semua kuil penyembahan Berhala diperintahkan untuk ditutup pada 395M. Bagaimana dengan nasib agama (bangsa) Yahudi yang semenjak abad ke 1 telah diasingkan dari tanah Yudea dan menetap di di berbagai wilayah Kekaisaran Romawi?, Kitab suci agama Yahudi suci bagi umat Kristen tapi umat Kristen tidak mengikuti Hukum-Hukum Yahudi dan demikian sebaliknya orang Yahudi menolak Ketuhanan Yesus. Gereja mengambil kebijakan bahwa orang Yahudi harus dijadi-kan Kristen dengan jalan setengah penindasan; dengan cara membatasi ibadah, kepemilikan dan hak berbicara mereka.
Pusat Kekristenan berada di Konstantinopel (Istanbul kini) Sebagai Ibukota Kekaisaran Romawi meskipun kota Roma sendiri sudah runtuh, lebih jauh ke timur bangsa Armenia juga telah masuk Kristen, kemudian di selatan bangsa Etiopia juga mengikuti ditambah bermunculan gereja-gereja Kristen di Arab.
Pesaing Kekaisaran Romawi yang terkuat; Persia beragama yang didirikan Zarathustra, memuja Mazda. Persia mencurigai orang-orang Kristen sebagai mata-mata Romawi tapi tidak menolak bangsa Yahudi.
Di Yaman tempat strategis ujung selatan jazirah Arab yang merupakan pintu masuk ke laut Merah, berebutlah pengaruh Yahudi dan Kristen. Pada 300an M orang Yahudi dan Kristen sibuk berkhotbah kepada para penguasa Yaman sampai pada +/- 395M Raja Yaman meme- luk Yahudi (ada kemungkinan Orang Yahudi menjadi Raja Yaman), sampai dengan lebih dari seabad kemudian Raja-Raja Yahudi memerintah Yaman, hingga terjadi insiden ketika Raja Yusuf Dhu-Nuwas pada tahun 520an M mendengar isu akan terjadi pemberontakan orang Kristen. Yusuf Dhu-Nuwas mengambil tindakan preventif; Ia menyerang terlebih dahulu gereja-gereja dan membantai ribuan orang Kristen. Seorang Kristen yang lolos dari maut mengadukan hal itu ke Konstantinopel namun hanya untuk mendapatkan penolakan bala bantuan selain saran agar meminta bantuan ke Etiopia yang lebih dekat. Raja Etiopia mengetahui hal itu bersumpah akan membalas dendam atas pembantaian orang Kristen di Yaman. Pada 525M Etiopia menyerbu Yaman dan mengalahkan Raja Yahudi Yaman. Kini orang Kristen memerintah Yaman dan orang-orang Yahudi Yaman mengungsi ke wilayah Arab lainnya. Sedangkan Yaman sendiri dalam keadaan kacau balau; saluran air rusak-panen gagal sampai 40 tahun kemudian negeri itu masih terbelenggu kemiskinan. Dan Gubernur Etiopia mempunyai gagasan menarik untuk memperbaiki ekonomi yaitu dengan membangun Gereja Katedral nan megah di Yaman yang akan mengundang banyak wisata-wan dan mendatangkan keuntungan ekonomi sekaligus memperkenalkan budaya Etiopia.
Benar, ketika Gereja itu selesai dibangun, berita menyebar hingga ke utara, ke sebuah kota pusat ziarah penyembah Berhala bernama Mekah. Bagi penduduk Mekah, hadirnya Gereja Katedral di Yaman dianggap sebagai saingan bagi agama mereka. Kemudian beberapa pemuka agama memutuskan pergi ke Yaman untuk memata-matai dan melihat bangunan itu. Dengan menyamar sebagai wisatawan mereka masuk ke Gereja Katedral dan tak lama mereka mencari tempat di pojok yang gelap untuk melakukan aksi protes yang berbau; BAB di lantai dan lekas kabur setelahnya. Akibat penghinaan itu, Etiopia dipimpin oleh Abrahah menyatakan perang terhadap Mekah pada 570M (di Mekah tahun 570M dikenal sebagai tahun Gajah). Namun pasukan Gajah yang dibawa Abrahah mundur begitu saja sesampai-nya di Mekah mungkin karena serbuan burung Ababil yang menghujani Gajah-Gajah dengan batu. Mekah menang dan pada tahun itulah lahir Muhammad, Nabi Islam, agama masa depan Mekah.
Mekah, suatu wilayah berbatu-batu dengan air sumur yang tersedia secara terbatas, terletak di jalur perdagangan antara Yaman dan Suriah, jadi meskipun letaknya terpencil-namun kafilah-kafilah yang melalui jalur perdagangan itu banyak membawa barang dagangan seperti rempah-rempah dan budak menuju Suriah dan perabot rumah tangga, kain dan alkitab menuju Yaman. Mekah juga menjual berbagai barang ke sekitarnya, setiap tahun Mekah mengadakan pekan raya tempat orang berdatangan dari sekitarnya dalam rangka jual beli dan pergaulan. Untuk melayani kebutuhan ruhani pengunjungnya, Mekah mempunyai tempat ibadah bernama Ka’bah-tempat tersimpannya ratusan patung dewa-dewi. Sepanjang abad sebelumnya suku Quraisy telah menguasai semuanya di Mekah; air dan Ka’bah. Pada 500an M mereka berjumlah beberapa ratus terbagi dalam 12 keluarga besar. Suku Quraisy memerintah Mekah seperti mengelola usaha keluarga; tanpa walikota, dan melalui perundingan antar para tetua suku lah mereka menyelesaikan masalah. Setahun sekali para pedagang Quraisy mengumpulkan barang dagangan-memuatnya di punggung onta dan dibawa ke Suriah. Dalam bisnis demikian, ada yang berkembang ada pula yang bangkrut. Pada 570 M Mekah sendiri berpopulasi beberapa ribu orang termasuk budak.
Diantara penduduk Mekah yang lahir setelah tahun gajah ada yang kaya raya seperti Abu Sufyan Bin Harb, ahli berniaga yang sejak muda sering ke Suriah. Ia menikahi Hindun Binti Uthbah yang punya reputasi berlidah tajam, mereka memiliki beberapa anak. Pada 613M saat Abu Sufyan dan Hindun berusia 40an muncul ‘masalah keluarga’, putri mereka yang bernama Ummi Habibah telah menghadiri suatu ‘perkumpulan ibadah’, yang dipimpin oleh sepupu jauh Abu Sufyan yang bernama Muhammad-seorang yatim piatu sejak masa kanak-kanak dan dibesarkan oleh pamannya walau miskin namun murah hati. Pemuda Muhammad kemudian bekerja sebagai pengelola harta seorang Janda bernama Khadijah. Sejak dikelola oleh Muhammad , Khadijah bertambah makmur. Kemudian mereka jatuh cinta, menikah dan punya beberapa anak namun yang mencapai usia dewasa hanya 2 orang putri. Pada 610M ketika sedang menyepi di Gua Hira, Muhammad mendengar suara Jibril yang menyampaikan pesan langsung dari Allah. Awalnya, Muhammad bimbang akan tetapi Khadijah meyakinkannya bahwa itu suara itu nyata, dan kemudia semakin banyak wahyu yang disampaikan. Sampai dengan 3 tahun turunnya wahyu, itu masih menjadi ‘rahasia keluarga’ hingga pada 613M muncul perintah untuk menyebarkan Firman itu. Muhammad mengundang semua pamannya untuk makan malam dan diumumkan bahwa dirinya adalah seorang Nabi. Paman-pamannya menolak percaya walau tidak terang-terangan. Ketika wahyu disampaikan di muka umum banyak yang percaya dan dalam setahun mendapatkan 150 pengikut. Yang diajarkan Muhammad : Hanya ada 1 Allah, Tuhannya Ibrahim, Musa dan Isa (yesus)-Muhammad adalah Nabi-Muslim( orang yg tunduk kepada Allah) akan masuk surga, sedangkan yang bukan muslim akan masuk neraka-Muslim wajib sholat 5 kali sehari bersujud menghadap Yerusalem-Muslim harus rendah hati, tidak boleh mabuk, sederhana dan murah hati kepada janda dan yatim piatu-muslim wajib memperlakukan sesamanya sebagai saudara. Reaksi salah satu paman Muhammad melihat ibadah sholat muslim saat itu :”bukan begitu caraku menghadap Tuhan”.
Hadirnya agama baru ini membuat Mekah menjadi tidak kondusif lagi. Salah satu penyebab-nya adalah soal neraka itu. Selain itu Muhammad berkhotbah kepada para pengunjung pekan raya tahunan di Mekah agar mereka meninggalkan berhala dan dewa-dewi mereka. Dan yang terakhir; muslim mengumpulkan modal sendiri untuk berbisnis di luar kendali keluarga. Ini membuat panas dan muncul beberapa orang yang berniat membunuh Muhammad. Sementara itu Romawi dan Persia berada di ambang peperangan, pada 602M Persia menyerbu Yaman. Kekaisaran Romawi yang mencuriga Yahudi di wilayahnya akan memihak Persia memerintahkan mereka agar masuk Kristen, Pada 608M di Anthiokia ribuan orang Yahudi dibantai oleh Kekaisaran Romawi. Saat,Persia mulai menyerang mendekati Yerusalem, Muhammad mulai menyiarkan Wahyu kepada masyarakat umum untuk berkiblat ke Yerusalem-dengan demikian menempatkan muslim pada kubu pihak Romawi melawan Persia. Pada 614M, setelah 6 abad diperintah oleh Kekaisaran Romawi Yerusalem jatuh ke tangan Persia dan bangsa Yahudi kembali ke sana. Namun saat Persia mundur sejenak, Umat Kristen bangkit kembali untuk membantai Yahudi, kemudian Persia datang kembali untuk membantai umat Kristen. Implikasi perang ini jelas menyusahkan Mekah, merugikan dunia usaha, akan tetapi para tetua memilih menunggu perang usai untuk berurusan dengan pemenangnya. Sebaliknya, Muhammad lebih memihak kepada Kristen, pada 614M Ia mengirim 75 pengikutnya termasuk Ummi Habibah Binti Abu Sufyan ke Etiopia, untuk sementara muslim berteman dengan Etiopia kerajaan Kristen yang musuhnya Mekah. Kebijakan luar negri Muhammad menimbulkan kemarahan suku Quraisy yang punya kebijakan luar negri yang berbeda. Akibatnya suku Quraisy mulai memboikot semua usaha dagang muslim. Ketegangan semakin meningkat; para majikan Quraisy menyiksa budak Muslim, Orang Tua Quraisy memukuli anaknya yang Muslim, akhirnya Muslim banyak kehilangan harta benda. Pada 618M Khadijah meninggal dunia. Muhammad ingin semua Mekah menjadi Muslim sebaliknya Suku Quraisy menuntut Muhammad untuk diam. Kedua belah pihak tidak ada yang mengalah sampai pada 622M para tetua semua keluarga kecuali keluarga Muhammad sepakat untuk membunuh sepupu mereka sendiri yang Nabi itu. Pada saat yang sama Muslim mulai menyelinap meninggalkan Mekah. Pada suatu malam ketika 11 orang yang ditugasi untuk membunuh Muhammad sampai ke rumah Muhammad saat fajar mereka tidak menemukannya.
Yang terpenting dari episode ini adalah; sebelum meninggalkan Mekah dan diperintahkan hijrah ke Medinah adalah wahyu yang membolehkan melawan orang yang menindas. Pada wahyu sebelum ini diperintahkan untuk mengalah.
Medinah sendiri dihuni oleh 2 suku Arab yang saling bertikai dan 3 suku Yahudi; 2 suku bertani dan yang satunya lagi membuat senjata dan perhiasan. Kebetulan sudah ada Muslim pada sebagian suku Arab di Medinah yang menyambut gembira pada awalnya kedatangan sesama saudara Muslim dari Mekah itu. Akan tetapi setelah berbulan-bulan tinggal bersama di pemukiman sempit mulailah muncul problem sosial di antara sesama Muslim. Muhammad mencoba meredakan problem sosial ekonomi itu dengan mengajak Yahudi Medinah agar mau masuk Islam demi berbagi sumber daya. Yahudi Medinah menolaknya dengan alasan mereka sudah punya Tuhan sendiri dan tidak ada perlunya dengan Tuhannya Muhammad. Jengkel, kemudian turun wahyu yang mengubah arah kiblat dari Yerusalem ke Mekah.
Pada suatu saat,Muhammad memesan senjata kepada suku Yahudi pembuat senjata, dan pada musim semi 624M Muslim di bawah bendera hijau menyerang suku Quraisy yang hendak berniaga ke Suriah dipimpin oleh Abu Sufyan. Namun rencana ini bocor dan Abu Sufyan urung pergi dan balik ke Mekah untuk mempersiapkan pasukan mengadang Muslim. Abu Sufyan sendiri tak ikut dalam perang Badar yang terjadi pada 15 Maret 624M itu. Pada perang itu banyak tetua Suku Quraisy yang tewas. Kini Muslim merasa gembira karena memperoleh harta rampasan dan perasaan bangga menang perang. Kemudian muslim menyerang suku Yahudi pembuat senjata Bani Qainuqa (yang dituduh membocorkan penyergapan Kafilah Abu Sufyan) sehingga tersisa 2 suku Yahudi yang berlindung dalam benteng-benteng mereka. Tahun berikutnya Abu Sufyan balik mengalahkan Muslim dalam perang Uhud dan Abu Sufyan hendak melanjutkan dengan menyerang Medinah akan tetapi Muslim telah mempersiapkan dengan menggali parit, Suku Quraisy yang belum pernah bertemu dengan strategi seperti itu menyerah dan balik ke Mekah. Saat perang Uhud pihak Muslim kalah, Muslim kemudian menyerang 1 lagi suku Yahudi Medinah yaitu Bani Al Nadhir. Dan kemudian setelah perang ‘parit’ ,Muslim menyerang suku Yahudi terakhir yaitu Bani Quraizah-memperbudak kaum wanita dan anak anak mereka dan menghukum mati 700 laki-laki suku itu. Sekarang Medinah telah menjadi 100% Muslim. Mengapa perlu Muslim menyerang Yahudi?, latar belakangnya demikian; pada 620an M Kaisar Romawi yang baru Heraclius menyerang Persia dan merebut kembali hampir seluruh wilayah Kekaisarannya, pada 628M Kekaisaran Romawi merebut kembali Yerusalem dan membantai Yahudi seperti biasanya. Dengan demikian Yahudi di Jazirah Arab tidak punya pelindung lagi Persia nya, kesempatan inilah yang dimanfaatkan oleh Muslim. Muhammad mengadakan gencatan senjata dengan Mekah untuk menyerbu Khaibar sebuah kota Yahudi di Utara yang dihuni 50 ribu populasi dengan sebagian besar Yahudi. Setelah Khaibar dikuasai, Yahudi disana harus menyetor setengah penghasilan tahunannya ke Medinah. Hasilnya sekarang Muslim Medinah menjadi kaya raya. Pada 628M Muhammad melakukan langkah cerdik berikutnya, Ia memanggil Ummi Habibah Binti Abu Sufyan agar pulang dari Etiopia, dan kemudian menikahinya!!, dengan demikian Abu Sufyan kini menjadi Mertuanya. Abu Sufyan tak bisa berbuat apa-apa menyaksikan musuhnya telah menjadi menantunya. Dan kemudian para prajuritnya berduyun duyun masuk Islam, berikutnya dengan ditemani oleh Abbas salah seorang paman Muhammad, Ia berangkat ke Medinah menghadap Muhammad. Akhirnya Abu Sufyan memeluk Islam. Mereka lalu berunding tentang syarat-syarat takluknya Mekah; semua suku Quraisy akan memeluk Islam dan Muhammad akan memasuki Mekah dengan damai. Pada 630M Muslim kembali secara damai ke Mekah dan ratusan berhala di Ka’bah dihancurkan.
Immortal
Situs Megalitikum Gunung Padang
Mengutip dari Wikipedia, Situs Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. Tepatnya berada di perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur.Lokasi dapat dicapai 20 kilometer dari
persimpangan kota kecamatan WarungKondang, dijalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Luas kompleks “bangunan” kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3 hektar, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.
Masih mengutip dari data Wikipedia, laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, Buletin Dinas Kepurbakalaan) tahun 1914. Sejarawan Belanda N. J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949. Setelah sempat “terlupakan”, pada tahun 1979 tiga penduduk setempat, Endi, Soma dan Abidin melaporkan kepada Edi, Penilik Kebudayaan Kecamatan Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunung Gede. Selanjutnya, bersama-sama dengan Kepala Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, R. Adang Suwanda, ia mengadakan pengecekan. Tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada tahun 1979 terhadap situs ini.
Setelah lama tidak ada kabar, Situs Gunung Padang kembali menyeruak, ketika Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief meminta dilakukan penelitian lebih mendalam terhadap situs tersebut. Bahkan, pada tahun 2013 lalu sempat dibuka pendaftaran untuk relawan yang ingin bergabung bersama Tim Terpadu Situs Gunung Padang.
Namun sampai sekarang, belum ada kabar lebih lanjut terhadap penelitian situs tersebut. Sampai akhirnya, belum lama ini Presiden SBY memberikan harapan. SBY meminta agar penelitian untuk
mengungkap sejarah peradaban manusia di situs zaman batu itu bisa diteruskan kembali. SBY berharap Situs Gunung Padang bisa menjadi seperti Candi Borobudur dan beberapa temuan sejarah di Indonesia yang bisa dijadikan acuan peradaban dunia.
Janin pun Bersujud Subhanallah
DALAM upaya menanamkan kecerdasan si buah hati sejak dalam kandungan, berbagai cara haruslah dilakukan oleh seorang ibu yang sedang mengandung buah hati kesayangannya. Menurut penelitian para dokter, salah satu cara untuk menanamkan kecerdasan anak sejak dalam kandungan yaitu dengan memperdengarkan musik classic seperti musik Mozart kepada janin yang sedang berada di dalam perut ibu.
Lalu bagaimanakan pandangan islam dalam menyikapi hal tersebut?
Dalam agama islam, bayi adalah makhluk ciptaan Allah yang masih suci. Mengenai hal ini, tentunya bacaan Al-Qur’an adalah sebaik-baik lantunan yang harus diperdengarkan oleh janin. Sehingga, Habib Munzir pun menyarankan bahwa istri yang sedang hamil lebih baik banyak membaca Al-Qur’an untuk menuntun kemuliaan di dalam rahim. Utamakanlah membaca surah Muhammad, dengan harapan agar mendapatkan rahmat Allah sebagaimana lahirnya Nabi Muhammad saw ke muka bumi ini dengan membawa segala rahmat-Nya.
Saran habib Munzir tersebut, ternyata didukung oleh hasil eksperimen beberapa dokter. Saat seorang ibu hamil sedang melakukan USG, maka dibacakanlah surah Al-fatihah dan Al-Baqarah. Apa yang terjadi gerangan? Subhanallah, janin tersebut terdiam dan mengambil posisi seperti sedang bersujud seolah-olah ia kenal dekat dengan ayat-ayat yang sedang dibacakan.
Di samping itu, Dr. Nurhayati dari Malaysia mengemukakan hasil penelitiannya tentang pengaruh bacaan Al-Qur’an terhadap meningkatnya IQ bayi yang baru lahir, dalam seminar konseling dan psikoterapi islam sekitar delapan tahun yang lalu. Diungkapkannya, bayi yang baru berusia 48 jam saja akan langsung memperlihatkan reaksi wajah ceria dan sikap yang lebih tenang.
Untuk itu, kepada ibu-ibu yang sedang mengandung buah hatinya perbanyaklah membaca Al-Qur’an. Karena, jika Al-Qur’an diperdengarkan secara tepat dan benar (tajwid dan makhrajnya) maka Al-Qur’an mampu merangsang saraf-saraf otak pada si kecil. Wallaahu a’lam. [retsa/islampos/pendidikanagamaislamdalamkeluarga]
Sabtu, 27 Desember 2014
Meriam Kuno dan Mideun Perang di Pulo Ibouh Bireuen
Moncong meriam tersebut bercat merah dibingkai garis putih yang telah memudar. Pada sisi kiri meriam tertera angka “1785”, dan sisi kanannya tertulis “KKM Unimus 2011 Angkatan IX”.
Meriam kuno itu dipajang di halaman depan meunasah Desa Pulo Ibouh, kemukiman Banjir Asin, kecamatan Jangka, Bireuen. Meriam hitam pekat itu panjangnya 2,68 meter. “Moncongnya berdiameter 13 centimeter,” kata Safar, anggota tim ekspedisi Centre Information for Samudra Pasai Heritage (Cisah) Lhokseumawe kepada atjehpost.com seusai mengukur panjang dan diameter meriam itu, Sabtu pekan lalu.
Moncong meriam tersebut bercat merah dibingkai garis putih yang telah memudar. Pada sisi kiri meriam tertera angka “1785”, dan sisi kanannya tertulis “KKM Unimus 2011 Angkatan IX”. Meriam itu diperkiran sudah berusia lebih 220 tahun, dan telah ditata oleh mahasiswa Universitas Almuslim pada tahun 2011 lalu.
“Beton yang menjadi pondasi meriam itu dibangun oleh mahasiswa Unimus saat melakukan Kuliah Kerja Nyata di desa ini,” kata Zulkifli Sya’ban, Keuchik Pulo Ibouh melalui telpon seluler, Selasa, 25 Februari 2014.
Samping kanan meriam tergeletak sebuah besi bulat yang sudah berkarat, panjangnya hampir sama seperti meriam. Besi itu, kata Zulkifli Sya’ban, diambil dari lokasi saluran pembuang di desa Pulo Ibouh dan ditempatkan di samping meriam pada tahun 2013.
Zulkifli Sya’ban menjelaskan, masyarakat Pulo Ibouh menemukan meriam kuno itu di lokasi mideuen prang atau benteng pertahanan rakyat melawan penjajah. Lokasi meideun prang berjarak lebih kurang 500 meter dari meunasah desa Pulo Ibouh, atau sekitar 12 kilometer dari pusat kota Bireuen.
“Seingat saya, sejak masa konflik Aceh, meriam itu sudah ditempatkan di halaman depan meunasah desa ini setelah ditemukan di lokasi mideun prang,” ujar Zulkifli Sya’ban.
Berada di tengah kebun yang sesak dengan pohon kelapa, pinang, dan tumbuhan liar, mideun prang atau benteng itu berupa gundukan tanah setinggi 2 meter, dan luasnya sekitar 15 x 5 meter.
“Saat saya masih muda, gundukan tanah ini lebih tinggi lagi, mencapai empat meter,” kata Sofyan, 50 tahun, warga desa Lhok Bugeng, tetangga desa Pulo Ibouh, yang menemani atjehpost.com berkunjung ke lokasi tersebut, Sabtu pekan lalu. “Di sinilah dulunya para pejuang mempertahankan daerah ini dari serangan penjajah,” ujar dia lagi.
Di atas gundukan tanah itu tumbuh subur bak barat daya dan tumbuhan liar. Sebelah baratnya ada gundukan tanah setinggi 0,5 meter dan menjulur sepanjang 50 meter. Sebelah selatannya tampak bekas galian tanah mirip alur sungai yang telah dangkal.
Menurut cerita bertutur yang berkembang di tengah masyarakat setempat, salah seorang pejuang yang memimpin perlawanan rakyat terhadap gempuran penjajah di lokasi benteng itu ratusan tahun silam adalah Teungku Syiek Peusangan Pulo Ibouh. Ia juga diyakini sebagai pendiri Masjid Mideun yang kemudian diberi nama Masjid Mideun Teungku Syiek Peusangan Pulo Ibouh. Masjid kuno itu berada di desa Lhok Bugeng.
Keuchik Zulkifli Sya’ban berharap Pemerintah Kabupaten Bireuen melalui dinas terkait memugar lokasi benteng itu agar tidak hilang jejak sejarah yang sudah cukup lama terabaikan. “Mideun prang itu mestinya dipugar agar jejak sejarah terawat dengan baik. Meriam kuno yang sekarang berada di depan meunasah Pulo Ibouh juga perlu dipugar lebih layak,” katanya.
Kepala Seksie Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bireuen, Yusri saat dihubungi, Selasa siang, mengatakan meriam kuno dan mideun prang di Pulo Ibouh belum terdata pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bireuen.
“Kita segera turun ke desa itu untuk mengecek dan mendatanya. Kalau memenuhi syarat sebagai cagar budaya, maka akan kita usulkan untuk pemugaran,” katanya.
Menengok Karya Wilsen: Dokumentator Pertama Borobudur
CANDI BOROBUDUR yang sempat “hilang” selama berabad-abad akhirnya berhasil ditemukan kembali pada 1814 ketika Jawa dikuasai Pemerintahan Britania (Inggris). Sedang proses pendokumentasian Candi Borobudur diawali oleh Wilsen sejak tahun 1849 ketika Indonesia di bawah kekuasaan Belanda. Mengenai proses dokumentasi dalam bentuk foto baru dimulai pada tahun 1873 oleh Van Kinsbergen.
Candi Borobudur konon sempat “hilang” selama berabad-abad akibat terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang diduga dari letusan gunung berapi. Candi ini baru ditemukan kembali pada tahun 1814 ketika Jawa berada di bawah pemerintahan Britania (Inggris) pada kurun 1811 hingga 1816.Ketika itu, Sir Thomas Stanford Raffles - yang ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal - memiliki minat istimewa terhadap sejarah Jawa. Pada saat mengadakan kegiatan di Semarang, Raffles mendapatkan informasi bahwa di daerah Kedu telah ditemukan susunan batu bergambar.
Sutrisno B
Candi Borobudur konon sempat “hilang” selama berabad-abad akibat terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang diduga dari letusan gunung berapi. Candi ini baru ditemukan kembali pada tahun 1814 ketika Jawa berada di bawah pemerintahan Britania (Inggris) pada kurun 1811 hingga 1816.Ketika itu, Sir Thomas Stanford Raffles - yang ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal - memiliki minat istimewa terhadap sejarah Jawa. Pada saat mengadakan kegiatan di Semarang, Raffles mendapatkan informasi bahwa di daerah Kedu telah ditemukan susunan batu bergambar.
Berawal dari informasi tersebut, Raffles akhirnya mengutus Cornelius seorang Belanda untuk membersihkannya. Pekerjaan ini dilanjutkan oleh Residen Kedu yang bernama Hartman pada tahun 1835. Disamping kegiatan pembersihan, Raffles juga mengadakan penelitian terhadap stupa puncak Candi Borobudur, namun sayang mengenai laporan penelitian ini tidak pernah terbit. Sedang pendokumentasian pertama dilakukan oleh Wilsen mulai tahun 1849 melalui gambar-gambar sketsa. Sedangkan dokumen foto baru dibuat pada tahun 1873 oleh Van Kinsbergen.
FC Wilsen adalah seorang insinyur pejabat Belanda bidang teknik. Setelah mempelajari Borobudur, Wilson akhirnya berhasil menggambar ratusan sketsa relief. Kala itu, JFG Brumund juga ditunjuk untuk melakukan penelitian lebih terperinci terhadap Borobudur dan berhasil diselesaikan pada 1859. Rencananya, Pemerintah Belanda akan menerbitkan artikel penelitian Brumund yang dilengkapi sketsa-sketsa karya Wilsen. Namun, entah kenapa Brumund ternyata menolak untuk bekerja sama. Karena itu, Pemerintah Hindia Belanda kemudian menugaskan ilmuwan lain, C Leemans.
Pemerintah Belanda akhirnya menerbitkan monograf pertama dan penelitian detil Borobudur pada 1873 setelah hasil kerja Brumund dan Wilsen dikompilasikan dengan hasil kerja Leemans. Hasil kerja ketiga tokoh tersebut kemudian diterjemahkan dalam bahasa Perancis setahun kemudian.
Pemerintah Belanda akhirnya menerbitkan monograf pertama dan penelitian detil Borobudur pada 1873 setelah hasil kerja Brumund dan Wilsen dikompilasikan dengan hasil kerja Leemans. Hasil kerja ketiga tokoh tersebut kemudian diterjemahkan dalam bahasa Perancis setahun kemudian.
Hasil Dokumentasi Wilsen:
Boro-Boedoer op het eiland Java’ / afgebeeld door en onder toezigt van F.C. Wilsen ; met toelichtenden en verklarenden tekst, naar de geschreven en gedrukte verhandelingen van F.C. Wilsen, J.F.G. Brumund en andere bescheiden, bew. en uitg. … door C. Leemans. - Leiden : Brill. LIX, 667 p. Gepubliceerd: door C. Leemans. - Leiden : Brill, 1873. - No. 55, pl. XLIII
[Repro KITLV]
‘Bôrô-Boedoer op het eiland Java’ / afgebeeld en onder toezigt van F.C. Wilsen [...] ; bew. en uitg. … door C. Leemans. - Leiden : Brill, 1873. - LIX, 667 p. + 393 pl. (groot formaat) Kopie naar plaat No. 161 uit
[Repro KITLV]
‘Bôrô-Boedoer op het eiland Java’ / afgebeeld en onder toezigt van F.C. Wilsen [...] ; bew. en uitg. … door C. Leemans. - Leiden : Brill, 1873. - LIX, 667 p. + 393 pl. (groot formaat) Kopie naar plaat No. 115 uit
[Repro KITLV]
Hasil Dokumentasi Van KinsbergenStupa’s op de Boroboedoer bij Magelang (1874) [Repro foto: Van Kinsbergen]
Sutrisno B
Latar Belakang Sejarah “Indonesia”
Tahukah Anda asal-muasal Negara Indonesia?
Ternyata, Indonesia merupakan sebuah negara yang berasal dari dua (2) suku kata yang diambil dari bahasa Yunani. Indo yang berarti India dan Nesos yang berarti Pulau. Jika diartikan bahwa “Indonesia” adalah sebuah Pulau India. Benarkah demikian? Lantas apa hubungannya?
Ialah Aleksander Agung, seorang penakluk asal Macedonia yang telah hampir menjelajahi seluruh penjuru dunia ini. Terlahir di kota Pella, Macedonia pada 356 SM dan merupakan murid seorang filsuf terkenal, Aristoteles. Tak hanya dikenal sebagai seorang penjelajah, ia pun dikenal sebagai seorang komandan perang terhebat sepanjang masa. Memulai menjadi pemimpin perang sejak kematian ayahnya Filipus II dari Makedonia pada tahun 336 SM.
Bersamaan dengan penjelajahannya ke seluruh penjuru dunia bersama dengan para pengikutnya, ia pun mengekspansikan kepemimpinannya dengan memerangi setiap daerah yang menjadi tempat yang ia singgahi. Ketika dalam proses penjelajahannya, dari Macedonia hingga sampai setiap tempat yang ia singgahi ia selalu menang dalam setiap peperangan.Karena berkeinginan mencapai “ujung dunia” yakni India, Aleksander pun menginvasi India pada tahun 326 SM, namun terpaksa mundur karena terjadi pemberontakkan terhadap para tentara pengikutnya yang sudah tidak ingin menuruti keinginan darinya, sehingga para pengikutnya pun memutuskan untuk mundur dan kembali ke kampung halaman.
Dari penjelajahannya itulah banyak yang menginspirasi para penjelajah lain yang ingin membuktikan tentang “ujung dunia” tersebut. Sebenarnya dalam proses penjelajahannya tersebut, mereka tiba di suatu pulau (yang sekarang adalah Negara Indonesia) yang tidak mereka ketahui namun mereka katakan bahwa itulah “ujung dunia” karena jauhnya perjalanan yang telah mereka tempuh dari tempat semula mereka.
Dalam hal lain pun banyak penjabaran mengenai latar belakang Indonesia.
Ternyata, Indonesia merupakan sebuah negara yang berasal dari dua (2) suku kata yang diambil dari bahasa Yunani. Indo yang berarti India dan Nesos yang berarti Pulau. Jika diartikan bahwa “Indonesia” adalah sebuah Pulau India. Benarkah demikian? Lantas apa hubungannya?
Ialah Aleksander Agung, seorang penakluk asal Macedonia yang telah hampir menjelajahi seluruh penjuru dunia ini. Terlahir di kota Pella, Macedonia pada 356 SM dan merupakan murid seorang filsuf terkenal, Aristoteles. Tak hanya dikenal sebagai seorang penjelajah, ia pun dikenal sebagai seorang komandan perang terhebat sepanjang masa. Memulai menjadi pemimpin perang sejak kematian ayahnya Filipus II dari Makedonia pada tahun 336 SM.
Bersamaan dengan penjelajahannya ke seluruh penjuru dunia bersama dengan para pengikutnya, ia pun mengekspansikan kepemimpinannya dengan memerangi setiap daerah yang menjadi tempat yang ia singgahi. Ketika dalam proses penjelajahannya, dari Macedonia hingga sampai setiap tempat yang ia singgahi ia selalu menang dalam setiap peperangan.Karena berkeinginan mencapai “ujung dunia” yakni India, Aleksander pun menginvasi India pada tahun 326 SM, namun terpaksa mundur karena terjadi pemberontakkan terhadap para tentara pengikutnya yang sudah tidak ingin menuruti keinginan darinya, sehingga para pengikutnya pun memutuskan untuk mundur dan kembali ke kampung halaman.
Dari penjelajahannya itulah banyak yang menginspirasi para penjelajah lain yang ingin membuktikan tentang “ujung dunia” tersebut. Sebenarnya dalam proses penjelajahannya tersebut, mereka tiba di suatu pulau (yang sekarang adalah Negara Indonesia) yang tidak mereka ketahui namun mereka katakan bahwa itulah “ujung dunia” karena jauhnya perjalanan yang telah mereka tempuh dari tempat semula mereka.
Dalam hal lain pun banyak penjabaran mengenai latar belakang Indonesia.
- Sebutan “Indonesia” disampaikan oleh J.R Logan dalam “Journal of the Indian Archipelago and East Asia” pada tahun 1850.
- W.E Maxwell dalam buku penuntun bahasa melayu, pada tahun 1882
- Adolf Bastian dalam “Indonesien order die inseln des Malaysichen Archipels” tahun 1884-1889
- Ari P
Faktor-faktor Penyebab Kemunduran Abbasiyyah
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
KEMUNDURAN ABBASIYYAH
- Patut dicatat kemunduran Abbasiyyah tidak berarti berakhirnya kemakmuran; kehidupan intelektual terus berkembang, perekonomian masyarakat tetap membaik; maka kemunduran itu hanya berarti: transformasi sifat kerajaan dan kegagalan mempersatukan kemaharajaan yang luas ke dalam suatu kesatuan politis.
- Faktor-faktor di sini adalah yang secara jelas menyebabkan keruntuhan Dinasti Abbasiyyah. Mungkin ada pula faktor yang lain, karenanya, sayangnya, subjek ini, masih diteliti secara belum lengkap.
1. Luasnya wilayah yang harus dikendalikan.
- Lambatnya komunikasi [tentu saja, antisipasi dan solusi menyertai], meskipun dapat diatasi, oleh karena itu yang paling mendesak adalah
- suatu tingkat tertentu saling percaya antara: penguasa-penguasa utama dan para pelaksana pemerintahan. Mis.
- Syari’ah tidak pernah diterapkan dalam hubungan antara para menteri dan pejabat tinggi satu sama lain dan kepada khalifah.
Imbalan jabatan amat besar, tetapi kesempatan menikmati di masa tua sangat kecil; hukuman mati, penyiksaan, adalah perlakuan biasa terhadap wazir yang diberhentikan; pemenjaraan dan penyitaan harta adalah praktik normal.
- Akibatnya, setiap orang akan berusaha mencari keuntungannya sendiri dengan merugikan yang lain;
- Lalu, makin sulit bagi khalifah untuk memperoleh orang-orang yang akan ditunjuk sebagai gubernur propinsi yang bisa dipercaya untuk mengirim ke Baghdad surplus pajak.
2. Meningkatnya ketergantungan pada tentara bayaran dan, bisa jadi, berkaitan dengan perkembangan teknologi militer.
- Meskipun masalah ini disadari, tetapi para khalifah tampaknya menganggap tidak mungkin kembali ke model tentara milisi yang terdiri dari warga kota.
- Maka, menjadi penting bagi khalifah dan gubernur untuk memiliki tentara yang setia pada dirinya pribadi dengan membayar mereka secara tetap.
- Pemakaian tentara bayaran juga berarti bahwa makin banyak uang dikeluarkan makin kuat tentara yang dimiliki.
- Maka, untuk mempertahankan posisinya khalifah memerlukan kekuatan militer yang cukup untuk menanggulangi para pembangkang, namun beresiko: semakin beban keuangan sulit diatasi.
- Barangkali, karena adanya esprit de corps, para tentara jauh lebih dekat dengan perwira-perwira yang berasal dari ras yang sama ketimbang “orang asing” yang berwenang; maka, sebenarnya, hanya uanglah yang bisa membeli kesetiaan mereka.
3. Yang terpenting adalah faktor keuangan.
- Sampai dengan 919 uang dalam jumlah besar masih dikirim ke Baghdad.
- Namun, menjadi kebiasaan untuk mengumpulkan uang ini melalui “sistem pemborongan” pajak; kadang-kadang hak untuk mengumpulkan pajak dalam satu daerah diborongkan pada para pemimpin tentara yang dianggap efisien.
- Ketika kekuatan militer merosot, khalifah tidak sanggup mengirim militer untuk memungut pajak, maka pemasukan menurun; dan ini bisa berarti ada pemberontakan oleh tentara atau kekuatan militernya berkurang sehingga berkurang pula kemampuannya mengumpulkan pajak.
- Yang terjadi kemudian: penerapan denda yang besar atau menyitanya begitu saja dari orang-orang kaya yang, betapapun juga, kekayaaannya mungkin didapat secara tidak sah.
- Cara lain: tentara diberi tanah bukan uang, dan ini, pada gilirannya mengurangi jumlah yang harus dibayar ke perbendaharaan negara.
Kalau dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al Abbas dan Abu ja’far Al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775-786 M), Harun al-Rasyid (786-809 M), al-Ma’mun (813-833 M), al-Mu’tashim (833-842 M), al-Wasiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).
Kalifah Harun al-Rasyid dikenal sebagai khalifah yang mencintai seni dan ilmu. Ia banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan kalangan ilmuwan dan mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap seni.
Al-Rasyid mengembangkan satu akademi Gundishapur yang didirikan oleh Anushirvan pada tahun 555 M. pada masa pemerintahannya lembaga tersebut dijadikan sebagai pusat pengembangan dan penerjemahan bidang ilmu kedokteran, obat dan falsafah.
Dari gambaran diatas terlihat bahwa, Dinasti Bani Abbas pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. disinilah perbedaan pokok antara Bani Abbas dan Bani Umayyah.
Kehancuran Dinasti Bani Abbas
Berakhirnya kekuasaan dinasti Seljuk atas Baghdad atau khalifah Abbsiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada dibawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, walaupun banyak sekali Dinasti islam berdiri. Ada diantaranya dinasti yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini menunjukan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan tatar menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancurluluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol ini adalah awal babak baru dalam sejarah islam, yang disebut masa pertengahan.
Sebagaimana
1. Persaingan Antarbangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-saama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Stryzewska,11 ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab. Pertama, sulit bagi orang-orang Arab untuk melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. Kedua, orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya Ashabiyyah kesukuan. Dengan demikian, khilafah Abbasiyyah tidak ditegakkan di atas `ashabiyyah tradisional.
Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu, bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab di dunia Islam.
Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada waktu itu tidak ada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat.12 Akibatnya, disamping Fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu`ubiyah.
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah Al-Mutawakkil, seorang khlaifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya telah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia pada periode ketiga dan selanjutnya beralih kepada dinasti Saljuk pada periode keempat.
2. Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Bait al-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan Negara menurun, sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan Negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah, jenis pengeluaran makin beragam, dan para pejabat melakukan korupsi.
3. Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Gerakan ini dikenal dengan gerakan Zindiq yang menyebabkan menurut para khalifah dan orang-orang yang beriman harus diberantas, sehingga menyebabkan konflik diantara keduanya, mulai polemik tentang ajaran hingga berlanjut kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah dari kedua belah pihak.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung dibalik ajaran Syi`ah, sehingga banyak aliran syi`ah yang dipandang ghulat (ekstrem) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi`ah sendiri. Aliran Syi`ah memang dikenal sebagai aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan faham Ahlussunnah wal Jama`ah.
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan zindik atau ahlussunnah dengan syi`ah saja, tetapi juga antaraliran dalam Islam. Mu`tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bidah oleh golongan salaf.
Berkenaan dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:
“Agama Muhammad Saw. seperti juga Agama Isa as., terkeping-keping oleh perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaan pendapat mengenai soal-soal abstrak yang tidak mungkin ada kepastiannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai akhir, selalu menimbulkan kepahitan yang lebih besar dan permusuhan yang lebih sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan pengetahuan manusia…soal kehendak bebas manusia …telah menyebabkan kekacauan yang rumit dalam Islam…pendapat bahwa rakyat dan kepala agama mustahil berbuat salah mustahil berbuat salah…menjadi sebab binasanya jiwa-jiwa berharga”.
4. Ancaman dari luar
Apa yang disebutkan di atas adalah factor-faktor internal. Disamping itu, ada pula factor-faktor eksternal yang menyebabkan khalifah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur. Pertama, perang salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban. Kedua, serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, di antara komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib itu.13
Pengaruh Salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti-Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahl al-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancurleburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki yerussalem.
Berbagai faktor yang telah menyokong tegaknya imperium Abbasiyah, yakni kalangan elite imperium dan bentuk-bentuk kulturnya, sekaligus juga menyokong kehancuran dan transformasi imperium tersebut. Bahkan kemerosotan Abbasiyah telah berlangsung disaat berlangsung konsolidasi. Ketika rezim ini sedang memperkuat militernya dan institusi pemerintahan, dan sedang mendorong sebuah kemajuan ekonomi dan kultur, terjadi beberapa peristiwa yang pada akhirnya mengharubirukan nasib imperium Abbasiyah.
Semenjak awal pemerintahan Harun al-Rasyid (786-809) problem suksesi menjadi sangat kritis. Harun telah mewasiatkan tahta kekhalifahan kepada putra mertuanya, al-Amin, dan kepada putranya yang lebih muda yang bernama al-Makmun, seorang gubernur Khurasan dan orang yang berhak menjabat tahta khilafah sepeninggal kakaknya. Setelah kematian Harun, al-Amin berusaha mengkhianati hak adiknya dan menunjuk anak laki-lakinya sebagai penggantinya kelak. Akibatnya pecahlah perang sipil. Al-amin didukung oleh militer Abbasiyah di Baghdad, sementara al-Makmun harus berjuang untuk memerdekakan Khurasan dalam rangka untuk mendapatkan dukungan dari pasukan perang Khurasan. Al-makmun berhasil mengalahkan saudara tuanya, al-Amin , dan mengklaim khilafah pada tahun 813. Namun peperangan sengit tersebut tidak hanya melemahkan kekuatan militer Abbasiyah melainkan juga melemahkan warga iraq dan sejumlah propinsi lainnya.
Al-Makmun berusaha menghadapi musuh-musuhnya dan sejumlah warga yang tidak mau berdamai dengan sebuah kebijakan ganda. Satu sisi kebijakan tersebut bertujuan untuk mempertahankan legitimasi kekhilafan dengan menguasai seluruh urusan keagamaan. Kebijakan ini, sebagaimana yang telah kita lihat, tidak membawa hasil dan gagal. Kebijakan ini justru menghilangkan dukungan masyarakat umum terhadap sang khalifah.Al-Makmun juga mengambil sebuah kebijakan politik, untuk menguasai kekhilafahan secara mutlak, al-Makmun menggantungkan dukungan seorang panglima khurasan, yang bernama Thahir, yang diberikan imbalan sebagai gubernur khurasan (820-822) dan menjadi jenderal militer Abbasiyah diseluruh imperium dan disertai janji bahwa jabatan-jabatan tersebut dapat diwariskan kepada keturunannya, selain mendatangkan manfaat yang bersifat sementara konsesi atas sebuah jabatan gubernur yang dapat diwariskan menggagalkan tujuan Abbasiyah untuk menyatukan sebuah wilayah propinsi besar menjadi sebuah system pemerintahan politik yang memusat ditangan pemerintahan pusat. Upaya untuk menyatukan kalangan elit dibawah arahan khalifah tidak akan terwujud dan sebagai gantinya imperium dikuasai oleh sebuah persekutuan khalifah dengan kuasa gubernuran besa
1. Persaingan Antarbangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-saama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Stryzewska,11 ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab. Pertama, sulit bagi orang-orang Arab untuk melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. Kedua, orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya Ashabiyyah kesukuan. Dengan demikian, khilafah Abbasiyyah tidak ditegakkan di atas `ashabiyyah tradisional.
Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu, bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab di dunia Islam.
Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada waktu itu tidak ada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat.12 Akibatnya, disamping Fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu`ubiyah.
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah Al-Mutawakkil, seorang khlaifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya telah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia pada periode ketiga dan selanjutnya beralih kepada dinasti Saljuk pada periode keempat.
2. Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Bait al-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan Negara menurun, sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan Negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah, jenis pengeluaran makin beragam, dan para pejabat melakukan korupsi.
3. Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Gerakan ini dikenal dengan gerakan Zindiq yang menyebabkan menurut para khalifah dan orang-orang yang beriman harus diberantas, sehingga menyebabkan konflik diantara keduanya, mulai polemik tentang ajaran hingga berlanjut kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah dari kedua belah pihak.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung dibalik ajaran Syi`ah, sehingga banyak aliran syi`ah yang dipandang ghulat (ekstrem) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi`ah sendiri. Aliran Syi`ah memang dikenal sebagai aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan faham Ahlussunnah wal Jama`ah.
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan zindik atau ahlussunnah dengan syi`ah saja, tetapi juga antaraliran dalam Islam. Mu`tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bidah oleh golongan salaf.
Berkenaan dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:
“Agama Muhammad Saw. seperti juga Agama Isa as., terkeping-keping oleh perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaan pendapat mengenai soal-soal abstrak yang tidak mungkin ada kepastiannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai akhir, selalu menimbulkan kepahitan yang lebih besar dan permusuhan yang lebih sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan pengetahuan manusia…soal kehendak bebas manusia …telah menyebabkan kekacauan yang rumit dalam Islam…pendapat bahwa rakyat dan kepala agama mustahil berbuat salah mustahil berbuat salah…menjadi sebab binasanya jiwa-jiwa berharga”.
4. Ancaman dari luar
Apa yang disebutkan di atas adalah factor-faktor internal. Disamping itu, ada pula factor-faktor eksternal yang menyebabkan khalifah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur. Pertama, perang salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban. Kedua, serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, di antara komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib itu.13
Pengaruh Salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti-Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahl al-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancurleburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki yerussalem.
Berbagai faktor yang telah menyokong tegaknya imperium Abbasiyah, yakni kalangan elite imperium dan bentuk-bentuk kulturnya, sekaligus juga menyokong kehancuran dan transformasi imperium tersebut. Bahkan kemerosotan Abbasiyah telah berlangsung disaat berlangsung konsolidasi. Ketika rezim ini sedang memperkuat militernya dan institusi pemerintahan, dan sedang mendorong sebuah kemajuan ekonomi dan kultur, terjadi beberapa peristiwa yang pada akhirnya mengharubirukan nasib imperium Abbasiyah.
Semenjak awal pemerintahan Harun al-Rasyid (786-809) problem suksesi menjadi sangat kritis. Harun telah mewasiatkan tahta kekhalifahan kepada putra mertuanya, al-Amin, dan kepada putranya yang lebih muda yang bernama al-Makmun, seorang gubernur Khurasan dan orang yang berhak menjabat tahta khilafah sepeninggal kakaknya. Setelah kematian Harun, al-Amin berusaha mengkhianati hak adiknya dan menunjuk anak laki-lakinya sebagai penggantinya kelak. Akibatnya pecahlah perang sipil. Al-amin didukung oleh militer Abbasiyah di Baghdad, sementara al-Makmun harus berjuang untuk memerdekakan Khurasan dalam rangka untuk mendapatkan dukungan dari pasukan perang Khurasan. Al-makmun berhasil mengalahkan saudara tuanya, al-Amin , dan mengklaim khilafah pada tahun 813. Namun peperangan sengit tersebut tidak hanya melemahkan kekuatan militer Abbasiyah melainkan juga melemahkan warga iraq dan sejumlah propinsi lainnya.
Al-Makmun berusaha menghadapi musuh-musuhnya dan sejumlah warga yang tidak mau berdamai dengan sebuah kebijakan ganda. Satu sisi kebijakan tersebut bertujuan untuk mempertahankan legitimasi kekhilafan dengan menguasai seluruh urusan keagamaan. Kebijakan ini, sebagaimana yang telah kita lihat, tidak membawa hasil dan gagal. Kebijakan ini justru menghilangkan dukungan masyarakat umum terhadap sang khalifah.Al-Makmun juga mengambil sebuah kebijakan politik, untuk menguasai kekhilafahan secara mutlak, al-Makmun menggantungkan dukungan seorang panglima khurasan, yang bernama Thahir, yang diberikan imbalan sebagai gubernur khurasan (820-822) dan menjadi jenderal militer Abbasiyah diseluruh imperium dan disertai janji bahwa jabatan-jabatan tersebut dapat diwariskan kepada keturunannya, selain mendatangkan manfaat yang bersifat sementara konsesi atas sebuah jabatan gubernur yang dapat diwariskan menggagalkan tujuan Abbasiyah untuk menyatukan sebuah wilayah propinsi besar menjadi sebuah system pemerintahan politik yang memusat ditangan pemerintahan pusat. Upaya untuk menyatukan kalangan elit dibawah arahan khalifah tidak akan terwujud dan sebagai gantinya imperium dikuasai oleh sebuah persekutuan khalifah dengan kuasa gubernuran besa
harun A R
KEMUNDURAN ABBASIYYAH
- Patut dicatat kemunduran Abbasiyyah tidak berarti berakhirnya kemakmuran; kehidupan intelektual terus berkembang, perekonomian masyarakat tetap membaik; maka kemunduran itu hanya berarti: transformasi sifat kerajaan dan kegagalan mempersatukan kemaharajaan yang luas ke dalam suatu kesatuan politis.
- Faktor-faktor di sini adalah yang secara jelas menyebabkan keruntuhan Dinasti Abbasiyyah. Mungkin ada pula faktor yang lain, karenanya, sayangnya, subjek ini, masih diteliti secara belum lengkap.
1. Luasnya wilayah yang harus dikendalikan.
- Lambatnya komunikasi [tentu saja, antisipasi dan solusi menyertai], meskipun dapat diatasi, oleh karena itu yang paling mendesak adalah
- suatu tingkat tertentu saling percaya antara: penguasa-penguasa utama dan para pelaksana pemerintahan. Mis.
- Syari’ah tidak pernah diterapkan dalam hubungan antara para menteri dan pejabat tinggi satu sama lain dan kepada khalifah.
Imbalan jabatan amat besar, tetapi kesempatan menikmati di masa tua sangat kecil; hukuman mati, penyiksaan, adalah perlakuan biasa terhadap wazir yang diberhentikan; pemenjaraan dan penyitaan harta adalah praktik normal.
- Akibatnya, setiap orang akan berusaha mencari keuntungannya sendiri dengan merugikan yang lain;
- Lalu, makin sulit bagi khalifah untuk memperoleh orang-orang yang akan ditunjuk sebagai gubernur propinsi yang bisa dipercaya untuk mengirim ke Baghdad surplus pajak.
2. Meningkatnya ketergantungan pada tentara bayaran dan, bisa jadi, berkaitan dengan perkembangan teknologi militer.
- Meskipun masalah ini disadari, tetapi para khalifah tampaknya menganggap tidak mungkin kembali ke model tentara milisi yang terdiri dari warga kota.
- Maka, menjadi penting bagi khalifah dan gubernur untuk memiliki tentara yang setia pada dirinya pribadi dengan membayar mereka secara tetap.
- Pemakaian tentara bayaran juga berarti bahwa makin banyak uang dikeluarkan makin kuat tentara yang dimiliki.
- Maka, untuk mempertahankan posisinya khalifah memerlukan kekuatan militer yang cukup untuk menanggulangi para pembangkang, namun beresiko: semakin beban keuangan sulit diatasi.
- Barangkali, karena adanya esprit de corps, para tentara jauh lebih dekat dengan perwira-perwira yang berasal dari ras yang sama ketimbang “orang asing” yang berwenang; maka, sebenarnya, hanya uanglah yang bisa membeli kesetiaan mereka.
3. Yang terpenting adalah faktor keuangan.
- Sampai dengan 919 uang dalam jumlah besar masih dikirim ke Baghdad.
- Namun, menjadi kebiasaan untuk mengumpulkan uang ini melalui “sistem pemborongan” pajak; kadang-kadang hak untuk mengumpulkan pajak dalam satu daerah diborongkan pada para pemimpin tentara yang dianggap efisien.
- Ketika kekuatan militer merosot, khalifah tidak sanggup mengirim militer untuk memungut pajak, maka pemasukan menurun; dan ini bisa berarti ada pemberontakan oleh tentara atau kekuatan militernya berkurang sehingga berkurang pula kemampuannya mengumpulkan pajak.
- Yang terjadi kemudian: penerapan denda yang besar atau menyitanya begitu saja dari orang-orang kaya yang, betapapun juga, kekayaaannya mungkin didapat secara tidak sah.
- Cara lain: tentara diberi tanah bukan uang, dan ini, pada gilirannya mengurangi jumlah yang harus dibayar ke perbendaharaan negara.
Kalau dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al Abbas dan Abu ja’far Al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775-786 M), Harun al-Rasyid (786-809 M), al-Ma’mun (813-833 M), al-Mu’tashim (833-842 M), al-Wasiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).
Kalifah Harun al-Rasyid dikenal sebagai khalifah yang mencintai seni dan ilmu. Ia banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan kalangan ilmuwan dan mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap seni.
Al-Rasyid mengembangkan satu akademi Gundishapur yang didirikan oleh Anushirvan pada tahun 555 M. pada masa pemerintahannya lembaga tersebut dijadikan sebagai pusat pengembangan dan penerjemahan bidang ilmu kedokteran, obat dan falsafah.
Dari gambaran diatas terlihat bahwa, Dinasti Bani Abbas pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. disinilah perbedaan pokok antara Bani Abbas dan Bani Umayyah.
Kehancuran Dinasti Bani Abbas
Berakhirnya kekuasaan dinasti Seljuk atas Baghdad atau khalifah Abbsiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada dibawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, walaupun banyak sekali Dinasti islam berdiri. Ada diantaranya dinasti yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini menunjukan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan tatar menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancurluluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol ini adalah awal babak baru dalam sejarah islam, yang disebut masa pertengahan.
Sebagaimana
1. Persaingan Antarbangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-saama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Stryzewska,11 ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab. Pertama, sulit bagi orang-orang Arab untuk melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. Kedua, orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya Ashabiyyah kesukuan. Dengan demikian, khilafah Abbasiyyah tidak ditegakkan di atas `ashabiyyah tradisional.
Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu, bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab di dunia Islam.
Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada waktu itu tidak ada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat.12 Akibatnya, disamping Fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu`ubiyah.
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah Al-Mutawakkil, seorang khlaifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya telah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia pada periode ketiga dan selanjutnya beralih kepada dinasti Saljuk pada periode keempat.
2. Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Bait al-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan Negara menurun, sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan Negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah, jenis pengeluaran makin beragam, dan para pejabat melakukan korupsi.
3. Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Gerakan ini dikenal dengan gerakan Zindiq yang menyebabkan menurut para khalifah dan orang-orang yang beriman harus diberantas, sehingga menyebabkan konflik diantara keduanya, mulai polemik tentang ajaran hingga berlanjut kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah dari kedua belah pihak.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung dibalik ajaran Syi`ah, sehingga banyak aliran syi`ah yang dipandang ghulat (ekstrem) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi`ah sendiri. Aliran Syi`ah memang dikenal sebagai aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan faham Ahlussunnah wal Jama`ah.
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan zindik atau ahlussunnah dengan syi`ah saja, tetapi juga antaraliran dalam Islam. Mu`tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bidah oleh golongan salaf.
Berkenaan dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:
“Agama Muhammad Saw. seperti juga Agama Isa as., terkeping-keping oleh perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaan pendapat mengenai soal-soal abstrak yang tidak mungkin ada kepastiannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai akhir, selalu menimbulkan kepahitan yang lebih besar dan permusuhan yang lebih sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan pengetahuan manusia…soal kehendak bebas manusia …telah menyebabkan kekacauan yang rumit dalam Islam…pendapat bahwa rakyat dan kepala agama mustahil berbuat salah mustahil berbuat salah…menjadi sebab binasanya jiwa-jiwa berharga”.
4. Ancaman dari luar
Apa yang disebutkan di atas adalah factor-faktor internal. Disamping itu, ada pula factor-faktor eksternal yang menyebabkan khalifah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur. Pertama, perang salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban. Kedua, serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, di antara komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib itu.13
Pengaruh Salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti-Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahl al-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancurleburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki yerussalem.
Berbagai faktor yang telah menyokong tegaknya imperium Abbasiyah, yakni kalangan elite imperium dan bentuk-bentuk kulturnya, sekaligus juga menyokong kehancuran dan transformasi imperium tersebut. Bahkan kemerosotan Abbasiyah telah berlangsung disaat berlangsung konsolidasi. Ketika rezim ini sedang memperkuat militernya dan institusi pemerintahan, dan sedang mendorong sebuah kemajuan ekonomi dan kultur, terjadi beberapa peristiwa yang pada akhirnya mengharubirukan nasib imperium Abbasiyah.
Semenjak awal pemerintahan Harun al-Rasyid (786-809) problem suksesi menjadi sangat kritis. Harun telah mewasiatkan tahta kekhalifahan kepada putra mertuanya, al-Amin, dan kepada putranya yang lebih muda yang bernama al-Makmun, seorang gubernur Khurasan dan orang yang berhak menjabat tahta khilafah sepeninggal kakaknya. Setelah kematian Harun, al-Amin berusaha mengkhianati hak adiknya dan menunjuk anak laki-lakinya sebagai penggantinya kelak. Akibatnya pecahlah perang sipil. Al-amin didukung oleh militer Abbasiyah di Baghdad, sementara al-Makmun harus berjuang untuk memerdekakan Khurasan dalam rangka untuk mendapatkan dukungan dari pasukan perang Khurasan. Al-makmun berhasil mengalahkan saudara tuanya, al-Amin , dan mengklaim khilafah pada tahun 813. Namun peperangan sengit tersebut tidak hanya melemahkan kekuatan militer Abbasiyah melainkan juga melemahkan warga iraq dan sejumlah propinsi lainnya.
Al-Makmun berusaha menghadapi musuh-musuhnya dan sejumlah warga yang tidak mau berdamai dengan sebuah kebijakan ganda. Satu sisi kebijakan tersebut bertujuan untuk mempertahankan legitimasi kekhilafan dengan menguasai seluruh urusan keagamaan. Kebijakan ini, sebagaimana yang telah kita lihat, tidak membawa hasil dan gagal. Kebijakan ini justru menghilangkan dukungan masyarakat umum terhadap sang khalifah.Al-Makmun juga mengambil sebuah kebijakan politik, untuk menguasai kekhilafahan secara mutlak, al-Makmun menggantungkan dukungan seorang panglima khurasan, yang bernama Thahir, yang diberikan imbalan sebagai gubernur khurasan (820-822) dan menjadi jenderal militer Abbasiyah diseluruh imperium dan disertai janji bahwa jabatan-jabatan tersebut dapat diwariskan kepada keturunannya, selain mendatangkan manfaat yang bersifat sementara konsesi atas sebuah jabatan gubernur yang dapat diwariskan menggagalkan tujuan Abbasiyah untuk menyatukan sebuah wilayah propinsi besar menjadi sebuah system pemerintahan politik yang memusat ditangan pemerintahan pusat. Upaya untuk menyatukan kalangan elit dibawah arahan khalifah tidak akan terwujud dan sebagai gantinya imperium dikuasai oleh sebuah persekutuan khalifah dengan kuasa gubernuran besa
1. Persaingan Antarbangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-saama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Stryzewska,11 ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab. Pertama, sulit bagi orang-orang Arab untuk melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. Kedua, orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya Ashabiyyah kesukuan. Dengan demikian, khilafah Abbasiyyah tidak ditegakkan di atas `ashabiyyah tradisional.
Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu, bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab di dunia Islam.
Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada waktu itu tidak ada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat.12 Akibatnya, disamping Fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu`ubiyah.
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah Al-Mutawakkil, seorang khlaifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya telah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia pada periode ketiga dan selanjutnya beralih kepada dinasti Saljuk pada periode keempat.
2. Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Bait al-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan Negara menurun, sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan Negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah, jenis pengeluaran makin beragam, dan para pejabat melakukan korupsi.
3. Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Gerakan ini dikenal dengan gerakan Zindiq yang menyebabkan menurut para khalifah dan orang-orang yang beriman harus diberantas, sehingga menyebabkan konflik diantara keduanya, mulai polemik tentang ajaran hingga berlanjut kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah dari kedua belah pihak.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung dibalik ajaran Syi`ah, sehingga banyak aliran syi`ah yang dipandang ghulat (ekstrem) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi`ah sendiri. Aliran Syi`ah memang dikenal sebagai aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan faham Ahlussunnah wal Jama`ah.
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan zindik atau ahlussunnah dengan syi`ah saja, tetapi juga antaraliran dalam Islam. Mu`tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bidah oleh golongan salaf.
Berkenaan dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:
“Agama Muhammad Saw. seperti juga Agama Isa as., terkeping-keping oleh perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaan pendapat mengenai soal-soal abstrak yang tidak mungkin ada kepastiannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai akhir, selalu menimbulkan kepahitan yang lebih besar dan permusuhan yang lebih sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan pengetahuan manusia…soal kehendak bebas manusia …telah menyebabkan kekacauan yang rumit dalam Islam…pendapat bahwa rakyat dan kepala agama mustahil berbuat salah mustahil berbuat salah…menjadi sebab binasanya jiwa-jiwa berharga”.
4. Ancaman dari luar
Apa yang disebutkan di atas adalah factor-faktor internal. Disamping itu, ada pula factor-faktor eksternal yang menyebabkan khalifah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur. Pertama, perang salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban. Kedua, serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, di antara komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib itu.13
Pengaruh Salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti-Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahl al-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancurleburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki yerussalem.
Berbagai faktor yang telah menyokong tegaknya imperium Abbasiyah, yakni kalangan elite imperium dan bentuk-bentuk kulturnya, sekaligus juga menyokong kehancuran dan transformasi imperium tersebut. Bahkan kemerosotan Abbasiyah telah berlangsung disaat berlangsung konsolidasi. Ketika rezim ini sedang memperkuat militernya dan institusi pemerintahan, dan sedang mendorong sebuah kemajuan ekonomi dan kultur, terjadi beberapa peristiwa yang pada akhirnya mengharubirukan nasib imperium Abbasiyah.
Semenjak awal pemerintahan Harun al-Rasyid (786-809) problem suksesi menjadi sangat kritis. Harun telah mewasiatkan tahta kekhalifahan kepada putra mertuanya, al-Amin, dan kepada putranya yang lebih muda yang bernama al-Makmun, seorang gubernur Khurasan dan orang yang berhak menjabat tahta khilafah sepeninggal kakaknya. Setelah kematian Harun, al-Amin berusaha mengkhianati hak adiknya dan menunjuk anak laki-lakinya sebagai penggantinya kelak. Akibatnya pecahlah perang sipil. Al-amin didukung oleh militer Abbasiyah di Baghdad, sementara al-Makmun harus berjuang untuk memerdekakan Khurasan dalam rangka untuk mendapatkan dukungan dari pasukan perang Khurasan. Al-makmun berhasil mengalahkan saudara tuanya, al-Amin , dan mengklaim khilafah pada tahun 813. Namun peperangan sengit tersebut tidak hanya melemahkan kekuatan militer Abbasiyah melainkan juga melemahkan warga iraq dan sejumlah propinsi lainnya.
Al-Makmun berusaha menghadapi musuh-musuhnya dan sejumlah warga yang tidak mau berdamai dengan sebuah kebijakan ganda. Satu sisi kebijakan tersebut bertujuan untuk mempertahankan legitimasi kekhilafan dengan menguasai seluruh urusan keagamaan. Kebijakan ini, sebagaimana yang telah kita lihat, tidak membawa hasil dan gagal. Kebijakan ini justru menghilangkan dukungan masyarakat umum terhadap sang khalifah.Al-Makmun juga mengambil sebuah kebijakan politik, untuk menguasai kekhilafahan secara mutlak, al-Makmun menggantungkan dukungan seorang panglima khurasan, yang bernama Thahir, yang diberikan imbalan sebagai gubernur khurasan (820-822) dan menjadi jenderal militer Abbasiyah diseluruh imperium dan disertai janji bahwa jabatan-jabatan tersebut dapat diwariskan kepada keturunannya, selain mendatangkan manfaat yang bersifat sementara konsesi atas sebuah jabatan gubernur yang dapat diwariskan menggagalkan tujuan Abbasiyah untuk menyatukan sebuah wilayah propinsi besar menjadi sebuah system pemerintahan politik yang memusat ditangan pemerintahan pusat. Upaya untuk menyatukan kalangan elit dibawah arahan khalifah tidak akan terwujud dan sebagai gantinya imperium dikuasai oleh sebuah persekutuan khalifah dengan kuasa gubernuran besa
harun A R
Gunung Padang & Takdir 810
Salaam,
GUNUNG PADANG, PRABU SILIWANGI & TAKDIR NO. 810
Nagara Siang Padang, nama asli situs Gunung Padang, dr kajian ilmu gematria mempunyai angka takdir 810. (Angka gematria 810 dpt diperoleh di http://www.gematrix.org/ ). Dari kajian bible, namanya disebut di beberapa ayat, disebut sebagai “mountain of brass” (Gunung Kuningan). Brass dlm bahasa ibrani disebut nechosheth ( בנחשתים ) yg nilai gematria ibraninya menunjukkan angka yg sama, yaitu 810.
Karena sifatnya yang tidak memercik saat dipukul, kuningan banyak digunakan sebagai bahan pembuat saluran2 (plumbing) yg berisi bahan yang explosive, oleh karenanya juga digunakan dlm instalasi reaktor nuklir. Apakah gunung padang ini sebuah tabernacle, yaitu tempat disimpannya tabut perjanjian yg sangat berbahaya? Wallahu’alam.
Bahan kuningan yg bersifat mudah dibentuk (malleability) and sifat acoustic-nya menjadi bahan yg sering digunakan untuk membuat alat2 musik : trombone, tuba, trumpet, cornet, baritone horn, euphonium, tenor horn, dan French horn. Krn ada bahan logam kuningan inilah batu2 di gunung padang berbunyi bak gamelan bila dipukul.
Mountain of Brass, dpt kita temukan salah satunya di Zakharia 6:1-7, sbb:
Aku melayangkan mataku pula, maka aku melihat: tampak keluar empat kereta dari antara dua gunung. Adapun gunung-gunung itu adalah gunung-gunung kuningan. Kereta pertama ditarik oleh kuda merah, kereta kedua oleh kuda hitam. Kereta ketiga oleh kuda putih, dan kereta keempat oleh kuda berbelang2 dan berloreng-loreng. Berbicaralah aku kepada malaikat yang berbicara dengan aku itu: “Apakah arti semuanya ini, tuanku? “Berbicaralah malaikat itu kepadaku: “Semuanya ini keluar ke arah keempat mata angin, sesudah mereka menghadap kepada Tuhan seluruh bumi.”Yang ditarik oleh kuda hitam itu keluar ke Tanah Utara; yang putih itu keluar ke arah barat; yang berbelang-belang itu keluar ke Tanah Selatan; dan yang merah itu keluar, gelisah untuk pergi, hendak menjelajahi bumi. Lalu berkatalah ia: “Pergilah, jelajahilah bumi!” Maka mereka menjelajahi bumi.
Bandingkanlah ayat2 di atas dengan perintah prabu siliwangi di uga wangsit siliwangi: “Dengarkan! Yang ingin tetap ikut denganku, cepat memisahkan diri ke selatan! Yang ingin kembali lagi ke kota yang ditinggalkan, cepat memisahkan diri ke utara! Yang ingin berbakti kepada raja yang sedang berkuasa, cepat memisahkan diri ke timur! Yang tidak ingin ikut siapa-siapa, cepat memisahkan diri ke barat!”
Yang ingin tetap mengikuti prabu siliwangi, adalah mengikuti kuda ke-4 yg berwarna belang2 hijau dan kuning, di bible disebutkan di kitab wahyu (66:6:7-8) :
Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keempat, aku mendengar suara makhluk yang keempat berkata: “Mari!” Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang2 buas dari bumi (dabbah minal ardh).
((Sesungguhnya penderitaan adalah ujian dan satu2nya jalan untuk kembali kepada Tuhan))
Dari kesamaan nubuat itu, dapat disimpulkan bahwa prabu siliwangi adalah nabi zakhariah. Namun nabi zakchariah yg mana, krn banyak sekali nama yg sama di bible, dari masa ke masa. Untuk membantu identifikasi siapa Prabu Siliwangi, kita gunakan 810 sbg penanda, sbb
- ashtey ( לעשתי ) = 810, artinya eleventh, no. 11
Dari wikipedia didapatkan keterangan, bahwa yg bertepatan dengan angka 11 adalah :
Zachariah was a person in the Hebrew Bible and traditionally considered the author of the Book of Zechariah, the ELEVENTH of the Twelve Minor Prophets. He was a prophet of the two-tribe Kingdom of Judah, and like Ezekiel was of priestly extraction. He describes himself (Zechariah 1:1) as “the son of Berechiah, the son of Iddo.”
Beliau hidup di masa raja Darius of Persia (BC 520), jauh lebih lama dari tulisan2 sejarah yg ada selama ini.
APAKAH GUNUNG PADANG ITU?
Dari analisa angka takdir 810, dpt kita temukan bbrp karakter gunung padang, sbb:
1) qadash ( וקדשת ) = 810, artinya tempat yg dikuduskan.
2) maskiyth ( משכיתם ) = 810, artinya berwujud sebagai sebuah gambar, picture
3) martsepheth ( מרצפת ) = 810, artinya pavement, jalan dari batu kotak2
4) shachah ( ומשתחוים) = 810, tempat persembahyangan (worship)
5) memshalah ( ממשלת ) = 810, simbol kemahakuasaan Tuhan (dominion of God)
6) kurios (κυριοις ) = 810, kemasyhuran
7) palaeitos ( παλαιοτητι ) = 810, oldness, berusia sangat tua
8) hupomeno ( υπομενομεν ) = 810, lestari, dilestarikan (preserved)
9) katharotes ( καθαροτητα ) = 810, purifying, pensucian
10) adelphos ( αδελφος) = 810, dua bersaudara (jadi mestinya ada 2 gunung padang krn disebutkan di bible 2 mountain of brass)
11) moloch ( μολοχ) = pernah digunakan sbg tempat pemujaan (kemusyrikan)
12) katanathematizo = 810, curse, kutukan
13) shamad ( ונשמדתי ) = 810, destroy, destroyed, hancur, dihancurkan
14) simlah ( שמלתם ) = 810, ditutupi sesuatu, untuk menutupi bangunan di bawahnya.
15) nashah ( תנשני ) = 810, lupa, dilupakan
16) grapho εγραψα = 810, tulisan, prasasti
SIAPAKAH ARSITEK GUNUNG PADANG ?
Dapat dikenali dari bible, 810 adalah identifikasi utk Elijah (Yahya), yg terus hidup dari masa ke masa, berganti2 nama.
APA YG AKAN TERJADI SELANJUTNYA?
1) shalam ( שלמתם ) = 810, restore, diperbaiki kembali
2) towdah ( תודת ) = 810, thanksgiving, persembahan sbg wujud rasa syukur
3) simchah ( בשמחתכם ) = 810, rejoice, kebahagiaan, keceriaan.
Zakharia 6:15 Orang-orang dari jauh akan datang untuk turut membangun bait TUHAN; maka kamu akan mengetahui bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku kepadamu. Dan hal ini akan terjadi, apabila kamu dengan baik-baik mendengarkan suara TUHAN Allahmu.”
Wallahu’alam bishawab.
Tve
GUNUNG PADANG, PRABU SILIWANGI & TAKDIR NO. 810
Nagara Siang Padang, nama asli situs Gunung Padang, dr kajian ilmu gematria mempunyai angka takdir 810. (Angka gematria 810 dpt diperoleh di http://www.gematrix.org/ ). Dari kajian bible, namanya disebut di beberapa ayat, disebut sebagai “mountain of brass” (Gunung Kuningan). Brass dlm bahasa ibrani disebut nechosheth ( בנחשתים ) yg nilai gematria ibraninya menunjukkan angka yg sama, yaitu 810.
Karena sifatnya yang tidak memercik saat dipukul, kuningan banyak digunakan sebagai bahan pembuat saluran2 (plumbing) yg berisi bahan yang explosive, oleh karenanya juga digunakan dlm instalasi reaktor nuklir. Apakah gunung padang ini sebuah tabernacle, yaitu tempat disimpannya tabut perjanjian yg sangat berbahaya? Wallahu’alam.
Bahan kuningan yg bersifat mudah dibentuk (malleability) and sifat acoustic-nya menjadi bahan yg sering digunakan untuk membuat alat2 musik : trombone, tuba, trumpet, cornet, baritone horn, euphonium, tenor horn, dan French horn. Krn ada bahan logam kuningan inilah batu2 di gunung padang berbunyi bak gamelan bila dipukul.
Mountain of Brass, dpt kita temukan salah satunya di Zakharia 6:1-7, sbb:
Aku melayangkan mataku pula, maka aku melihat: tampak keluar empat kereta dari antara dua gunung. Adapun gunung-gunung itu adalah gunung-gunung kuningan. Kereta pertama ditarik oleh kuda merah, kereta kedua oleh kuda hitam. Kereta ketiga oleh kuda putih, dan kereta keempat oleh kuda berbelang2 dan berloreng-loreng. Berbicaralah aku kepada malaikat yang berbicara dengan aku itu: “Apakah arti semuanya ini, tuanku? “Berbicaralah malaikat itu kepadaku: “Semuanya ini keluar ke arah keempat mata angin, sesudah mereka menghadap kepada Tuhan seluruh bumi.”Yang ditarik oleh kuda hitam itu keluar ke Tanah Utara; yang putih itu keluar ke arah barat; yang berbelang-belang itu keluar ke Tanah Selatan; dan yang merah itu keluar, gelisah untuk pergi, hendak menjelajahi bumi. Lalu berkatalah ia: “Pergilah, jelajahilah bumi!” Maka mereka menjelajahi bumi.
Bandingkanlah ayat2 di atas dengan perintah prabu siliwangi di uga wangsit siliwangi: “Dengarkan! Yang ingin tetap ikut denganku, cepat memisahkan diri ke selatan! Yang ingin kembali lagi ke kota yang ditinggalkan, cepat memisahkan diri ke utara! Yang ingin berbakti kepada raja yang sedang berkuasa, cepat memisahkan diri ke timur! Yang tidak ingin ikut siapa-siapa, cepat memisahkan diri ke barat!”
Yang ingin tetap mengikuti prabu siliwangi, adalah mengikuti kuda ke-4 yg berwarna belang2 hijau dan kuning, di bible disebutkan di kitab wahyu (66:6:7-8) :
Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keempat, aku mendengar suara makhluk yang keempat berkata: “Mari!” Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang2 buas dari bumi (dabbah minal ardh).
((Sesungguhnya penderitaan adalah ujian dan satu2nya jalan untuk kembali kepada Tuhan))
Dari kesamaan nubuat itu, dapat disimpulkan bahwa prabu siliwangi adalah nabi zakhariah. Namun nabi zakchariah yg mana, krn banyak sekali nama yg sama di bible, dari masa ke masa. Untuk membantu identifikasi siapa Prabu Siliwangi, kita gunakan 810 sbg penanda, sbb
- ashtey ( לעשתי ) = 810, artinya eleventh, no. 11
Dari wikipedia didapatkan keterangan, bahwa yg bertepatan dengan angka 11 adalah :
Zachariah was a person in the Hebrew Bible and traditionally considered the author of the Book of Zechariah, the ELEVENTH of the Twelve Minor Prophets. He was a prophet of the two-tribe Kingdom of Judah, and like Ezekiel was of priestly extraction. He describes himself (Zechariah 1:1) as “the son of Berechiah, the son of Iddo.”
Beliau hidup di masa raja Darius of Persia (BC 520), jauh lebih lama dari tulisan2 sejarah yg ada selama ini.
APAKAH GUNUNG PADANG ITU?
Dari analisa angka takdir 810, dpt kita temukan bbrp karakter gunung padang, sbb:
1) qadash ( וקדשת ) = 810, artinya tempat yg dikuduskan.
2) maskiyth ( משכיתם ) = 810, artinya berwujud sebagai sebuah gambar, picture
3) martsepheth ( מרצפת ) = 810, artinya pavement, jalan dari batu kotak2
4) shachah ( ומשתחוים) = 810, tempat persembahyangan (worship)
5) memshalah ( ממשלת ) = 810, simbol kemahakuasaan Tuhan (dominion of God)
6) kurios (κυριοις ) = 810, kemasyhuran
7) palaeitos ( παλαιοτητι ) = 810, oldness, berusia sangat tua
8) hupomeno ( υπομενομεν ) = 810, lestari, dilestarikan (preserved)
9) katharotes ( καθαροτητα ) = 810, purifying, pensucian
10) adelphos ( αδελφος) = 810, dua bersaudara (jadi mestinya ada 2 gunung padang krn disebutkan di bible 2 mountain of brass)
11) moloch ( μολοχ) = pernah digunakan sbg tempat pemujaan (kemusyrikan)
12) katanathematizo = 810, curse, kutukan
13) shamad ( ונשמדתי ) = 810, destroy, destroyed, hancur, dihancurkan
14) simlah ( שמלתם ) = 810, ditutupi sesuatu, untuk menutupi bangunan di bawahnya.
15) nashah ( תנשני ) = 810, lupa, dilupakan
16) grapho εγραψα = 810, tulisan, prasasti
SIAPAKAH ARSITEK GUNUNG PADANG ?
Dapat dikenali dari bible, 810 adalah identifikasi utk Elijah (Yahya), yg terus hidup dari masa ke masa, berganti2 nama.
APA YG AKAN TERJADI SELANJUTNYA?
1) shalam ( שלמתם ) = 810, restore, diperbaiki kembali
2) towdah ( תודת ) = 810, thanksgiving, persembahan sbg wujud rasa syukur
3) simchah ( בשמחתכם ) = 810, rejoice, kebahagiaan, keceriaan.
Zakharia 6:15 Orang-orang dari jauh akan datang untuk turut membangun bait TUHAN; maka kamu akan mengetahui bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku kepadamu. Dan hal ini akan terjadi, apabila kamu dengan baik-baik mendengarkan suara TUHAN Allahmu.”
Wallahu’alam bishawab.
Tve
Langganan:
Postingan (Atom)